Melodi Cinta

117 3 0
                                    

Kamu terlalu nyaman untukku sehingga aku lupa bahwa kita hanya sebatas sahabat, tidak lebih. Persahabatan yang kemudian kamu nodai dengan perasaan ambigumu. Kamu bingung harus menempatkan aku sebagai siapa di hatimu.

Semula tak ada apa-apa bagiku. Hingga suatu hari kau mengutarakan yang tersembunyi selama ini di hatimu.

Aku diam.

Sebenarnya aku tak ingin mengubah persahabatan ini menjadi kisah cinta. Karena aku takut jika kisah ini berakhir maka kita akan menjadi orang lain yang tak saling mengenal lagi.

Hari demi hari berlalu aku terus mengalihkan semua maksud hatimu.

Sebenarnya aku hanya munafik pada diri. Aku pun mempunyai perasaan yang sama untukmu. Namun sulit kuungkapkan, aku tak mau menggantung perasaanmu begitu lama dengan jawaban yang tak pasti.

Sampai akhirnya persahabatan yang lama kita jalani harus berubah menjadi kisah cinta.

Bahagia? Jelas. Bisa menjadi bagian yang terindah dalam hidupmu.

Sampai suatu hari, aku mulai merasa ada yang berubah darimu. Kau tak sehangat dulu, kepedulian dan perhatianmu berubah secepat kilat, kau mulai acuh denganku. Dering teleponmu tak lagi datang, lagu cinta yang sering kau nyanyikan sudah tak pernah kudengar lagi.

Kenapa? Ada yang baru 'kah? Ternyata cintaku tak cukup untuk meyakinkanmu, sehingga kamu harus berkelana mencari yang baru lagi.

Kini, yang aku khawatirkan terjadi. Kamu berubah, tak menjadi dirimu lagi.

Kuberanikan diri menanyakan tentang hubungan kita. Hening, hanya terdengar tarikan napas yang kamu embuskan dengan berat.

Katamu ... kita ... tak cocok ... dan harus berakhir di sini ....

Lalu senyap mengambil alih percakapan kita. Hanya terdengar dentingan jarum jam yang meloncat-loncat dari angka ke angka lainnya. Tenggorokanku kering seketika, suaraku tercekat, penglihatanku mulai berbayang dan aku segera berlalu meninggalkan kalimatmu yang berbaris panjang.

Selamat menempuh hidup baru teruntukmu seseorang yang begitu kucintai melebihi diriku sendiri. Semoga bahagia dengan kehidupan yang kini kamu jalani bersama pilihanmu.

Secepat itu kamu pergi dan bersanding dengan dia yang sebelumnya tak pernah kamu kenalkan denganku.

Jangan tanyakan lagi padaku. Bagaimana aku? Sakitnya aku, ketika kamu tinggal pergi dan menikah dengan wanita lain. Langitku sudah tak begitu mendung, setelah hujan sebentar lagi akan datang pelangi.

Aku ikhlas walau tak berbalas.

Setiap pertemuan akan ada perpisahan, aku percaya itu. Terima kasih pernah mengisi kekosongan hati ini. Pernah menjadi pelipur lara, pernah menjadi telinga yang mau mendengar keluh kesahku, pernah berjalan bersamaku, dan pernah menawarkan hidup bersama dengan semua harapan dan mimpi palsu.

Aku tak apa. Sungai kecil dari mataku telah surut, kemarau panjang yang telah menyurutkannya. Berbahagialah dengan dia yang kau pilih, meski bahagiamu bukan denganku.

"Ujian terbesar dari sebuah persahabatan adalah cinta yang selalu ingin dimenangkan"

Meramu RasaWhere stories live. Discover now