Semua Itu Bermula

161 3 6
                                    

Siang hari itu di depan rumah Amanda, Heksa menghentikan motornya. Sudah dua minggu, sekolah Amanda diantar-jemput olehnya.

Amanda turun dari boncengan, kemudian membetulkan pakaiannya yang agak berantakan, "Mau mampir dulu, gak?"

"Engga deh, makasih. Mau langsung aja, PR-nya banyak!"

Amanda memasuki rumahnya setelah melihat sosok Heksa menghilang di belokan jalan. Sempat termenung sebentar memikirkan hubungannya dengan Heksa. Ada sebersit hal yang sedikit memberatkan hatinya.

Mereka berpacaran bisa dibilang tidak sengaja. Hanya karena kebetulan pernah makan satu meja di kantin, berduaan. Heksa bilang kagum dengan prestasi Amanda di kelas, sebelum akhirnya mengatakan suka dan menembaknya.

***

Sore menjelang malam minggu, Amanda meraih HP-nya kemudian rebahan di kasur. Kemudian mencari nama "Heksa" dari daftar chatnya.

[Lagi ngapain?]

Amanda meringkuk kembali di kasurnya, bengong. Menebak-nebak apa yang dilakukan Heksa sekarang, walaupun tahu balasannya pasti lama.

Seharusnya dia juga mengenal teman-teman Heksa, yang bisa ditanyai kabar di mana Heksa. Tapi apa mau dikata, Amanda tipikal orang yang pergaulannya sedikit. Teman ceweknya saja tidak ada yang akrab.

Setengah jam ... Satu jam ... Amanda menyerah untuk berharap balasan dari Heksa. Drakor yang ditontonnya sejak tadi saja terasa hambar, sama sekali tidak menghibur.

***

Bel istirahat kelas siang berbunyi. Amanda duduk di bangkunya sedang melihat seisi ruangan, mencari-cari Heksa. Rupanya dia sedang ngobrol dengan temannya, kemudian mereka keluar kelas bersama.

Amanda menghela napas mencoba bersabar. Tadinya dia berharap akan diajak Heksa ke kantin atau sekadar menyapanya.

Amanda mulai berhitung dengan hubungannya. Dirinya merasa tidak diperhatikan sebagai pacar selama ini. Lalu untuk apa jadian?

"Hei, ngapain sendirian?"

Amanda mencari asal suara tersebut. Redi rupanya. Dia duduk di bangku yang tak jauh dari Amanda.

Redi bangkit dari bangkunya menghampiri Amanda, "Aku masih gak ngerti materi pak Tohar tadi. Mau obrolin bareng di kantin?"

Amanda diam menatap Redi sambil menimbang-nimbang sesuatu.

"Aku traktir deh, yuk." Redi membujuk.

Menyetujui ajakannya, Amanda mengangguk kemudian membereskan alat tulis sebelum akhirnya ke kantin.

***

Sesampainya di sana, mereka berdua memilih tempat duduk di sudut kantin.

"Kamu pesen apa? Biar aku pesenin sekalian," kata Redi begitu Amanda duduk.

"Bakso sama minumnya es teh," jawab Amanda.

Redi mengganguk dan berjalan meninggalkan meja.

Amanda bengong memandangi Heksa yang sedang asyik menggobrol dengan teman-temannya di meja lainnya.

AMANDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang