"Aku pulaaangggg—WHAT THE FUCK IS THIS, SHIN JUNGKOOK?! YOON JIYEON?!"
Yoon Jimin dan sepasang tungkainya nyaris melemah dan jatuh di pijakan begitu sampai dan masuk ke dalam rumah. Sebab, penglihatannya disuguhi oleh Jungkook yang asik mencumbu adiknya di atas pangkuan pria itu.
Mereka berdua yang saling berpagutan mendadak melepaskan diri, Jiyeon terhenyak sembari memelototi Jimin dan amarahnya yang menggelegak naik.
Ia tergugu dan lekas turun dari pangkuan Jungkook yang juga mati membeku saat itu. Astaga, mereka lupa bahwa ada presensi lain yang mungkin akan menjadi penghambat baginya untuk lebih leluasa memadu kasih dengan Jiyoon.
Yoon Jimin, berani sekali pria itu.
"Jimi—Kak, sudah pulang?" Jiyeon bertanya skeptis, mendekat dengan rasa takut yang terselip di daksa. Tatapan Jimin menyorotinya teramat asing dan membuat isi kepala Jiyeon jadi buyar seketika dengan kalimat berikutnya yang akan ia udarakan.
Kemudian iris Jimin bergulir menghadap Jungkook yang duduk kaku di atas sofa tanpa berniat merubah posisi atau barangkali bergerak memberikan sambutan untuknya. Tapi syukurlah itu tidak terjadi sebab Jimin takut kelepasan dan berkata kasar yang mungkin akan melukai hati pria itu.
Ia mendengar cerita dari Jiyeon. Singkatnya, Jungkook sedang berhadapan dengan konflik keluarganya. Pemuda Shin itu sedang kabur dari rumah karena permasalahan ia dan ayahnya yang semakin memanas.
Hal itu membuat Jimin merasa bersimpati dan membiarkan Jungkook untuk tinggal disini sementara waktu. Asalkan perilaku Shin Jungkook itu sedikit beradab dan baik, ia mungkin akan memperpanjang masa menginapnya dirumah ini.
Namun, ketika dihadapkan pada situasi sekarang dimana mereka sedikit kurang ajar, Jimin harus memikirkan kembali keputusannya.
Ia hanya menarik napas panjang dengan kelopak mata tertutup, lalu membuka bibir untuk menguarkan frasanya, "Jiyeon, apa yang kau lakukan? Apakah aku pernah mengajarkanmu untuk menjadi perempuan rendahan?!"
"Hei, Jim!" Adalah Jungkook yang membalas sebab merasa tersinggung. Itu terbukti dengan ia yang bangkit dari posisi duduknya seraya melangkah mendekat. "Apa-apaan dengan kalimatmu itu? Dengar, aku dan Jiyeon bahkan sudah melangkah cukup jauh dalam tahap berpacaran orang normal."
Sontak Jiyeon memutar kepala guna memandangi kekasihnya. Geliginya saling menggerit dengan pupil mata yang membesar. Mentitahkan Jungkook untuk tidak bersuara lebih lanjut lagi.
"A-ah, Kak Jimin. Jangan dengarkan dia," sela Jiyeon tatkala menjumpai paras Jimin yang berapi-api. Satu tangannya menggenggam pergelangan tangan sang kakak. "Dengar, walaupun aku dan Jungkook saling bermesraan seperti itu—"
"APA?! Jadi, kau tidak menyangkal perkataan Jungkook itu?!" Suara Jimin naik beberapa oktaf memotong kalimat Jiyoon.
"Tch! Dengar dulu, Kak!" sergah Jiyeon. Ia mendongak, melanjutkan ucapannya, "Walaupun aku dan Jungkook seperti itu, tapi aku tidak akan membiarkan Jungkook bertindak jauh. Aku masih menjaga diriku sebab aku masih waras untuk berbuat tidak senonoh."
"Baru saja kalian melakukannya dan menodai penglihatan ku yang sudah lelah ini menghadapi kelas demi kelas perkuliahan." Ada keluhan yang terdengar. Satu tangan Jimin memberikan pijatan pada pangkal hidungnya. "Argh! Kalian benar-benar membuatku ingin marah dan memaki jika saja," rutuknya.
Jimin lantas menarik satu tangannya yang masih di pegang Jiyeon cukup kasar. Membuat si cantik terlonjak dan menatap sang kakak dengan kerutan dalam di kening. Ia hanya diam, memerhatikan Jimin yang melangkah menjauhi mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/195928856-288-k49132.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderfall ✔
FanfictionKeberadaannya membelenggu kebebasan, menyerang kewarasan, membuatnya sinting secara bersamaan; definisi yang tepat untuk mendeskripsikan eksistensi Shin Jungkook. Seorang pemuda yang dipersilahkan untuk ikut campur mengambil alih separuh diri Jiyeon...