Cemas

9 4 0
                                    

🌱 Aku tidak sadar, kesakitanmu adalah tusukan pisau di jantungku🌱


Ketika Dini sampai kekelasnya, itu sudah pukul tujuh tepat. Lima belas menit sebelum bel jam pelajaran dimulai.

Kelas sudah cukup ramai terisi. Dini langsung melangkah kemejanya. Meja paling pojok tepat disamping jendela.
Dia memasangkan handseat kekedua telinganya kemudian menyandarkan tubuhnya ke kusen jendela. Melihat pemandangan dibawah yang banyak dilalui orang.

Pikiran Dini tidak ditempat sekarang. Moodnya sangat buruk sejak tadi malam. Bahkan lingkaran hitam dapat terlihat dibawah matanya.

Tubuhnya juga sedikit menggigil dan tidak nyaman. Mungkin dia masuk angin akibat berdiri lama didepan jendela tadi malam.

Dini tidak menyangka, setelah hampir setahun tidak mendengar kabar tentang Kevin dia tiba-tiba mendapat panggilan darinya.

Ini tidak lebih dari membuka kembali luka lama yang sudah sedikit mengering.

Ketika Dini merenung, dia tidak menyadari sepasang mata telah menatapnya dari tadi. Tanpa meninggalkan sedikitpun ekspresi diwajah Dini.

Alberd sedikit mengernyit, bertanya tanya mengapa sepertinya ada yang berbeda pada Dini hari ini. Dini yang biasa dia tahu adalah orang yang energik, pemarah tapu kuat. Tapi sepertinya ada sedikit perasaaan melankolis hari ini.

"Kenapa lo natap dia terus Al, apa hari ini lo punya rencana baru untuk dia?", tiba-tiba suara Alfan mengintrupsi pikiran Alberd.

Alberd kembali memfokuskan pandangannya pada teman-teman yang ada di sekelilingnya. Dia tidak percaya dia bisa menatap cewek lebih dari beberapa detik. Apalagi dia memikirkan tentang suasana hatinya. Mimpi apa dia tadi malam?

"Eh enggak. Gue belum nemu ide baru untuk ngerjain anak kacung itu hari ini. Gimana kalian udah punya ide?"

Salah satu kegiatan wajib yang harus dilakukan adalah menyiapkan jebakan badman  untuk para sasaran kejahilannya. Tanpa absen.

"Hmmm sepertinya gue punya rencana bagus", tiba-tiba suara seorang cewek terdengar.

Di adalah Klarisa, pacar Alfan. Cewek centil yang memiliki rambut panjang bergelombang dan berwarna pelangi. Dia cantik dan seksi, tipe cewek idela Alfan pokoknya.

"Apaan beb", tanya Alfan sambil mengusap rambut Klarisa.

"..."

Setelah mengatakan rencananya, Klarisa, Alfan dan yang lainnya tersenyum miring. Sedangkan Alberd yang duduk dipaling pojok hanya diam, hanya Tuhan yang tahu apa yang sedang ia pikirkan.

Saat istirahat pertama berbunyi, Dini langsung beranjak dari tempat duduknya kemudian keluar dari kelas.

Selama jam pelajaran tadi mood-nya tetap tidak membaik. Justru semakin memburuk karena Alberd terus mengganggunya.

Alberd yang semula duduk di pojok kelas dekat dengan pintu, hari ini pindah menjadi duduk dibelakangnya. Apa yang dia lakukan?

Tentu saja mengacaukan segalanya. Mulai dari menendang nendang kursinya hingga menarik narik rambutnya yang ia ikat buntut kuda.

"Mau kemana lo", tanya Alberd ketika Dini berdiri.

Tanpa membalikkan wajahnya, Dini menjawab datar "bukan urusan lo".

Alberd mendengus, tapi sesaat kemudian dia mengedikkan bahunya tak perduli.

Dini pergi ke rooftop sekolah seperti biasa ketika dia dalam mood yang buruk.

DinAlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang