01. Hunkai 🐣❤🐻

7.5K 403 40
                                    

Tetesan hujan yang turun rintik-rintik perlahan menjadi semakin deras. Langit seolah tengah berduka, entah untuk apa dan ditujukan pada siapa. Seorang pemuda tan berusia awal dua puluh tahun itu mengenakan kemeja putih yang ditutupi dengan cardigan berwarna hitam serta celana jeans. Pemuda itu tampak bersiap pergi tanpa mempedulikan cuaca yang sedang tidak bersahabat.

"Kakak, kau mau pergi kemana?" tanya bocah bersurai gelap yang terlihat mirip dengan sang kakak. Bocah itu baru saja selesai meletakkan ember di berbagai sudut rumah yang bocor.

Rumah itu merupakan satu-satunya peninggalan orang tua mereka selain sedikit perhiasan. Orang tua mereka telah meninggal sepuluh tahun yang lalu dan tak meninggalkan banyak warisan. Sejak kematian orang tuanya, Kim Jongin-sang putra sulung- menjadi tulang punggung bagi Taeoh dan Hina, kedua adiknya.

Kondisi rumah itu sangat sederhana dan bangunan itu sudah cukup tua sehingga bocor ketika hujan turun. Penghasilan Jongin hanya cukup untuk membayar tagihan sekolah, biaya kuliah dan berbagai kebutuhan lainnya sehingga tidak memiliki cukup dana untuk memperbaiki rumah.

"Bekerja."

"Bekerja lagi? Bukankah saat ini sedang hujan? Sebaiknya kakak tidak usah bekerja hari ini."

"Taeoh benar. Aku bahkan tak pernah melihat kakak libur." Timpal Hina. Jongin mengelus surai kelam kedua adiknya serta tersenyum.

"Tidak apa-apa. Bosku tidak memberi libur."

"Sebenarnya apa pekerjaan kakak? Kenapa kakak selalu pulang saat subuh dan tidak ada libur?" Tanya Hina dengan tatapan menyelidik.

Jongin terdiam sejenak dan kembali tersenyum untuk menenangkan kedua adiknya.

"Aku bekerja di supermarket yang buka selama dua puluh empat jam dan selalu mendapat shift malam."

"Bagaimana kalau kakak meminta shift siang saja? Aku khawatir kakak akan jatuh sakit." Ujar Taeoh dengan khawatir.

"Aku tidak akan sakit, Tae. Aku adalah pria yang kuat, loh." Jongin membuat pose dengan menunjukkan ototnya dan berharap kedua adiknya tidak akan khawatir.

"Tetap saja. Kakak bekerja terlalu keras dan mengambil dua jenis pekerjaan. Kakak pasti sangat lelah."

Jongin kembali mengacak surai kelam Hina dan menepuk kepalanya, "Jangan mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja."

"Baik-baik saja? Wajah kakak pucat hari ini. Mulai besok aku akan bekerja." Hina setengah berteriak. Ia kesal dengan kakaknya yang terus berusaha terlihat kuat dan menyembunyikan segalanya dari keluarganya sendiri.

"Tidak, Hina. Sebentar lagi ujian masuk universitas dan kau harus belajar untuk masuk ke universitas yang kau inginkan." Ucap Jongin dengan tegas.

Hina mengepalkan kedua tangannya. Ia merasa tak berguna dengan membiarkan kakaknya bekerja keras. Sudah beberapa kali ia mengatakan hal ini dan kakaknya selalu memberikan jawaban yang sama.

"Kalau begitu aku saja yang bekerja. Aku baru saja tingkat dua di middle school dan tak perlu belajar untuk masuk ke universitas." Sambung Taeoh bungsu keluargan Kim itu.

"Kau tidak bisa bekerja, Tae. Usiamu belum cukup untuk bekerja paruh waktu." Jongin menggelengkan kepala.

"Aku bisa menipu usiaku, kak."

Love Me, If You Can [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang