2. Milan, si pintar yang sok cool

21 6 1
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya jika kalian memberikan vote (🌟) terlebih dahulu 😘

***

Lambaian tangan itu membuat kelas XI MIPA 2 kembali mengaduh lebih dari biasanya, bukan karena hal istimewa seperti ada jumpa fans dadakan atau ada penyuluhan idola yang hinggap dikampung kumuh.

Ini hanya hal biasa dimana Milan, salah satu dari sahabatku yang tiba-tiba berdiri didepan pintu kelas yang tengah terbuka lebar.

Dia hanya melakukan hal biasa,

Melambaikan tangan.

Tapi sepertinya teman sekelasku ini pada lebay semua, karena hanya begitu saja mereka malah memfokuskan pandangan pada sosok Milan yang menyuruhku untuk keluar kelas.

Aku mendengus. Sungguh. Kenapa seseorang seperti Milan bisa menarik perhatian segininya.

Padahal tidak ada yang menarik dari lelaki jangkung yang satu ini.

Perlu dicatat jika Milan itu sejenis Agra.

Tapi cuih, apakah aku sungguh tak salah lihat?

Sok keren sekali dia, tidak senyum sekalipun.

Dasar sok cool.

Padahal sifat aslinya sebelas dua belas dengan Agra, walaupun tak terlalu sih, tapi tetap saja.

Mereka tak bisa diam.

Tapi ini...

Apa dia sedang jaga image.

Kulangkahkan kakiku keluar dari bangku yang membuat lelaki jangkung itu menaikkan ujung bibirnya keatas.

Dan saat aku mulai tepat didepannya, tanpa aba-aba langsung kulayangkan kepalan tanganku kebahu kanannya, yang tentu itu membuat Milan sedikit mengaduh.

"Lo mah main tangan mulu."

Aku tersenyum miring, dan langsung memicingkan mata. "Ada apa?"

"Gini Yang, lo tahu kan kalau kakak gue... "

Tak perlu dilanjutkan, aku pun sudah tahu apa yang ingin pemuda ini sampaikan. Bukankah aku sudah bilang sebelumnya kalau Milan ini teman yang aku dapat dari kecil. Jadi aku langsung hapal betul apa yang diinginkan pemuda ini.

Semacam ikatan batin.

Mungkin.

"Kapan?"

Terlihat binar bahagia dari raut wajah Milan. "Sore, pulang sekolah. Gue bawa stoknya kok."

Aku menganggukkan kepala tanda mengerti.

"Yaudah balik lagi gih."

"Dih... Ngusir."

"Biarin kelas gue juga." Gertakku yang mengibaskan tangan kedepan wajah Milan.

Tapi pemuda ini malah melongokkan kepalanya kedalam kelas, tanda seperti mencari sesuatu.

Keningku mengernyit dan ikut mengedarkan pandangan mencari apa yang Milan lihat. "cari siapa sih?"

Milan hanya diam, yang membuatku juga ikut mencari.

Tapi tak lama Milan berseru yang membuatku terlonjak. "Akhirnya dapet!"

"Ha?"

"Gue tahu lo duduk dimana." katanya sembari menyengir lebar. "Kursi ketiga ditengah sebelah kiri kan?"

Inginku mengumpat.

***

Awal semester memang kelas ini biasa saja karena baru perkenalan, saat ini aku duduk dengan Mitha teman sebangkuku.

Bukan teman sebangkuku juga sih, karena bangku kami semuanya tipe satu-satu, alias sendiri-sendiri.

Tapi karena bangkuku yang berdekatan dengannya kuanggap kita adalah teman sebangku.

Agra duduk tidak jauh dariku. Dia duduk mojok disamping jendela. katanya, dia pengen lihat orang yang lagi olahraga.

Cuih.

Kadang aku berpikir, kok ada orang kayak Agra didunia ini. Agra itu bobrok, kelaluannya juga random, yang tak kumengerti kenapa dia memilih IPA?

Walaupun sebenarnya tidak ada hubungan antara kelakuan dan kecerdasan. Tapi aku hanya aneh saja, jika Agra benar-benar masuk sini.

"Yang, pinjem penghapus dong."

Aku tidak menoleh karena aku sangat tahu siapa yang begitu fakir alat-alat tulis dikelasku.

Anton.

Cowok yang duduk tepat dibelakangku ini sekarang sedang menusuk-nusuk belakang bahuku entah dengan pulpen atau pensil, yang jelas dia selalu seperti ini ditengah pembelajaran.

Aku merogoh kotak pensil yang aku simpan di kolong meja kemudian mengambil penghapus hitamku disana.

"Jangan lupa balikin lagi ya." Tekanku disetiap perkataan. Perlu diketahui jika Anton itu selalu menghilangkan barang, bukan hanya punyaku saja tapi hampir semua teman sekelasnya. Intinya-

-Anton ceroboh dan tak bertanggung jawab pada barang milik orang lain.

Anton hanya berdehem, kemudian dia mengambil penghapus yang kujulurkan.

Aku kembali menatap kedepan saat dirasa seseorang masuk.

Tak lama Bu Andin, guru kimiaku memasuki kelas.

***

Untuk permulaan chapternya bakal pendek-pendek dulu.

Karena ini sebenarnya short story tentang pertemanan.

Jadi yang dibahas bukan hanya tentang si tokoh utama dan para sahabatnya saja Tapi juga beberapa teman yang lumayan dekatnya juga.

Bisa dibilangnya Ini berkaitan dengan real life

Jadi selamat menikati dan datang di 'Best Friend' bagi semuanya

Salam Cinta

Ri-area 💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang