Bloody 2

273 6 3
                                    

Tiga tahun yang lalu..

Tak kusangka, dalam sekejap takdirku berubah. Kupikir hidupku bakal normal. Kupikir hidupku bakal baik-baik saja. Ternyata takdir menuntunku ke jalan kegelapan, yang kupikir memang seharusnya aku telusuri. Itulah jalan hidupku.

Lelaki itu muncul dalam kehidupanku. Dia tampan tapi pucat. Ada sesuatu yang menarikku saat mata kami bertatapan. Matanya tajam berwarna biru kelam membuatku terasa ditarik masuk dan tenggelam didalamnya. Lelaki itu mulai masuk sekolah ketika pertengahan semester. Aku tahu tentang dia walau kami tidak sekelas—dia kakak kelas. Anak-anak perempuan suka sekali membicarakannya, dan dalam sekejap seisi sekolah mengenalnya. 

Aku benar-benar bertemu dengannya ketika aku kabur ke taman rahasia untuk menghindari sekretarisku. Sebagai ketua osis, aku sangat sibuk bahkan tidak ada waktu untuk istirahat sejenak. Taman rahasia sangat membantuku untuk santai sejenak tanpa ada yang tahu. Kupikir begitu, tetapi aku salah. Lelaki itu menemukannya dengan mudah.

Aku hanya bisa menatapnya dalam diam. Menitinya, mencoba melihat lebih lama dari ujung rambut hingga ujung kakinya yang ramping. Aku selalu memalingkan muka ketika berpas-pasan dengannya. Aku tidak nyaman, mata birunya selalu menatapku tajam ketika kami bertemu. Dan aku merasa suatu saat nanti, aku dan dia akan bertemu tanpa ada yang tahu. Dengan firasat itulah, aku tidak kaget saat dia mendadak muncul dengan menggunakan payung hitam kecilnya.
Dia terlihat lebih pucat dari biasanya dan...tampan dengan mata biru kelamnya. Rambut pirangnya yang panjang terikat rapi ke belakang. Dia terlihat seperti pangeran negeri dongeng, tapi menurutku, dia menakutkan dan misterius.

Saat melihatnya, spontan aku mengerutkan dahi. Seharusnya cukup aneh melihatnya memakai payung disaat cuaca secerah ini, dan tidak ada tanda sedikit pun akan mendung dan turun hujan. Tetapi, aku merasa tidak seperti itu. Seolah itu adalah sesuatu yang wajar saat melihatnya memakai payung itu.

"Ritto." katanya seraya tersenyum, mendekatiku yang sedang duduk bersandar di pohon Ek muda favoritku.

"Chisa." balasku. Tanpa kuminta, dia duduk agak berjarak disebelahku dan kemudian melipat payung. Kemudian, kami sama-sama membisu. Aku berusaha cuek, tetapi aku penasaran bagaimana ia bisa menemukan tempat ini, dan apa alasannya disini?

"Tempat yang indah..tidak sulit menemukan tempat ini disaat kau ditempat ini.." katanya lirih dengan memasang senyuman yang memesona. Apa dia sedang mencoba merayuku?  

"Aku mengatakan yang sebenarnya..kau tahu? Aromamu sangat enak..karena itu aku bisa menemukanmu.." katanya 'menjawab' pertanyaanku dengan senyuman yang tetap mempesona.

"Apa maksudmu? Apa kau sudah gila?" tanyaku sedikit meninggi. Aku merasa sedikit risih dengan perkataannya yang menurutku seperti pelecehan seksual. Dia tertawa melihat reaksiku.

"Tidak, aku tidak gila." Katanya, lalu ia menggigit pergelangan tangannya hingga mengeluarkan darah yang kental dan gelap.

"Hei!! Apa yang kau lakukan?" Seruku panik. Dia memang sudah gila!

Aku segera menarik tangannya yang penuh dengan darah. Aku melihat matanya berubah merah dan disela-sela mulutnya yang penuh darah, aku melihat taring. Aku terkejut dan melepas tangannya. Segera aku mundur tapi tanganku dicengkeram olehnya. Spontan aku teriak, tetapi kemudian dia mendorongku hingga membuatku terlentang. Ia memegang kedua tanganku dan kakinya menindih kakiku. Aku tidak bisa bergerak.
"Lepaskan aku!!" Teriakku "Kalau tidak, aku akan berteriak!!"
"Tidak akan ada yang bisa mendengarmu, Chisa." Jawabnya sambil menyeringai. Aku berusaha berontak tapi tenaganya sangat kuat. Tidak...tolong aku...

Mendadak air mataku keluar. Dia membuka mulutnya, memamerkan taring lancip. Darah ditaringnya menetes ke wajahku. Lama kelamaan wajahnya mendekati leherku. Aku akan digigit! Tidak!!

Bloody VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang