Di era millenium ini, semua orang pasti sudah mengenal tentang penyihir. Ada banyak buku, film, drama, bahkan teori tentang penyihir tersebar di seluruh dunia. Banyak anak-anak yang bermimpi memiliki sihir dan menjadi penyihir. Namun, dunia yang kini semakin canggih membuat keberadaan penyihir asli jadi dilupakan. Yang mereka tahu, penyihir hanyalah makhluk fiksi di dalam cerita.
Keberadaan teknologi yang membantu manusia dalam kehidupannya, dianggap memiliki kekuatan yang sama dengan sihir. Mereka bilang katanya teknologi itu praktis, sama seperti fungsi sihir. Gambar bergerak, hologram, aplikasi chat, bahkan alat transportasi yang mempermudah ke mana pun manusia pergi.
Percayalah, bagi kami penyihir yang tersisa harus mulai beradaptasi dengan semua itu. Sihir kami jadi tidak diperlukan lagi karena teknologi manusia sebenarnya membantu kami, yah kami tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga untuk mengendalikan kemampuan sihir. Pada akhirnya, para penyihir mulai berbaur dengan manusia, dan lambat laun semakin mirip dengan manusia. Sihir yang tidak digunakan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan penyihir itu kehilangan kemampuan sihirnya, dan untuk mengembalikan kemampuan itu penyihir harus berlatih lagi dari nol.
Aku pernah nyaris kehilangan sihir karena lebih sering mengikuti kebiasaan manusia. Saat itu aku mengalami depresi, perkumpulan penyihir mengatakan bahwa aku sudah menjadi manusia. Tetapi, aku tidak terima, karena jauh di dalam diriku masih ada percikan sihir yang butuh untuk diasah kembali. Hingga di suatu malam, seekor gagak bermata biru safir hinggap di jendela kamar. Gagak itu membawa sebuah kunci emas dengan simbol huruf R yang di kanan kirinya terdapat tangkai bunga yang melingkar.
Bukan hanya membawa kunci ini saja, gagak itu juga membawa pesan padaku. Sebagai penyihir, kami sejak kecil sering dikenalkan pada istilah familiar. Gagak adalah salah satunya, dulu aku memilih dua hewan sebagai familiar-ku. Mereka adalah kucing dan gagak, oleh sebab itu aku mengerti apa yang dikatakan gagak tersebut padaku. Dia bilang, aku harus pergi ke Sisilia dan menemukan sebuah bangunan terbengkalai di sana. Aku tidak tahu tepatnya di mana bangunan itu, karena wilayah Sisilia itu luas. Jadi, kuperintahkan gagak itu untuk memanduku.
Memang, di sebuah hutan yang jarang dikunjungi manusia, ada sebuah reruntuhan bangunan terbengkalai. Di sana gagak itu membawaku pada sebuah tangga dengan cahaya di bagian atasnya. Kukira itu hanyalah sebuah cahaya sihir yang menggantung untuk penerangan, ternyata salah. Itu sebuah portal yang membawaku mendarat di sebuah kota asing yang tak pernah aku kunjungi. Semuanya terlihat seperti kota ajaib, namun segalanya berubah ketika seekor dinosaurus mengamuk yang datang entah darimana. Dia memakan semua orang yang berlarian di jalanan. Aku tak punya pilihan lain selain bersembunyi, dan gagak tadi justru memerintahkanku untuk segera berlari ke bukit melalui hutan kelam.
Kunci emas yang kupegang saat ini adalah kunci menuju kastil terbengkalai di atas bukit itu, kastil milik seorang Ratu penyihir yang secara misterius menghilang. Dia hanya menyisakan familiar-nya beserta kunci kastilnya. Aku tidak tahu mengapa gagak itu memilihku, memintaku untuk masuk ke dalam kastilnya. Mengambil tongkat sihir kristal milik Ratu Penyihir yang telah hilang.
Aku memutuskan untuk tinggal, mungkin seiring berjalannya waktu semua jawaban itu akan kutemukan. Dan inilah kisahku, Ravenic Raven si Penyihir muda yang hidup di Kota Sigrun.
Eh, tunggu. Di kastil ini tidak ada makanan, uang saja tidak ada. Bagaimana aku bisa makan?!
[]
A/N : sebelumnya works ini berjudul Sigrun Trivia, tapi saya ubah menjadi bentuk diary singkat gegara abis nonton anime wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Witch Diaries
FantasySebagai seorang penyihir yang hidup di masa modern sungguh tidaklah mudah, apalagi soal mencari penghasilan dari kekuataan yang dimilikinya. Banyak orang datang meminta bantuan, tapi tak sedikit pula yang menyalahkan penyihir ketika musibah menimpa...