1. Duka

20 1 0
                                    

Sudah 5 hari ini aku menangis dan mengurung diri dikamar. pasalnya, orang yang ku sayang melebihi apapun sudah berpulang ke tempat asalnya. dan sudah 5 hari ini pula aku tidak ingin bertemu siapa siapa kecuali bik kesi, bibik yang sudah merawatku sejak kecil.

Sekarang, dikamar ini aku hanya diam,melamun, dan sesekali menesteskan air mata. Tanpa aku sadari ada bik kesi yang sendari tadi memanggil namaku.

"non Nada, non, ada tamu yang sangat ingin bertemu non"

Tanpa menoleh ke sumber suara aku menjawab "suruh pulang bik, bilang kepadanya aku lagi tak ingin bertemu siapa siapa"

"tapi non, tuan muda ini sangat ingin bertemu non Nada, katanya ada hal yang sangat penting mengenai kematian bapak"
Ujar bik kesi

Aku yang tidak bisa mendengar kata yang bersangkutan dengan bapak langsung menoleh ke arah bik kesi.

"bilang kepadanya tunggu sebentar bik"
Balasku

Aku bingung kenapa aku mau menemui tamu yang aku sendiri tidak tahu, pasalnya selama 5 hari ini aku sama sekali tidak ingin melihat orang lain, sekalipun itu sahabatku. Rasanya aku ingin menyendiri saja dikamar ini, menangis dan teriak sejadi-jadinya. 5 hari yang lalu aku sangat terpukul bagaimana tidak, Ayah kandungku meninggal tanpa tau penyebabnya apa. Itu yang membuatku sangat-sangat terpukul

Tanpa menunggu lama aku ke ruang tamu menemui seseorang yang ingin bertemu denganku itu.

"Ada apa? Apa yang ingin kau bicarakan? aku tak punya banyak waktu"
ujarku ketus kepada pemuda yang sedang duduk dihadapkanku ini,
Menurutku umurnya tak beda jauh denganku.

"Alm. Bapak pernah bilang jika suatu saat dia berpulang, ia ingin anaknya langsung menikah dengan saya"

"Bicarakanlah hal yang ingin anda bicarakan"

"perlu saya ulang untuk kedua kalinya?"

Yah Tuhan... apa lagi ini. dalam keadaanku yang sedang berduka seperti ini, malah di datangkan dengan pemuda aneh yang ingin menikahiku, dengan beralaskan ini keinginan Bapak?

"Maaf, saya sedang tidak ingin dihibur" jawabku singkat dengan muka yang kubuat tidak suka.

"Maaf  juga, mungkin saya terlalu cepat membicarakan hal ini, namun pesan bapak lebih cepat diberitahu itu lebih baik"

Dengan raut muka yang sedikit kesal, ku tinggalkan lelaki itu sendiri di ruang tamu tanpa memperdulikan apa yang lelaki itu bicarakan.

                                    ***

"Non Nada... "

Aku tau siapa yang memanggilku, bahkan ketika mendengar suara jejak kakinya saja aku sudah tau. Itu pasti bik kesi, bagaimana aku bisa tau hanya dengan mendengar jejak kakinya? dirumah ini hanya ada aku dan bik kesi, jika yang memanggil ku bukan bik kesi lalu siapa?
Dulu, dirumah ini ada 3 orang nyawa, namun sejak kepergian bapak, rumah ini berkurang 1 nyawa, dan itu menambah kesunyian yang sangat mendalam.

"iya bik, kenapa?" jawabku tanpa membukakan pintu kamar

"Non Nada tidak kerja?"

"Tidak bik, dan ku mohon jangan menggangguku. Aku ingin istirahat"

"Tapi non, setidaknya sarapan pagi dulu agar tidak sakit"

Dari nada bicara bik kesi, aku sangat tahu jika ia sangat khawatir tentang kesehatanku.

"Nanti saja bik. simpan makanannya dilemari saja bik, pasti akan Nada makan"

Kudengar bik kesi tidak menjawab lagi, dan aku mendengar jejak kakinya meninggalkan kamarku.
Hufftt aku lelah hari ini, akan ku habiskan seharian ini dengan bermalas-malasan di atas kasur.

Namun, belum ada 5 menit bik kesi meninggalkan kamarku. Kudengar lagi ia memanggil namaku.

"Non Nada, Ada pemuda yang ingin bertemu dengan non, Pria yang kemarin datang bertamu"

Hah? Mengapa pemuda itu datang lagi?
Batinku

                                     ***

"dipertemuan pertama kita, saya belum sempat memberitahukan nama saya"

"siapa?"

"Genta"

"mau kamu apa?"

"melamarmu"

"...."

           

Vote! ^_^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang