Semilir angin menyapa kulitku....
Kelopak bunga sakura berterbangan terbawa oleh sang angin...
Hari ini adalah awal dari musim semi, musim yang menjadi saksi kelahiranku ke dunia ini sekaligus menjadi saksi bagaimana perjalanan hidupku.
Tok...tok...tok...
" Permisi Nona, sudah saatnya makan malam. "
" Iya bi, sebentar lagi aku akan turun. " ujarku.
Dia adalah Bi Mira, pelayan dirumah ini namun bagiku ia adalah sosok Mama yang tak pernah aku dapatkan selama ini.
" Selamat malam semua, wah banyak sekali makanannya."
" Hey Kayla bisa sopan dikit gak sih ! Ada Ayah disini."
" Iya benar, dasar adik yang tau tau sopan santun, selalu saja membuat masalah !"
" Maaf Kak Andi, Kak Sera, Ayah !"
Aku berlalu dari meja makan menuju kamarku, inilah rutinitas ku sepanjang malam, menangis dalam diam sambil memeluk foto mama.
" Andai saja Mama masih ada.."
...
Aku Kayla Pratista, anak bungsu dari 3 bersaudara. Aku mempunyai 2 orang kakak yang sangat aku sayangi namun tak menyayangiku mereka adalah Andi Pratista dan Serani Pratista, kini aku telah menginjak usia 16 tahun.Kakak ku tak pernah meyukaiku, terlebih Ayah. Aku bagaikan seorang anak yang tak dianggap di keluarga ini. Mengapa? Itu karena Mama meninggal saat melahirkanku. Aku tidak pernah menginginkan lahir di dunia ini jika aku tahu aku akan kehilangan Mama untuk selamanya.
Dirumah ini hanya Bi Mira yang menganggap bahwa aku ini ada di dunia ini. Beliau yang merawatku dari kecil hingga sekarang ini. Dulu ada Tante Ani dan Om Wira yang sangat perhatian dan memberikan kasih sayang kepadaku termasuk anak mereka Alex, namun mereka pindah ke luar negeri lima tahun yang lalu. Namun Alex pernah berjanji padaku bahwa dia akan kembali kepadaku suatu saat nanti. Aku tidak sabar menanti kapan datangnya hari itu
....
Sinar mentari masuk menembus kamar bernuansa peach, membangunkan seorang gadis yang tengah terbaring lelap diatas tempat tidur.
" engh.. sudah pagi " gadis tersebut bangun dan langsung masuk ke kamar mandi. Setelah 30 menit kini Kayla telah siap dengan seragam sekolahnya dan bergegas turun ke lantai satu untuk sarapan bersama.
" Ayah, apakah Ayah bisa menonton Kayla bertanding basket ?"
" Tidak, Ayah akan menonton kakak mu olimpiade sains."
" Lagian, ngapain sih kamu ikut pertandingan itu, yang ada nanti tim mu kalah, secara kamu itu kan pembawa masalah !" ujar Kak Sera
Aku hanya diam tak menanggapi apa yang dikatakan oleh Kak Sera walau sebenarnya hatiku terasa sakit mendengar pernyataan itu. Sudah kuduga pasti Ayah tak akan pernah peduli dengan apa yang aku lakukan, Ayah hanya selalu mengutamakan Kak Andi dan Kak Sera. Bahkan terkadang aku berpikir
'untuk apa aku disini ? aku bukanlah pajangan yang hanya dilihat lalu dilupakan'
..." Hadirin sekalian kita sambut pemenang turnament basket putri tahun ini adalah tim FOX dari SMA Mutiara Bunda, kepada Kapten Tim silahkan maju untuk mengambil piala."
Aku pun maju dengan senyum menghiasi wajahku
" Ayah, aku buktikan bahwa aku juga bisa."
Aku pulang dengan perasaan bahagia sambil menggenggam piala penghargaan dan foto kemenangan ku dan berjalan menuju ruang tamu. Sekilas aku memperhatikan seluruh sudut ruang tamu ini tak ada satu pun fotoku yang terpajang di dinding. Semuanya penuh dengan foto Ayah, Kak Sera dan Kak Andi, aku tersenyum miris menyadari kebodohanku. Mana mungkin fotoku bisa terpajang disini. Namun kali ini aku ingin Ayah melihat bahwa aku juga bisa berhasil dan sukses, akhirnya aku meletakkan foto kemenangan ku di atas meja TV tepat disamping foto mendiang Mama.
Tak lama kemudian Ayah dan kakak-kakak ku pulang kerumah, aku pun langsung menghampiri Ayah tanpa melihat ekspresi mereka terlebih dahulu. Dengan senyum lebar aku tunjukan piala kemenangan ku di depan Ayah
" Ayah, lihat aku menang." Ujarku.
Namun tiba-tiba Kak Sera berlari keatas sambil menangis, aku bingung sebenarnya apa yang terjadi. Namun kebingunganku tergantikan dengan rasa kagetku saat Ayah dengan marahnya melempar piala itu ke lantai.
" Puas kau sekarang, dasar adik tidak berguna." Ujar Kak Andi. Aku bingng sebenarnya apa yang terjadi, aku diam terpaku melihat semua jerih payahku dihancurkan begitu saja.
" Kau mau menyombongkan diri baru tahu jika kakak mu kalah dalam olimpiade ! dan sekarang kau ingin memamerkan kemenangan mu !" teriak Ayah
Tanpa kusadari air mata turun memenuhi pipiku, mengapa Ayah dan Kak Andi bisa berpikir seperti itu? Aku hanya ingin Ayah dan Kakak melihatku sekali saja. Pikiranku berkecamuk, aku masih tidak mengerti akan semua ini, namun tiba-tiba hal yang selanjutnya terjadi menyadarkanku. Dengan tangannya yang besar Ayah melempar foto kemenangan yang baru saja aku letakkan di samping foto mendiang Mama dan berkata
" Tak ada satu pun fotomu yang pantas kau pajang di sini."
Sakit...hatiku terasa sangat sakit.. aku sudah berusaha keras untuk mendapatkan suatu pujian dari Ayah namun apa yang kudapat sekarang ini. Kupungut pecahan foto itu.
" Ayah... kenapa? Aku hanya ingin membuat Ayah bangga, selama ini Ayah hanya melihat Kak Andi dan Kak Sera, apakah Ayah pernah melihatku sedetik saja? Ayah... sebenarnya AKU INI SIAPA! Aku anakmu juga Ayah."
Plak...
Ayah menamparku, aku langsung berlari menuju kamarku. Aku tak bisa menghentikan tangisanku, entah mengapa rasanya sangat sakit, andaikan Ibu disini
..
Malam harinya ku dengar Ayah kedatangan tamu dan ternyata Keluarga Om Wira telah pulang dari luar negeri dan memutuskan untuk menetap di Indonesia. Aku teramat senang mendengar hal ini. Dengan langkah yang bersemangat aku menuruni tangga dan menyapa mereka, mereka ternyata masih mengingatku dan masih peduli denganku tapi berbeda dengan Alex. Alex melihatku dengan tatapan dingin dan benci. Sekilas aku merasakan sakit ketika ditatap seperti itu oleh orang yang selama ini aku cintai, namun aku harus menerima kenyataan bahwa Alex kini telah melupakanku karena kecelakaan satu tahun yang lalu yang menyebabkan ia kehilangan seluruh ingatannya.Kami pun makan malam bersama, setelah itu kami berbincang bincang mengenai sesuatu yang nantinya akan membuatku menelan kenyataan pahit untuk kesekian kalinya. Ya Om Wira dan Ayah telah sepakat untuk menjodohkan Alex dengan Kak Sera. Aku hanya diam mendengar hal itu, sekilas aku melihat kearah Alex, ia tersenyum bahagia sambil menggenggam tangan Kak Sera, tanpa disadari pandangannya tertuju kearahku. Aku terkejut, namun aku balas ia dengan senyum yang tak ku tahu bagaimana senyumku saat ini. Hatiku teramat sakit, aku bingung sejak kapan Alex dan Kak Sera dekat? Mengapa Alex tidak mau mengingat kembali diriku? Mengapa harus aku yang dilupakannya? Mataku terasa panas, akupun segera pamit untuk tidur terlebih dahulu
..
Seminggu kemudian
...
Tak disangka pertunangan Kak Sera dan Alex tinggal tiga hari lagi. Aku pergi menemani mereka untuk mencoba gaun pertunangan yang telah dipesan walau dengan hati yang sakit tapi aku harus bisa bangkit dan ikhlas melepaskan Alex. Kami memutuskan untuk ke kantor Alex terlebih dahulu dan berjalan kaki menuju butik yang berada tepat di depan Kantor Alex tiba – tiba pada saat hendak menyebrang jalan sebuah mobil melaju dengan kencang dan akan menabrak Kak Sera. Aku yang melihat hal itu mendorong Kak Sera hingga pada akhirnya akulah yang tertabrak.
Orang – orang langsung berkumpul dan mencoba menyelamatkan Kayla. Sera dan Alex yang tersadar dari keterkejutan mereka berlari menghampiri tubuh Kayla yang bersimpah darah.
" Kay.. bangun kay, dasar bodoh" ujar Kak Sera
Aku yang pada saat itu masih memiliki kesadaran hanya tersenyum dan menggapai pipi Kak Sera.
" Ka..kak, janga..n menangis, aku.. senang kakak selamat."
Perlahan tapi pasti kuberikan sebuah senyuman manis ke arah Alex, lalu ku bisikan sebuah kalimat yang mungkin telah dilupakan olehnya.
" Alex... aku mencintaimu, dari dulu hingga sekarang, ingatkah kau akan janji kita ditaman bunga pada senja hari..."
aku tak dapat melanjutkan ucapanku karena rasa sakit yang melanda kepalaku. Aku melihat ekspresi Alex seperti orang kesakitan ia terus memegang kepalanya dan tak lama kemudian aku kehilangan kesadaranku.
" Tuhan, jika kau ingin mencabut nyawaku saat ini, aku ikhlas, aku ingin segera bertemu dengan mama."
.
Rumah Sakit
Terlihat beberapa orang tengah berkumpul didepan ruang operasi. Tak lama kemudian dokter keluar dan menggelengkan kepalanya.
" Maaf nyawa putri anda tidak bisa diselamatkan." Ujarnya
Seketika semua diam dan hanya ada isakan air mata yang menghiasi ruangan itu. Heh, kenapa kalian menangis? Bukankah selama ini kalian tidak meginginkan sosok dirinya? Lalu sekarang mengapa kalian menangis hah?
"tidak.. Kayla jangan tinggalkan diriku, aku baru saja mengingat semuanya, jangan tinggalkan aku Kay.." teriak Alex sambil memeluk tubuh dingin Kayla.
Tiba-tiba Bi Mira datang dengan tangisan yang teramat menyayat hati dan menyerahkan sebuah buku kepada Sang Majikan.
" Maafkan saya tuan, ini adalah buku Non Kayla yang selalu ia bawa kemana-mana"
Tanpa sepatah kata Ayah Kayla mulai membaca buku tersebut, air matanya tak dapat dibendung lagi ketika ia membaca sepatah kata demi kata yang tertuang disana. Ia menyesal teramat sangat menyesal
" Maafkan Ayah Kayla.. maafkan Ayah... Aku bukan Ayah yang baik.. Kayla maafkan Ayah..".
....
" Dier Diary...
Sakit... sakit.. rasanya perasaan iniAyah.. aku ini ada didunia ini, tapi mengapa kau tidak pernah melihatku sedetik saja, Aku bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah...
Aku ingin membuatmu bangga dengan memenangkan turnament basket, namun apa yang aku dapatkan?
Sebuah tamparan keras sebagai hadiah dari kemenanganku.
Aku tidak mengharapkan hadia apapun Ayah.
Aku hanya ingin kau memujiku dan mengatakan
" Kau anak Ayah yang hebat."
Walaupun demikian aku sangat menyayangimu Ayah..
Kak Andi dan Kak Sera...
aku tahu bahwa aku hanyalah seorang anak yang menyebalkan, aku selalu membuat masalah, jika aku lenyap di dunia ini kalian pasti senang kan? Karena tidak ada lagi Kayla yang berteriak di pagi hari, tidak ada lagi Kayla yang selalu mengganggu kalian belajar. Tapi, andaikan kalian tahu aku sangat menyayangi kalian walau ku tahu kalian teramat sangat membenciku.
Aku sangat berharap suatu hari nanti kalian bisa menyayangiku seperti aku menyayangi kalian.
Dan aku sudah ikhlas nahwa Alex dan kak Sera ditunangkan, mungkin ini semua dalah jalan takdirku. Sejujurnya perasaan ini sangatlah sakit ketika ku tahu Alex melupakan ku..
Jikalau suatu saat aku pergi dan tak kembali lagi, janganlah sesekali tangisi aku, karna aku sedang bahagia karena terbebas dari rasa sakit ini dan bertemu dengan Mama."
.
Semua hanya terdiam dan menangis. Tak ada satu kata yang mampu keluar dari bibir mereka.Kalian yang telah memberikan penderitaan kepadanya, dan Tuhan dengan senang hati mengambil hambanya yang tidak diinginkan di dunia ini.
Penyesalan itulah yang kalian rasakan. Musim semi ini adalah saksi bisu dimana penderitaan seorang Kayla telah berakhir...
.
.
THE END
YOU ARE READING
Aku Pergi
Short StoryHeloo readers ^-^ Kali ini aku up cerpen nih. Cerpen ini udah lama sih aku buat tapi baru ku up sekarang. So let' enjoy and read this story. oh ya sebelumnya jangan lupa tinggalkan jejak ya ^-^ thank you.... "Happy Reading" . . . . . . . Next >...