Bab 41

71.5K 2.4K 61
                                    

41.

Seorang dokter dengan didampingi satu suster disampingnya, keluar dari kamar pasien dan menutup pintunya.

Bagas, Edo, Arizal serta Chelsea langsung terbangun dari duduknya.

" Gimana dok ?" Tanya Edo

Dokter tersebut melihat kearah satu persatu dari mereka.

" Dari kalian, siapa yang keluarganya ?" Tanya dokter tersebut.

Serempak mereka berempat menggelengkan kepalanya. Tanda bahwa mereka bukanlah bagian keluarga Aurora.

" Sayangnya , saat ini keluarga nya harus tahu " ucap dokter

" Memangnya, ada apa dengan kondisi Aurora, Dok ?" Tanya Chelsea.

Terdengar dari suara yang keluar dari mulut Chelsea, ada nada kekhawatiran disana. Walau Chelsea dan Aurora bisa dikatakan Rival namun jika situasinya seperti ini, siapa yang masih mempedulikan hal itu.

Begini pun dengan sifat keras kepala dan tak ingin kalah, Chelsea masih memiliki rasa simpati kepada siapapun itu.

" Terjadi benturan yang sangat keras pada kepala Aurora, dan hal itu dapat membuat Aurora kehilangan ingatannya, atau bisa dikatakan amnesia. Saya masih belum yakin apakah amnesia yang dialami Aurora adalah amnesia sesaat atau tidak. Yang jelas, akibat jatuh dan membuatnya membentur pada benda keras yang terkena pada kepalanya mengakibatkan amnesia. " Jelas Dokter.

Chelsea segera menutup mulutnya, tak menyangka pada kenyataan yang dialami Aurora saat ini sungguh tak diduga.

Bagas langsung merangkul Chelsea dan mencoba menenangi Chelsea yang syok saat dokter mengatakan penyakit Aurora saat ini.

Arizal terdiam, dirinya memikirkan perkataan dokter barusan. Akibat jatuh ? . Lalu pisau yang Aurora genggam pada saat Aurora sudah tergeletak tak berdaya untuk apa ?.

" Dok , Aurora terjatuh begitu ?" Tanya Arizal

Dokter tersebut mengangguk " Saya rasa iya, karena saya melihat tulang kakinya ada bekasan keseleo. Saya rasa pun Aurora terjatuh dari tangga ".

Bagas, Chelsea dan Edo langsung menoleh kearah Arizal yang masih terdiam.

" Lalu pisau itu ?" Gumam Arizal

" Maaf, Pisau ?" Tanya Dokter yang mendengar tidak begitu jelas gumam-an Arizal.

" Ah tidak. Baik terimakasih dok !"

" Saya mohon, kepada kalian untuk segera memberitahukan kepada pihak keluarganya. Saya permisi. " Pamit Dokter tersebut meninggalkan mereka berempat.

Arizal terduduk kembali dikursi tunggu, dirinya masih memikirkan bagaimana Aurora bisa terjatuh dari tangga, dengan pisau yang ada di tangannya.

Bukan dirinya sangat peduli pada Aurora, namun untuk memberi kesaksian jika pihak sekolah ataupun keluarganya ingin tahu kronologisnya.

" Zal, maksud lo pisau ?" Tanya Edo yang duduk disamping Arizal

" Saat gue nemuin Aurora tergeletak, gue lihat pisau ditangan Aurora. Hanya ada dua kemungkinan kalau menurut gue, pertama Aurora melakukan penyerangan ke seseorang dan dia terjatuh dari tangga dengan masih menggenggam pisau, kedua Aurora malah yang diserang sampai dia ketakutan dan lari menuruni tangga, dan terjatuh, lalu pelaku menyelipkan pisau ditangan Aurora yang seolah-olah Aurora lah yang melakukannya sendiri, dan membebaskan Pelakunya agar tidak ketahuan jejaknya. "

Mereka ber tiga sangat paham dengan penjelasan Arizal. Dan mereka sangat meyakini bahwa Arizal sama sekali bukanlah pelaku dari kejahatan kepada Aurora.

Backstreet [ TELAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang