Thirteen

25.3K 2.8K 667
                                    

"Hyung—" Suara Jungkook terdengar serapuh kayu yang lapuk, "Maafkan Kookie." Bisiknya sekali lagi, "Maaf hyung. Jangan mengabaikanku. Jangan berpura-pura tidak melihatku." Jungkook tercekat, "Jangan berpura-pura tidak tau bahwa aku mencintaimu."

___

CHAINED

WARNING! R18+ Including Harshwords/ violence/ dirty talk/ BDSM. Explicit sex. CONTAIN SMUT. Trigger warning for: Mental illness.

Dom!Taehyung! Sub! Jungkook.

Dimohon kebijakannya dalam membaca

enjoy!

___

Ada saat-saat dimana kau merasa bahwa waktu seolah berhenti, menciptakan keheningan yang mencabik jiwa dan pikiranmu. Tubuhmu gemetar, jantungmu berdebar keras sementara tenggorokanmu tercekat hingga suaramu tidak mau keluar. Kemudian rasa takut itu muncul, menggerogotimu dan membunuhmu perlahan-lahan dari dalam. Jungkook merasakannya, ketakutan itu menelannya saat kakaknya hanya diam, membiarkan pernyataannya mengambang tanpa ada jawaban. Sejenak Jungkook berharap bahwa kalimat itu tidak pernah meluncur dari mulutnya, tetap terpendam untuk selamanya. Namun ketika dia menoleh kebelakang— pemuda itu sadar bahwa segalanya sudah terlambat. Air matanya sudah jatuh. Perasaannya sudah terlanjur tersampaikan. Nasi itu sudah berubah menjadi bubur, dan dia tidak akan bisa mengubahnya kembali.

"Jungkook-ah—" suara Yoongi nyaris terdengar seperti bisikan, Jungkook memeluk kakaknya makin erat. Tidak, dia tidak mau mendengarnya. Jangan katakan hal itu. Jangan menjawabnya hyung.

"Maaf." Suara Yoongi terdengar mengambang ditelinga Jungkook yang kabur, "Maaf. Aku— aku tidak bisa."

Jungkook menelan ludah, sulit sekali melakukannya saat tenggorokannya terasa seolah dijejali oleh batu. Dia— dia tidak ingin menangis, namun air mata itu berlomba-lomba keluar dari bolamatanya. Disisi lain Yoongi mengepalkan tangan erat. Jangan menangis. Dia ingin mengatakan itu pada Jungkook, dia ingin berbalik dan balas memeluk Jungkook erat, mengusap kepalanya dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja sekalipun itu bohong. Namun Yoongi hanya tetap pada posisinya, menelan kata-kata penenangnya dalam kerongkongan, dia ingin namun dia tidak bisa.

"Hyungie—" Jungkook menggigit bibir pedih, ada keputusasaan dalam caranya memanggil Yoongi, jemari Jungkook meremat kaus kakaknya lebih erat seolah itu adalah satu-satunya harapan hidupnya. Dia tidak ingin Yoongi pergi, ingin kakaknya tetap disini menemani jiwanya yang kesepian, batinnya yang lelah, yang sudah lama tenggelam dalam penolakan serta kebohongan yang dia lakukan pada oranglain, pada dirinya sendiri— "Jangan pergi." Pintanya, "Kenapa— kenapa kau tidak bisa mencintaiku juga?" Kenapa hanya aku yang terluka?

"Kau tau alasannya." Jawab Yoongi pahit, tenggorokannya tercekat, "Kau— adalah adikku."

Kata-kata itu lebih menghancurkan daripada yang Jungkook kira. Airmatanya berjatuhan makin deras. Yoongi mendongak, menatap langit-langit kamar dengan perasaan hancur. Dia tau bahwa selama ini Jungkook mencintainya, namun Yoongi berpura-pura tidak tau, dia memilih menjadi seorang pengecut dan lari dari kenyataan. Yoongi pikir, perasaan Jungkook akan memudar dan menghilang seiring berjalannya waktu.

Namun rupanya dugaannya salah, bukannya enyah, perasaan itu justru menghancurkan adiknya dari dalam. Andai dia mampu menghadapi kenyataan, andai dia meluruskan segalanya dan menolak Jungkook sejak awal— Dia menyesal, merasa sangat bersalah pada Jungkook. Namun Yoongi tetap tidak bisa, mereka adalah kakak adik— dia tidak bisa menganggap Jungkook lebih dari itu. Hati Yoongi sudah untuk oranglain. Seseorang yang dia kambing hitamkan untuk melindungi dirinya sendiri dari kenyataan. Yoongi adalah bajingan egois yang rela mengorbankan segalanya demi egonya yang tinggi, sekalipun itu adalah orang yang dia cintai.

CHAINED - VkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang