in our 1000 days

71 10 10
                                    

Aku menyusuri jalanan sore hari ini, niat hati ingin bertemu pujaan hati yang selalu kunanti. Aku menghentikan langkah saat berada tepat di depan toko bunga kesukaannya, Kim. Membeli se bucket bunga kesukaannya pula, seperti biasa, saat aku melempar senyum kepada sang pemilik toko— pemilik toko itu langsung tau apa yang aku inginkan.

Lonceng itu berbunyi saat aku keluar dari toko, aku kembali berjalan sambil membawa bunga untuk kekasihku. Udara yang cukup dingin membuatku semakin mengeratkan jaket tebalku, sesekali aku menghirup bunga yang kubawa, rasanya aku semakin tak sabar melihat dirinya menerima bunga dariku.

Sesekali aku menengok kanan dan kiri, jalanan ini dipenuhi toko-toko yang berjejer rapih, kutemukan pula toko hewan yang tak asing lagi bagiku. Lebih tepatnya toko burung yang saat ini sangkarnya terjejer rapih, terlihat dari dinding kaca bening itu. Mataku terfokus pada burung beo berwarna biru cerah yang menawan, warnanya senada dengan langit hari ini, hingga rasanya ingin ku ajak terbang.

Mata Kim juga menawan, cerah dan selalu memancarkan aura positif kepada siapapun yang menatapnya. Burung itu jadi terlihat mirip dengan Kim, aku juga jadi teringat saat kim mewarnai rambutnya menjadi warna biru kala itu. Aku rindu. Rindu hari-hari dimana kita tertawa lepas bersama, rindu dengan semua tentang dirinya.

Tak lama aku sampai di ruangan Kim, aku membuka pintu perlahan. Ruangan yang menahan Kim entah selama beberapa pergantian musim. Dia selalu tertidur disana, melihatnya membuatku tersenyum, dia nampak tidur dengan bahagia. Aku berharap semoga tidurnya selalu diiringi dengan mimpi indah, setiap malam juga aku berharap dia menemukanku di tengah-tengah tidur lelapnya.

Aku mengambil sebuah kursi di pojok ruangan, membawanya ke samping ranjang Kim, hendak aku menemani di sampingnya. Kugenggam tangan yang sedingin es itu, namun anehnya aku selalu bisa merasakan kehangatan saat aku menggenggam tangan Kim seperti saat ini. Aku yakin Kim sadar, aku ada di sini, di sampingnya menemaninya sesering dan sebisa mungkin. Mungkin, jika Kim tak tertidur lelap seperti sekarang dan sadar bahwa aku selalu berusaha keras untuk mengosongkan jadwal padatku— aku akan di marahi seperti biasanya.

Aku jadi teringat, Kim seringkali pagi buta mengetuk pintu apartemenku. Hanya demi cokelat panas dan roti bakar, itu jika di musim dingin. Jika di musim kemarau, saat matahari terik Kim selalu membelikanku jus jeruk yang di antar oleh kurir ke kantor tempat aku berkerja. Atau jika musim hujan, entah itu pagi, siang, atau sore, bahkan malam, bagai seorang yang mempunyai kekuatan super, Kim mendatangiku hanya untuk menawari satu payung untuk berdua. Padahal, aku tau dia sibuk, tapi Kim tak pernah bisa lepas dariku barang sehari. Jika terpaksa tidak bisa bertemu pun, dia akan selalu mengirimi banyak pesan dalam satu waktu kepadaku. Kim membuatku jatuh terlalu dalam.

Aku kembali tersenyum, mengingat kenangan lama yang masih tersusun rapih dalam benakku. Orang-orang juga pernah bilang bahwa, seseorang yang sedang koma sebenarnya masih sadar dan masih bisa mendengar sekitarnya. Maka dari itu, aku selalu menceritakan hari-hari yang kulalui, juga menceritakan tokoh cerita kesukaannya atau menyanyikan lagu kesukaannya pula. Semuannya, agar Kim tak kesepian.

Aku menyanyikan lagu sesukaannya, tanganku masih setia menggenggam erat tangan Kim, aku menyalurkan kehangatanku kepada Kim di tengah musim dingin ini. Aku jadi teringat, selain pekerjaannya sebagai potograper, Kim juga sering menulis lirik lagu. Hobi katanya, dia sering membuatkan sebuah lagu untukku, yang selalu sukses membuatku jatuh hati lagi kepadanya lebih dalam.

"Ini lagu terakhir yang kau berikan sebelum kau menetap di rumah sakit ini, Kim."

Aku merogoh isi tasku, mencari ponsel pintarku di dalam sana. Hendak aku memutar rekaman nyanyian lagu Kim di ponselku. Aku merekamnya manual, karena memang Kim menganggapnya sebagai sebuah hobi semata. Saat kuputar rekaman itu, rasanya hatiku menghangat mendengarkan suara Kim yang selalu tulus kepadaku.

Winter Bear - Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang