Agapanthus

19 6 0
                                    

Sekarang, aku berada di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang, aku berada di sini. Duduk di atas sofa rumahku dengan beberapa orang yang ikut serta duduk denganku. Kepalaku pusing, di tambah lagi obrolan para tetua yang entah merambat ke mana saja.

Kalau bukan kejadian tadi, pasti aku sudah bisa mandi, makan dan tertidur sekarang. Tapi, sepertinya Tuhan sangat suka memberiku cobaan. Pria aneh tadi membuat kedua orang tuanya duduk berhadapan dengan kedua orang tuaku.

Ini gila.

"Jadi begitu ceritanya." sad ending keluar dari bibir bergincu soft pink itu setelah menceritakan kejadian tadi seakan-akan kejadian itu adalah kecelakaan yang sudah merenggut puluhan korban jiwa.

"Tante, itu tidak ada unsur di sengaja. Itu semua murni kecelakaan. Kenapa harus di permasalahkan seakan akan ini adalah masalah besar?" wanita itu berhasil membuatku geram.

"Daisy, ini memang masalah besar."

Mendengarnya memanggil namaku membuatku semakin geram.

"Tapi tante—"

"Tidak ada tapi-tapian. Kalian berjodoh, dan kalian harus menikah."

Wanita tua itu sudah benar-benar hilang akal.

Aku tertawa sembari menggelengkan kepalaku samar. "Tante ini memangnya Tuhan? Bagaimana Tante tahu kalau anak Tante ini adalah jodohku? Wah! Tante ini pintar melucu ya?"

"Daisy, jaga perilakumu." tegur Ayahku padaku.

Bagus, sekarang Ayahku malah membela wanita tua ini.

"Tapi Yah, tante ini memang sudah kelewatan!"

"Setidaknya jaga ucapanmu! Kau ini tidak kudidik untuk berani terhadap orang tua!" dan sekarang aku di bentak di depan orang-orang aneh yang memaksaku menikah.

Siapapun cubit aku sekeras mungkin. Aku akan tertawa sepanjang hari kalau ini benar-benar mimpi. Karena ini mimpi terlucu sekaligus mimpi terburuk yang pernah ada.

Tapi nihil, aku sudah mencubit lenganku sampai membiru dan ternyata ini bukan mimpi.

"Daisy, ikut Ibu sebentar." Ibuku berdiri dan meninggalkan ruang tamu.

Aku berjalan mengikuti Ibu di belakang. Saat ini aku bergantung dengan Ibu, kuharap dia benar-benar ada di pihakku.

Sekarang aku dan ibu berada di dapur. Ibu membelakangiku. Di hitunganku, di detik kelima Ibu membalikkan badannya dan menatap mataku.

"Kau umur berapa?" tanya Ibuku secara random.

"Sembilan belas."

Ibu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Air mukanya terlihat kalau beliau sedang marah. Dan aku sadar, Ibuku ternyata tidak ada di pihakku.

"Apa selama kau hidup Ayah dan Ibu mengajarimu mengatai orang tua? Mengajarimu bersikap buruk? Mengajarimu tidak sopan?"

"Enggak." aku menurunkan pandanganku. Kelemahanku ini, melihat Ibu marah. Aku takut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CASCADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang