0 | Prolog

6.5K 567 47
                                    

(Name) menyelipkan helai anak rambutnya ke belakang telinga, mata (eye color) fokus pada tangan diatas pangkuannya, tidak berani menatap dua pasang mata dari orangtuanya.

"(Nickname).. angkat kepalamu. Tidak perlu malu di depan kami," ucapan lembut ibunya membuat sedikit keberanian pada hati (Name).

Wajah (Name) menatap dua wajah yang dia sayangi selama hidupnya. Ayah (Name) melihat ke arah ponsel yang dimana terus bersuara, mata hitam ayah (Name) tidak fokus pada putri semata wayangnya.

Ibu (Name) menghela nafas saat suaminya masih fokus pada ponselnya, dengan kasar dia mengambil ponsel dari pegangan suaminya dan menyimpannya di atas meja.

"Sa-sayang ada pesan―"

Ayah (Name) belum menyelesaikan perkataannya malah sudah disuguhi tatapan maut dari istrinya dan kontak mata yang mengarah pada (Name). Sedari tadi diam, memperhatikan tingkah laku orangtunya yang menurutnya unik.

Ayah (Name) membersihkan tenggorokannya lalu membenarkan bingkai kacamatanya yang merosot dari hidung. Mata hitam ayah (Name) kembali serius.

(Name) dengan susah menelan ludahnya.

"Berapa umurmu sekarang, (Name)?" tanya ayahnya.

"Lima belas tahun.. tapi empat bulan lagi enam belas," jawab (Name) berbisik.

"Hmm, sekolah mana yang ingin (Name) tinggal nanti?" tanya ayahnya.

Ibu (Name) yang mendengarnya langsung menepuk belakang leher suaminya dengan tatapan marah. "Bukan itu yang harus kau katakan!" teriaknya.

"Aduhh, sayang. Jangan tepuk dengan keras seperti itu!" keluh suaminya yang mengusap belakang lehernya.

Ibu (Name) memutar bola matanya malas, lalu (eye color) ibu (Name) menatap putrinua yang dimana tubuhnya sedikit bergetar.

"(Nickname), besok kau akan pergi ke Tokyo dan tinggal bersama keponakan mama," jelas ibu (Name).

"EE-K?!!" teriak (Name) dengan wajah memerah.

"Lihat? (Name) tidak setuju dengan rencana ini, (Mother Name).."

(Name) menautkan jarinya, "k-kenapa a-aku harus p-pergi ke T-Tokyo?" tanya (Name) sambil tergagap.

(Mother Name) tersenyum lalu menepukkan kedua tangannya senang. "Saatnya, (Nickname) menikmati masa remaja! Lagipula, mama yakin Kagami tidak akan keberatan ada (Nickname) di sana!"

"Maksud mama.. Taiga-chan?" tanya (Name) memastikan.

"Yup!"

"HAH?! KAU TIDAK BILANG SOAL TAIGA, (MOTHER NAME)!! BAGAIMANA JIKA TAIGA MERUSAK (NA―"

"Hush, jangan berteriak, sayang." (Mother Name) menutup mulut suaminya dengan tangannya sambil tersenyum sangat manis.

"Tenang saja, semalam mama telepon ada bibi Alex disana dan mama yakin kamu akan senang di sana!" ucap (Mother Name) dengan nada ceria.

(Name) tahu jelas kenapa orangtuanya yang ingin dia pergi ke Tokyo. Kota yang paling padat di dunia itu. Mereka ingin mengurangi sifat akut (Name) yang malunya sudah dikatakan tidak wajar.

Saat Taman Kanak-Kanak, memang (Name) mengikuti sekolahnya normal, tetapi saat masuk ke Sekolah Dasar, (Name) menolak untuk bertemu dengan orang lain atau ruang lingkup dengan banyak orang.

(Name) malu, dia juga tidak tahu kenapa, bisa semalu ini. Dia hanya sedikit berani di depan keluarganya saja. Maka, selama Sekolah Dasar dan SMP, (Name) melakukan homeschooling dengan guru yang dicari orangtuanya.

𝐁𝐥𝐨𝐨𝐦𝐢𝐧𝐠 𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭𝐬 | KISEKI NO SEDAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang