Jadi pada dasarnya gue mau cerita ke kalian bahwa gue sebenarnya memang baru menekuni dalam hal fotografi. Gue menekuni fotografi sekitar 2 tahun (Iya, 2 tahun... Memang masih kategori baru untuk mempelajari banyak hal mengenai motret).
Pernah gue dibilang kayak gini sama orang “ah... 2 tahun doang mah, bisa jadi Fotografer Profesional.”
Mata lo! Sebenarnya fotografi itu gak dianggap gampang untuk orang awam kayak gue. Sekedar untuk swafoto dan motret asal-asalan juga orang-orang pada bisa, tapi dalam secara teori dan teknik yang banyak itu merupakan hal yang sulit.
Seperti gue pertama kali pakai Canon 1300D pada tahun 2017, dan gue ngerasa pakai kamera tersebut sudah dianggap profesional. Padahal fotografer profesional memakai 'equip' yang lebih dari gue bahkan jauh lebih banyak 'equip' yang digunakannya. Pada saat itu gue berniat pergi ke tempat wisata dan tempat-tempat hits yang ada di Bandung untuk memotret dan saat itulah gue mulai menganggap memotret yang bagus itu susah dihasilkan, apalagi gue memakai kamera jenis level entry.
Nah, pada akhirnya gue sempetin belajar sendiri lebih mendalam mengenai teorinya di Youtube dan mempraktekkannya. Untuk kamera DSLR, Mirrorless, Smartphone (kameranya yang telah didukung settingan manual) dan lainnya itu sebenarnya ada hal yang harus diperhatikan yaitu Segitiga Exposure. Segitiga Exposure itu suatu dasar untuk memotret. Kalau ada yang belum tau, bahwa hal tersebut ada di mode Manual kamera kalian. Kemudian, lo setting ISO, Apperture, sama Shutter Speed-nya. Kalau sudah disetting, maka hasil foto tersebut akan bagus dilihat.
Tapi, kalau enggak mau ribet mengaturnya, lo bisa pakai mode-mode yang lain seperti mode Sport, Landcsape, Portrait, Night, Low Light, Auto, dan sebagainya. Jadi gak perlu setting secaa Manual di kamera lo.
“Wah... Kalo begitu mendingan pakek mode Auto dan kawan-kawannya, kan gue masih pemula untuk nyobain kamera DSLR dan lainnya...”
Sah-sah aja, asalkan lo ketika motret sesuaikan dengan kondisi di sekitar lo, kalo lo mau motret di malam hari lo bisa pakek mode Auto, kalo lo mau foto pemandangan alam lo bisa pakek mode landscape. Tapi, (ada tapinya, nih...) Jika untuk meneruskan kegiatan fotografi sebagai profesi lo, mendingan jangan, soalnya kalo lo gak bisa mempelajari mode Manual sama aja kayak lo bisanya ngendarain motor matic, tapi gak bisa ngendarain motor Kopling. Mangkanya mode manual itu perlu dipelajari bahkan wajib untuk di pakai.
BTW, pengalaman gue dalam 2 tahun tersebut bukan berarti gue seorang profesional di dunia fotografi. Gue masih belajar, belajar, dan belajar untuk konsentrasi hobi ini ke dalam dunia kerja nantinya. Dan gue juga belum handal dalam bidang editing foto. Karena alat editing masih seadanya saja dan alat memotret gue sudah dijual demi beli HP, hehe. Tapi bukan berarti gue menyerah begitu saja. Gue pengen banget padukan Puisi dan Foto untuk di komersilkan ke dalam buku. Semoga saja gue bakal bisa jadi penulis dan fotografi handal, aamiin...
Oke, lanjut cerita...
Walaupun terkadang gue merasa masih minder, karena orang tua gak terlalu mendukung hobi gue, masih belum punya skill banyak, gak punya alat fotografi dan alat editing yang bagus, serta gue belum punya komunitasnya, sama sekali hal tersebut tidak menurunkan semangat gue untuk mewujudkan hobi gue untuk kesuksesan gue. Karena pada dasarnya gue bukanlah tipe orang yang suka putus asa secara berlebihan.
