Sudah Terlambatkah Aku???

4 1 0
                                    


Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin, kata-kata ini yang selalu diajarkan ibuku kepadaku. Di desa ini, akulah yang paling terkenal dari semua orang, hampir setiap hari ada saja yang datang ke rumahku.
Menjadi terkenal ini adalah impianku sejak dulu, kenapa? Karena ini warisan sifat dari ayahku yang sejak kecil sudah sangat terkenal. Ya aku merasa diberi nama Praja sama orang tua kurang cocok karena terlalu berbeda dengan kepribadianku. Jadi, aku mengganti namaku tanpa sepengetahuan orang tua menjadi Roy, alasanku karena nama ini menurutku sangat terkenal untuk julukanku yang sekarang yang ingin selalu diperhatikan oleh semua orang.
Suatu ketika, ada sekelompok orang dengan membawa banner bertuliskan, Usir anak terkenal dari desa ini, kami tidak butuh sosok yang terkenal. Aku keluar untuk bicara, Sabar-sabar warga desa, saya akan bicara dengan kalian. Orang tuaku yang melihat langsung panik dan berusaha mendamaikan serta membubarkan sekelompok orang ini. Fikirku, Yeiii Rencanaku berhasil, banyak orang yang berkunjung ke rumahku untuk bertemu denganku.
Setelah beberapa menit berlalu, setelah perbincangan orang tuaku dengan salah seorang warga, akhirnya mereka pun membubarkan diri. Saat itulah, aku langsung dipanggil orang tuaku dengan perasaan emosi tingkat dewa. Aku berjalan sangat pelan sekali, baru kali ini hatiku berdetak kencang saat mereka memanggilku.  Ayahku memarahiku habis-habisan hingga ibuku meneteskan air matanya, aku hanya bisa menjawab, Semua ini karena tidak ada yang peduli sama aku, setelah mengatakan itu aku langsung berlari menuju kamar dan mengunci pintu.
Semasa di kamar, aku melempar-lempar bantal guling karena aku merasa keberadaanku sudah tidak diinginkan lagi. Semua yang kulakukan pasti dianggap salah, padahal aku hanya ingin diperhatikan, itu aja. Suara aku melempar bantal guling terdengar sampai luar, hingga orang tuaku datang menhampiriku dengan mengetuk pintu kamarku. Pintu diketuk berkali-kali oleh ayahku.
Pada ketukkan pintu terakhir, ibuku berkata, Nak, ibu sayang padamu, dengan nada-nada menangis sedih. Setelah mengucapkan itu, ibu langsung jatuh pingsan. Teriak ayah menyuruhku keluar untuk membantu mengangkat ibu membawanya ke kamar. Setelah ibu berada di kamar, tanganku dipegang sama ayah dan matanya menatap wajahku, aku dimarahi dan disalahkan. Akhirnya aku mengurungkan diri lagi di kamar.
Tepat pukul 10 malam, aku merasa keadaan rumah sudah tenang, pasti orang tuaku sudah tidur. Aku menulis surat dalam selembar kerta dengan perasaan sangat-sangat sedih,
AyahIbu Maafkan aku atas semua kesalahanku, terima kasih atas semua ini, aku pamit, mungkin dengan kepergianku hidup kalian akan tenang, Praja, dengan meneteskan air mata, surat singkat ini kutaruh di atas meja dengan kukasih fotoku bersama ibu dan ayahku.
Kakiku melangkah menuju masuk ke dalam kamar orang tuaku. Aku menghampiri ibuku dan mengecup keningnya, di dalam hati rasanya sedih untuk meninggalkan orang tua, tapi ini harus kulakukan demi kebaikan mereka. Tepat pukul 10.30 malam, aku keluar dari rumah tanpa tujuan entah kemana.
Setelah kaki ini berjalan menempuh jarak yang jauh dari rumah, akhirnya aku menemukan masjid untuk bermalam. Aku melihat di dalam masjid ada ustadz, aku izin sekalian aku ceritakan semua kepada ustadz tentang masalahku semua ini. Jawaban dari ustadz itu walaupun hanya sepatah kata tapi sangat menyentuh, kamu pulang minta maaf atau kamu jadi anak durhaka kepada orang tua.
Aku tetap kefikiran ayah dan ibu serta jawaban dari ustadz, tapi kalau aku pulang sama saja aku kembali ke dalam kandang singa yang selalu dijadikan pusat kesalahan, tapi kalau tidak pulang aku akan jadi anak durhaka, aku bingung.
Eh di tengah kebingunganku, sempat-sempatnya perutku protes minta makan. Ya akhirnya aku keluar untuk membeli makan. Di tengah perjalanan, aku melihat orang yang keadaannya berada di bawahku dan masih ada yang sempat mengemis pada malam hari, ada yang tiduran di depan toko dengan beralaskan kardus bekas. Aku teringat kata-kata ustadz tadi, benar kata ustadz aku harus kembali ke rumah meminta maaf, kalau aku jadi anak durhaka mungkin kelak hidupku akan seperti mereka.
Akhirnya, saya membeli banyak makanan dan saya makan bersama mereka, mereka merasa sangat senang akan rezeki yang sedikit ini. Akupun juga memutuskan, bahwa aku besok pagi akan kembali ke rumah, aku tidak ingin menjadi anak durhaka.
Keeseokan harinya, di masjid yang kutempati ada acara pengajian, jadi aku pulang ke rumah setelah pengajian karena juga masih membantu sebagai tanda terima kasih karena sudah diperbolehkan menginap di masjid ini.
Ustadz penceramah mengangkat tema tentang surga ada di rumah kita, aku membayangkan jika aku durhaka dengan orang tua mana mungkin aku mendapatkan surga tersebut, aku harus cepat-cepat pulang.
Akupun secepat mungkin berlari menuju rumah, air mataku terus menetes ketika di jalan, aku merasa sangat bersalah kepada mereka, aku harus cepat-cepat minta maaf. Tapi Allah berkehendak lain, di tengah perjalananku, aku mendapatkan musibah dengan di tabrak sebuah motor dari belakang, akupun dilarikan ke rumah sakit oleh masyarakat sekitar.
Ketika saat di rumah sakit, tak kuduga ibuku juga sebelumnya dirawat di rumah sakit itu sampai kalanya menghembuskan nafas terakhirnya, aku bellum sempat meminta maaf. Dalam keadaan sakit aku menghampiri ibuku yang sudah di surga untuk meminta maaf, ayahku selalu di sampingku untuk menguatkan hatiku. Aku merasa sangat berdosa kepada ibu. Ibu jangan tinggalkan aku, isak tangisku terus mengalir sampai ibu dikuburkan.
Ayah menceritakan semua tentang ibu, aku minta maaf kepada ayah, setiap malamnya selalu aku jadikan renungan kejadian ini.
2 bulan setelah kepergian ibu, aku mengajak masyarakat untuk mendirikan sebuah Taman Pendidikan Al-Quran di desa ini, dan warga desa begitu senang mendengar kabar ini. Dengan cepat aku dirikan TPA ini. Alhamdulillah, warga sudah memaafkan semua kesalahanku dan dapat aku ajak untuk lebih meningkatkan ketaqwaan kepada Allah serta aku jadikan amal jariyah untuk ibuku.

Sudah Terlambatkah Aku???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang