Ten Years

26 1 0
                                    

"Oke langsung bergerak sesuai pembagian kemarin ya" Ocha sebagai ketua tim langsung memerintah kami begitu sampai di stan. Kami berlima langsung menyebar sesuai pembagian tugas kemarin.

Saat ini sekolah ku sedang berpartisipasi dalam lomba mading 3D tingkat nasional yang diadakan di Jogjakarta.

Oh.. Perkenalkan, namaku Shafira, siswi kelas 1 sekolah menengah atas favorit di Surabaya. Ekskul jurnalislah yang membawa ku bisa sampai ke perlombaan ini.

"Hei, jangan nyenggol madingku dong!" Kataku ketus pada seorang laki-laki bertubuh jangkung. Bagaimana aku tidak ketus? Saat aku fokus menempel bulu buatan pada mading kami yang berbentuk burung garuda, tiba-tiba mading kami bergetar.

"Sorry" Kata laki-laki itu dingin. Lalu kembali fokus pada madingnya yang bersebelahan dengan madingku. Oh God, dia sangat dingin, tapi dia sangat... Tampan.

Kuperhatikan gerak-geriknya, dia terlihat sangat keren walau hanya dari belakang.

"Fira! Ada apa? Jangan nglamun, kita masih banyak pekerjaan dan waktu kita kurang.. Dua jam" Ocha ceramah panjang lebar.

Bagus, karena laki-laki ini aku ditegur ketua tim ku. Huuuh!

Dua jam berlalu, meski diwarnai insiden kecil tadi, mading kami bisa selesai tepat waktu dengan hasil yang sempurna. Kusempatkan melirik mading tetangga, milik laki-laki dingin tadi. Mereka juga sudah selesai dan sedang briefing. Laki-laki dingin itu yang bicara, sepertinya dia adalah ketua timnya.

"Ayo kita kembali ke penginapan dan istirahat" Aku hanya menurut ketika Ocha menyeret tanganku. Kulirik lagi laki-laki dingin itu dan bagusnya dia juga sedang melirik ke arahku. Segera aku membuang muka ke arah lain. Aku yakin pipiku sudah semerah tomat saat ini.

***

Keesokan harinya kami semua kembali ke arena lomba, 2 hari kedepan mading kami akan di pamerkan serta dinilai. Kami harus bersiap menjawab pertanyaan juri maupun pengunjung lain tentang mading kami.

"Oke, good job guys. Sekarang kita punya waktu istirahat 1,5 jam" Seperti biasa Ocha ketua tim kami memberi perintah.

"Ayo kita makan Ra" Ajaknya padaku. Aku menggeleng.

"Aku masih kenyang, aku disini aja" Jawabku. Ocha mengangguk kemudian meninggalkan aku.

Kukeluarkan ponsel ku untuk bermain game. Setengah jam bermain aku merasa bosan. Aku perhatikan keadaan kanan dan kiri. Beberapa anak masih terlihat di stan mading mereka masing-masing. Mungkin mereka malas keluar seperti aku.

Namun tidak dengan stan mading di sebelahku. Kosong. Ku perhatikan bentuk mading mereka. Replika seorang dari suku Papua bertoga bergandengan tangan dengan seorang dari suku Aceh yang juga bertoga. Di depan mereka terhampar peta Indonesia.

Karena tertarik aku mendekati mading mereka, perhatian ku tertuju pada sebuah artikel yang berupa opini.

"Srius banget bacanya" Aku hampir terlonjak ketika seorang laki-laki tiba-tiba menyapaku. Aku menoleh. Laki-laki jangkung kemarin.

"Kenapa? Terpesona? Sama artikelnya atau sama yang nulis?" Tanyanya lagi. Aku menatapnya tidak percaya. Ternyata selain dingin laki-laki ini seperti terjangkit penyakit narsisme yang akut.

"Jangan terlalu PD. Dan lagi aku nggak tau siapa penulis artikel ini" Jawabku acuh.

"Tertulis disana. Saladin. Itu namaku" Aku hanya ber-oh ria menanggapi ucapannya.

"Ehm.. Apa aku nggak boleh tau nama kamu?" Tanyanya lagi. Aku menatapnya bingung. Dia tersenyum.. Sangat manis. Lalu dia mengulurkan tangannya.

"Saladin. Kelas 1 SMA di SMA Cendika Bandung" Katanya. Aku menyambut uluran tangannya.

Ten YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang