Lorong sekolah sudah sepi karna sedari tadi bell pulang telah berbunyi, hanya satu dua anak yang masih duduk-duduk di depan kelas.
Lisna yang notabene osis hanya bisa pasrah karna harus full day di sekolah beserta anggota lainya.
"berat ya? Sini gw bawa" sebelum menjawab buku-buku di tanganya sudah berpindah.
"ga usah sok peduli" ketus Lisna "gw peduli" Lisna mengangkat bahu acuh "anak osis yang lain pada kemana?" tanyanya bingung karna di ruang osis hanya tinggal 2 orang.
"dah pada pulang, lo kan bukan osis kenapa ga pulang? lagian bacot banget nanya-nanya " Lisna membuka pintu perpustakaan "assalamualaikum, permisi"
"hmmm taro di kardus itu, yang ada tulisanya X Ipa 2" tunjuknya "sini?" Lisna mendecak "budek kali" yang dihina hanya terkekeh"udah, Balik yuk bareng" Lisna menggeleng.
"gw di jemput abang, lagian gw ga mau deket-deket lo bauk" tolak Lisna "anjay gw wangi gini di bilang bau" Lisna terkekeh
"ga usah deket-deket gw kalo lagi rame, nanti gw yang susah! Lu kira enak di tanya-tanya mulu! Lagian cewek-cewek sekolah ini pada katarak kali ya?" gumamnya
"bisa-bisanya suka sama makhluk rupa abstrak kaya lo!" hanya terdengar kekehan pelan di belakangnya "lo itu unik ya?"
Lisna menoleh ke belakang "unik?" laki-laki itu mengangguk "iya, dari sekian banyak cewek yang muji gw, lo malah ngehina gw"
Lisna mendecih "bagi gw semua cowok itu sama, berengsek! Jadi percuma, mau seganteng apapun tetep aja brengsek!"
Lisna berjalan cepat meninggalkan seseorang di belakangnya dengan pikiran penuh tanya.
"jadi gw ganteng ya?" gumamnya pada diri sendiri dengan senyum mengembang.
Lisna mengeluh, sudah setengah jam ia menunggu angkot di halte dekat sekolahnya tapi tak ada angkot yang lewat, padahal ini masih pukul 4 sore, biasanya banyak angkot berseliweran jika sudah jam 4 sore.
Tapi hari ini tak ada satupun angkot lewat, padahal abangnya tak bisa menjemputnya hari ini.
"hahhhhh laperrrrr" keluhnya jenuh, jam di hpnya sudah menunjukkan angka 16.35 tapi tak ada angkot yang lewat, bahkan sekarang mensung semakin gelap.
Sebuah motor biru berhenti di depanya, motor yang sudah sangat Lisna kenal, motor abangnya.
"lho bang ga jadi lembur?" Faisal menggeleng "hari ini angkot lagi pada demo, gw khawatir lu kenapa-kenapa ayo balik" Lisna tersenyum bahagia, karna hanya abangnyalah yang selalu menjaganya dari apapun, bahkan dari ayahnya yang brengsek.
"mau ke bunda dulu? Apa pulang?" Lisna menggumam "ke bunda dulu deh kak" Faisal mengangguk dan melajukan motornya.
Lisna berjalan pelan dengan setangkai mawar putih di tangan kananya, sedangkan Faisal membawa air mawar.
Mereka berdua berjongkok di samping kuburan yang masih terawat walaupun sudah beberapa tahun ada.
"assalamualaikum bunda, Faisal sama adek dateng, maaf ya bunda kita baru bisa hari ini kesininya, Faisal baru diangkat jadi manager, jadi pulangnya lebih lama dari biasanya"
Lisna tersenyum mendengar apa yang diucapkan abangnya "bunda hari ini lancar, ulangan Na dapet nilai 96 salah dua hehehe, minggu depan ulang tahun bunda ya? Bunda mau di bacain surat apa? Bunda suka banget surat kahfi kan? Nanti Na bacain yang banyak buat bunda"
Setelah ngalor ngidul ngobrol apapun didepan pusara bunda mereka, sekaligus membaca surat yasin akhirnya mereka pulang karna adzan magrib sudah berkumandang.