Seperti biasanya, hawa dingin membalut tubuhku ketika pendar indah bernama sinar mentari mulai menerangi kelamnya duniaku.
aku belum genap dua jam memejamkan mata ketika dering hp ku terdengar. Agak sungkan aku untuk melihat siapa yang sudah repot-repot menggangu acara mesraku dengan selimut, namun suara itu terdengar sumbang dan memuakkan untuk aku dengarkan terus menerus. mataku perlahan terbuka dan melihat hp berwarna mint itu tertelungkup tepat didepan mataku.
aku membukanya, Sayang. Ah gadis itu rupanya.. kapan dia mengganti namanya di hpku? perasaan sudah hampir 4hari aku tidak menghubungi dia."Halo."
"Kamu dimana? bisa jemput aku sekarang? "
"Dirumah. Harus banget sekarang?"
"Aku harus pulang, Mamah kritis"
"Oke, aku ke kostmu sekarang"Dan beginilah aku, selalu seperti ini tiap kali ia menelponku, aku selalu mengiyakan. Entah karena aku yang terlalu mencintainya, atau aku memang hanya ingin terlihat mencintai dia. aku bahkan ragu jika yang kulakukan untuknya itu tulus.
Aku bergegas dan mengeluarkan mobilku, biar lebih efisien jika mendadak dia ingin pergi lebih jauh dari rumah sakit tempat ibunya dirawat.
Ditengah jalan, ada sebuah truk besar yang melaju kencang dengan gerakan yang tidak stabil dan lurus menuju kearahku. aku menekan klakson sebanyak yang aku bisa agar sopir truk itu membetulkan laju kendaraannya. dan berhasil, namun terlalu cepat dia menginjak rem dan membanting stir kearah berlawanan, sampai....
***
Aku sampai di kost Dahlia, gadis yang aku lupa kontaknya ku namai sayang untuk pertama kalinya, dia sedang bersama seorang pemuda disana, keduanya duduk di depan gerbang persis, namun sayangku menangis tergugu sampai bahunya terguncang. Sedangkan pemuda itu hanya menatapnya tanpa menyentuh, menghibur, atau apapun. dia hanya menatap Dahlia.
Aku turun dari mobil putih itu, lalu berjalan tersaruk sambil memegangi lengan kiriku. Lalu berusaha berlari dan menemui gadisku, aku memeluknya, ketika dia sadar, pria yang ia hubungi sudah ada didepan mata, ia membalas pelukanku, sangattttt erat, diiringi derai air mata yang makin deras dari sebelumnya.
aku mengusap punggung dan rambutnya yang tergerai. dia mulai bicara terbata-bata"Rud... mamah koma."
aku tidak menjawab apapun. hanya mengeratkan pelukan dan membiarkan dia menuntaskan sedihnya. namun tidak lama, karena ia mendadak melepaskan pelukannya."Kamu kenapa?"
"Ada kecelakaan tadi."
Dia terlihat panik dan menatap manik mataku, ia menyentuk wajahku dengan kedua tangannya, lalu mulai memeriksa tangan kiriku yang keseleo dan sulit ku gerakkan.
"Maafin aku Rud, pasti gara-gara mau jemput aku ya? Maaf... Ayo sekarang masuk taksi lagi, aku anter ke rumah sakit."
Ia menggandenf tangan kananku dengan sangat hati-hati seolah aku adalah keramik rapuh yang takut ia cederai.Aku mengikuti perkataannya seperti biasa, dan kali ini aku benar-benar sadar. Mengapa aku selalu mematuhi ucapannya daripada omongan orang lain, karna dia, Dahlia. Gadis yang berani menentangku ketika sesekali kami beradu pendapat. Gadis yang selalu manja ketika bertemu denganku di bioskop karena hanya tempat itu yang menurutnya romantis. Karena aku mencintai dia, dari dulu sampai saat ini.
Pagi ini aku menyelamatkan nyawaku, tapi aku lupa menyelamatkan hatinya yang mungkin kembali terluka karenaku, karena aku terluka.Dan pemuda yang kulihat tadi, sudah tidak ada disana. kemana dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
DDay
RandomIni adalah cerita yang setiap hari terjadi diujung dunia, hingga akhirnya cerita ini berakhir padaku