Chapter One

640 110 5
                                    

Setelah 2 tahun bekerja di Boston, aku mendapatkan kesempatan di perusahan penerbitan ternama di New York. Baru beberapa hari aku mendapatkan apartemenku sendiri. Berbeda saat aku di Boston karena harus berbagi dengan temanku.

Mom dan Dad sudah kembali ke New Jersey setelah membantu kepindahanku.

Today is my first day!

North Publishing hanya beberapa blok dari apartemenku, hanya cukup berjalan kaki beberapa menit.

"Aku tahu kau benci kejutan, Nayeon." kata Mina. "Tapi aku tak bisa tahan untuk tidak segera memberi tahumu." Aku bisa mendengar antusias Mina dari suaranya.

"Okay, tapi katakan dengan cepat karena aku tak ingin terlambat di hari pertamaku." Aku sudah bersiap saat Mina menelpon aku tak menunggu lama untuk mengangkatnya karena Mina tak pernah menelpon sepagi ini jika tidak begitu penting.

"Jimin melamarku semalam, dan aku berkata ya."

Rahangku terjatuh, langkahku pun sejenak terhenti. "No way!! Really? Tentu kau akan berkata ya. Mina! It's big news!"

"I know right!"

"Kau harus memberitahuku detailnya!"

"Aku ingin. Tapi kau akan terlambat jika aku menceritakanmu sekarang."

"Okay, nanti malam. Aku akan menelponmu setelah pulang kantor."

"Okay. I love you Bunny!"

"Love you too!"

Aku menutup telponnya saat tepat di depan gedung North Publishing.

My heart pounding so fast! Aku tak paham jika ini baik atau buruk. Ini bukan pertama kalinya aku bekerja, tapi rasanya seperti mahasiswa baru yang masuk ke perguruan tinggi.

Devisi editor ada di lantai IV, aku tak mengira jika kantornya bakal seluas ini dan per devisi berada di lantai yang berbeda. Saat aku interview berada di lantai II sehingga tak bisa banyak melihat betapa luar kantornya.

"Hei, kau Nayeon bukan? Editor baru?" ucap seorang perempuan berambut pirang saat aku baru saja turun dari elevator lantai IV. Dia juga baru saja sampai karena tasnya masih berada di genggamannya. Namun, aku sedikit terkejut karena pakaian yang dia gunakan sangat casual. Dia menggunakan blouse dengan jeans, bahkan dia menggunakan sneakers.

Aku mengangguk tersenyum. "Hai, Nayeon." Aku mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri.

"Cameron. Kau bisa panggil aku Cam." ucapnya. "Aku bisa menunjukan beberapa meja yang kosong, kau bisa memilih dimana kau ingin duduk."

"Oh, thank you Cam."

"One more thing. Setiap Senin awal bulan, devisi kita akan mengadakan rapat untuk project kedepannya. Hari ini jam 10 di ruang rapat semua editor akan berkumpul."

"Thank you again Cam."

"Sama-sama. Jika ada sesuatu yang ditanyakan, bertanyalah padaku. Mejaku ada di sebelah sana." Cam menunjukan mejanya.

Aku mengangguk.

Akhirnya aku memilih meja di ujung dekat jendela. Di meja depanku milik seorang pria berkaca mata bernama Josh.

Semua pegawai disini menggunakan baju yang casual. Mungkin mereka akan langsung mengenaliku bahwa aku sebagai the new girl karena pakaian formalku.

Aku menggunakan blazer biru yang sepadan dengan celana. Rambutku terurai, dan sedikit menambahkan makeup.

(Aku mengambil foto itu sebelum berangkat ke kantor dan mengirimkannya ke Mom)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Aku mengambil foto itu sebelum berangkat ke kantor dan mengirimkannya ke Mom)

Tepat pukul 10, seluruh editor berlajan masuk ke ruangan rapat. "Hei, Nayeon. Ayo ke ruangan rapat." ajak Josh.

"Okay. Apa yang perlu dibawa?" tanyaku.

"Bawa saja note kecil." jawabnya. "Kau akan bertemu coldhearted boss, jadi siapkan mental saja sudah cukup."

"Apa?"

"Kepala devisi editor." kata Josh. "Kau akan segera tahu nanti."

Aku mengambil tempat duduk tepat disamping Josh. Cameron berada di dekat kursi yang kuyakini kursi kepala editor. Ada sekitar 30 editor di ruangan ini, dan sejauh ini sekitar 7 orang yang sudah mengetahui namaku. Cameron, Josh, Andie, Lacey, Anna, Jamie, dan Ocean.

Aku mendengar saat beberapa pegawai wanita membicarakan yang kuyakini adalah kepala editor, the coldhearted boss.

"Aku melihatnya makan malam bersama wanita jumat malam lalu."

"Benarkah?"

"Dia tersenyum?"

"Aku melihatnya beberapa kali tersenyum saat mengobrol, lalu kembali dengan wajahnya yang dingin."

"Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika dia flirting."

Tepat para wanita selesai membicarakan kepala editor. Seorang pria berambut gelap dengan jeans dan tentu wajah dinginnya.

 Seorang pria berambut gelap dengan jeans dan tentu wajah dinginnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh, fuuuuuu.....

Aku mengetahui wajah itu. Dan mengatahui banyak tentangnya.

This was the boy i'd dated while in summer camp. The first love. The boy with cute smile. The boy with warm heart. The boy i'd loved before.

And he's Suga. Suga Min.

***

New GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang