Senin Pagi ~2

6 0 0
                                    

Di Rumah sakit

Aroma desinfektan menyeruak memenuhi rongga dadaku ketika memasuki tempat ini. Aku masih menggenggam sepucuk surat dari Anne ketika sudah menemukan tempat dimana gadis itu berbaring dengan selang infus ditangan dan selang oksigen dihidungnya.
Rasanya perih melihat dia disana dengan mata terpejam dan pucat, namun aku juga tidak habis fikir, kenapa dia bisa melakukan hal semacam itu.

Apa karena aku?

Ia mengirimkan surat padaku melalui pos, yang mana datang baru kemarin, dan membuatku langsung mencari cara untuk kembali dan menemuinya. Kenapa dia tidak menelpon saja? Apakah hal itu tidak bisa dibicarakan baik baik sampai ia mengambil langkah seperti ini? Apakah semengguncang itu hal ini baginya?

Aku menyentuh gagang pintu ruangan didepanku, namun hatiku seperti meminta untuk tidak melakukannya. Aku menatap surat digenggamanku yang lupa untuk aku baca sampai selesai. Akhirnya aku memutuskan duduk dibangku tunggu yang tidak jauh dari ruangan Anne. Aku membuka surat dan amplop yang sudah usang karena terus aku genggam sejak ku menerimanya. Aku mengumpulkan keberanianku untuk membukanya.

Ada bercak darah dibagian surat itu, aku nyaris menangis karena baru menyadari jik surat itu Anne buat setelah ia melukai dirinya sendiri.

Hai Pandu.
Aku tidak menyangka ditengah permasalahan kita, kamu justru bersembunyi diketiak orang tuamu tanpa memikirkan aku, dan darah dagingmu.
Usai aku mengatakannya padamu mengenai dia, kamu justru menghilang, dan aku memdapati kamu justru saling bertukar pesan dengan sahabatku.
Kamu tahu sebesar apa aku menanggung malu ini? luar biasa menyakitkan ketika tahu kamu bahkan tidak peduli.

Jika pada akhirnya aku mati, ingatlah ada campur tanganmu dalam dosaku.
Namun jika aku hidup, aku tidak ingin lagi bertemu kamu. Karena mungkin aku akan melenyapkanmu, seperti yang kulakukan pada diriku sendiri.

Aku tersenyum membaca surat ini. Aku pergi ke rumah orang tuaku bertujuan untuk mengatakan pada mereka jika aku ingin menikahi Anne, atas dosa yang aku lakukan padanya, aku ingi paling tidak meringankan beban hidupnya. Namun dia justru salah paham dan mengutukku. Melenyapkanku.

Aku langsung berdiri, masuk keruang rawat Anne, lalu memeriksa tabung oksigen yang selangnya terpasang di hidung Anne. Aku melepaskan sambungan selang oksigen Anne dengan menyelimuti tanganku dengan handuk rumah sakit yang terselampir di kursi pengunjung. Perlahan aku menutup sedikit saluran oksigen dan memasukkan handuk itu kedalam saku jaket.

Aku menggenggam tangannya, lalu perlahan aku menitikkan air mata. Aku akan kehilangan Anne, wanita yang mencintaiku tanpa cela, wanita baik yang ingin aku miliki dengan janji bernama pernikahan.
Namun ternyata dia wanita bodoh, yang rela meregang nyawa hanya karena kesalahpahamannya padaku. Nyaris saja aku menikahi gadis sakit jiwa yang menusuk perutnya dengan gunting, lalu menusuk dadanya menggunakan obeng, sampai paru-parunya robek. Dan membuatnya terkapar 2 hari setelah ia menjalani berbagai operasi selama berjam-jam.

Aku menangis lagi, mengingat aku tidak jadi memiliki jagoan yang ingin ku namai Arya, nama gagah yang pernah ingin aku sematkan di belakang namaku. Aku kehilangan calon jagoanku, kebanggaanku, cintaku, masadepanku, hanya karena wanita bodoh satu ini.

Aku melepaskan genggaman tanganku dengannya. Lalu aku keluar dari dalm ruangan,pergi ke tempat parkir dan mengambil handuk yang aku masukkan kedalam jaket, membasahinya dengan air yang ada didekat tong sampah. Aku memeriksa sekeliling, lalu kembali sibuk membasahi handuk putih kecil itu, lalu menyelipkan diantara sampah sampah yang ada disana. Lalu kembali memasuki rumah sakit, masuk ke toilet, membersihkan tanganku, sepatuku, dan bajuku yang terkena noda sampah. Aku kembali duduk dibangku tunggu tepat disamping pintu, lalu memejamkan mata. Memastikan aku terlihat di cctv.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DDayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang