"Sometimes it is better to be alone. Nobody can hurt you"
—●—
Banyak orang skeptis dengan konsep kesendirian. Ada yang bilang, sendiri itu sepi, lantas ada yang bilang sendiri itu hanya sekedar sunyi. Maksudku begini, konsep sendiri adalah sepi bisa bermakna ganda, kau benar-benar 'kesepian', atau menepikan diri dari keramaian. Sedangkan sendiri adalah sunyi, bermakna kau tidak mendengar suara-suara disekitarmu, atau barangkali hanya menikmati suara-suara dalam pikiranmu. Aku akan menuturkan konsep sendiri menurut versiku.
Aku adalah seorang penyendiri, aku tidak suka berada di keramaian, dan lebih menyukai kekosongan. Aku sedikit skeptis dengan konsep berpasangan sebetulnya, toh Tuhan juga sendiri, jadi buat apa untuk berdua? bertiga? atau ber-ber yang lain.
Kau tau? Banyak masalah di dunia ini yang lahir dari lingkaran sosial, bukan asosial. Contoh kecilnya, konflik yang ada di dunia semuanya adalah konflik sosial, dan bukan perseorangan. Akibat dari pergaulan, persaudaraan, pertemanan, atau percintaan, yang artinya melibatkan hubungan antara satu entitas dan entitas lainnya.
Lantas, bolehkah aku mempertahankan idealisme mengenai kesendirian?
Kau tidak perlu terluka oleh hubungan dan berbagai persoalan. Pun banyak hal baik yang bisa kau lakukan seorang diri. Layaknya hidrogen, unsur kimia tunggal dalam tabel periodik, yang sendiri dan menjadi unsur teringan di dunia. Artinya apa? Tunggal atau sendiri bisa menjauhkanmu dari luka, dan duka yang memberatkan hidupmu.
Aku benar 'kan?
Kadangkala, dalam menjalani hubungan dengan orang-orang di sekitar, kita mudah merasa lelah dan jenuh.
Kadangkala, keramaian membuatku sesak, jantungku berdebar hebat, dan merasakan sensasi tidak nyaman menjalar ke seluruh tubuh.
Kadangkala, saat mengalami masalah, semuanya lebih baik kita pendam sendiri. Menanggung, menahan, dan mengubur setiap luka, lalu menangis seorang diri.
Kadangkala, tak ada seorang pun yang mampu mengerti, tak ada tempat untuk berbagi, pun bercerita kepada Tuhan seringkali merasa rendah diri. Hamba-Mu ini terlalu banyak mengeluh, dan meratapi hidup—begitu pikirku.
Kadangkala kita butuh waktu untuk sendiri, karna kesendirian jauh lebih menenangkan. Kau hanya akan mendengar suara dari deru nafasmu, menyentuh lengan dinginmu, atau bulir hangat dari matamu.
Kadangkala, ada permasalahan yang dapat terpecahkan bila kau sendirian. Kau dapat memikirkan solusi yang tepat, serta akurat.
Kadangkala, kau juga bisa menjadi dirimu sendiri. Tidak lagi memedulikan pandangan orang di sekitarmu, dan melakukan apapun yang kau mau.
Pun, bila kau mati, hanya kau sendiri yang akan menanggung semua dosa di hadapan Tuhan nanti.
Tapi, aku pernah dengar bila banyak orang yang mati karna kesendirian. Menanggung kepedihan hingga akhirnya mati dalam kegelapan.
Bila itu aku, aku akan lebih memilih mati karena kesendirian. Tidak mungkin aku harus berbagi kesedihan dengan orang-orang di sekitar, pun orang lain tidak punya kewajiban untuk membahagiakanku.
'Kan?
—●—
Jika kau tanya, mengapa aku punya pemikiran seperti ini. Jawabku, aku cukup kecewa dengan konsep sosialisasi. Semakin bertambah umur, pergaulanmu akan menyempit namun pandanganmu akan meluas.
Kau akan melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda, dan kau akan paham maksudku bila sudah bertambah tua.
Kau akan tau mana manusia yang sebenarnya, dan mana yang hanya menyerupai manusia. Mana yang kau pahami sebagai pembenaran, dan mana yang merupakan sebuah kesalahan.
Kau akan tau bila dunia ini tercipta dengan sekumpulan masalah berbalut drama. Permasalahan yang umum, hingga khusus. Permasalahan dalam, hingga luar diri.
Kau akan tau bahwa setiap orang lahir dengan naskahnya sendiri-sendiri, di panggung pertunjukan mana, dan bagaimana lakonnya, yang jelas ia adalah tokoh utama dalam kisahnya.
Kau akan dipaksa untuk mengubah paradigma mengenai konsep dunia, atau justru mengikuti alur yang telah ada.
Kau akan belajar untuk lebih menggunakan logika daripada rasa, sebaliknya, atau bahkan keduanya. Kau akan belajar tentang konsep-konsep rumit mengenai alam semesta.
Kau akan tau bagaimana perbedaan dapat menimbulkan perpecahan, atau justru perdamaian. Kau akan tau bahwa konsep keseragaman juga bukanlah solusi untuk konflik-konflik yang ada di dunia.
Kau akan tau bahwa dirimu terlahir berbeda, mencintai satu, atau lebih ciptaan-Nya. Atau bahkan tidak sama sekali. Kau akan mulai mengenal diri sendiri, dan bergumul dengan pemikiran aneh yang melintas dalam benakmu.
Dan begitu pula aku, semakin bertambah umurku, aku semakin paham bagaimana cipta, rupa, dan rasa di dunia.
Aku memilih untuk menjadi sendiri, karna sendiri lebih cocok untuk seorang yang kecil sepertiku. Aku cukup sadar bila sebetulnya banyak orang di sekitarku, lantas apa?
Pun mereka punya persoalan dan hidup yang harus diurus sendiri, begitu pula aku. Aku cukup menutup rapat pintu hatiku, membutakan netraku, atau menulikan pendengaranku, lalu bertingkah seolah hanya ada aku di dunia ini.
Aku cukup berkutat dengan menulis kisahku ini, dan aku merasa jauh lebih baik dibandingkan aku harus bercerita secara langsung kepada orang lain.
Aku menikmati kesendirianku, kesepianku, serta kesunyianku. Aku mencintai hidupku, lantas aku menerima identitasku.
Identitas sebagai unsur hidrogen.
Identitas sebagai seorang penyendiri.
—selesai—
pojok info:
—Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1.—aku nulis gini sebetulnya karna aku sering ngerasa sendirian di dunia ini, kadangkala aku berusaha speak up tentang diriku, tapi malah dibilang aneh dll. dan lagi, banyak orang yang sering memaksakan konsep sosialisasi yang barangkali ga sesuai dengan kepribadian setiap individu. akibatnya malah timbul rasa insecure, ga nyaman, atau malah serangan panik. banyak juga yang ngerasa kalo sendiri jauh lebih baik. aku nulis gini juga bukan karna aku lebih mendukung konsep kesendirian daripada sosialisasi yaa, menurutku sosialisasi juga perlu, tapi secukupnya dan sesuaikan dengan keadaan diri sendiri aja. sendiri pun perlu, karna esensinya kita juga makhluk individu. intinya seimbangkan aja keduanya, love yourself♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome
RandomSiapa bilang hidup itu berwarna? Mari kuajak untuk berkelana menjelajah hidup dari sisi seorang pesimistis. Pegangan yang kuat! Atau kau akan terhempas lalu tersesat.