Ia seseorang yang biasa saja, sangat biasa. Seseorang yang memiliki imajinasi yang tak terbendung. Hari-harinya hanya ia habiskan di dalam rumah, melakukan pekerjaan rumah dan bermesraan bersama komputernya. Yap penulis, begitulah pekerjaannya.
Hari itu ia merasakan kebosanan yang teramat sangat, sudah tak ada yang bisa ia lakukan bahkan sekedar untuk menulis, ia sedang tak berminat atau katakanlah tak ada ide dalam otak pelupanya.
Sore itu ia duduk santai di sofa ruang tengahnya, hingga .....
Kringggg ... Kringggg ..."Hallo, dengan Xiao Zhan disini"
"Ya, aku tahu kau Xiao Zhan" terdengar kekehan kecil diseberang telephon.
"Wang Yibo"
"Oh ternyata kau masih mengenali suaraku" ucapnya. Sekarang bukan hanya kekehan yang terdengar tapi tawa yang merdu menyambut gendang telinganya. Ia cukup tahu, teramat tahu atau katakanlah ia sangat hafal dengan suara itu.
"Bagaimana aku lupa dengan orang yang selalu mengganggu ku"
"Kenapa kau masih saja mengingat hal itu" ujarnya, dengan nada sebal yang di buat-buat. Manisnya.
"Apa yang sedang kau lakukan?, menulis?, atau .. Sedang tak ada ide??, oh aku lupa, sejak kapan kau memiliki ide di otak pelupa mu itu?". Bolehkah ia menarik kembali kata manis untuk lelaki diseberang telephon itu?, menyebalkan.
"Lalu kau sendiri?, apa yang sedang kau lakukan?, apa kau sedang tak ada kerjaan hingga menghubungi ku?, atau kau sedang berusaha mendekati ku?".
Ya begitulah percakapan yang sedang mereka lakukan, celaan yang saling melengkapi, celaan yang membuat mereka tertawa.
"Apa kau sudah melupakannya?". Tanya Yibo.
Ada jeda sebelum terdengar helaan napas Xiao Zhan di seberang telephon."Begitulah, kurasa aku sudah melupakannya dua tahun belakangan ini". Ia mengingat kisahnya, kisahnya bersama mantan kekasihnya yang pergi dengan meninggalkan luka. Akhir dari sebuah hubungan dan awal dari sebuah pertemuan.
Wang Yibo mengenal mantan kekasih Xiao Zhan. Yibo selalu memanggil kekasihnya itu dengan sebutan berengsek, tapi ia tak sadar banyak juga yang memanggilnya begitu karena patah hati. Ia sangat populer di kalangan wanita bahkan lelaki. Banyak yang mendambanya, yang ingin menjadi kekasihnya, bahkan dijadikan pelampiasan pun mereka mau.
"Oh Yibo, payung mu, aku belum sempat mengembalikannya". Ia ingat payung itu, tempo hari saat hujan datang, saat hatinya terluka, payung itu menaunginya, melindunginya dari langit yang ikut menangis dan ia juga mengingat dekapan hangat yang selalu ia terima saat air matanya menetes. Memberikan kehangatan saat hatinya terluka.
"Lupakan, seperti kita tidak dekat saja". Ujar Yibo dengan tenang.
"Zhanzhan, aku ingin berbicara". Ucapnya lagi
"Ya, katakanlah"
"Tidak, sebelum kau membukakan pintu mu". Ia bergegas menuju pintu depan rumahnya, membukanya dengan tergesah dan ia melihat ada cukup banyak balon berwarna-warni menutupi wajah sang pengetuk pintu. Sorot matanya beralih dari kaki hingga tangan yang memegang tali-tali balon dengan mata yang berkaca-kaca, sebuah pelukan lelaki itu dapatkan dan abaikan balon-balon yang sudah berterbangan itu.
"Hey, apa kau menangis?, apa ada yang sakit?, apa aku melukaimu?". Sebuah rentetan pertanyaan Yibo berikan.
Sebuah senyuman yang sangat manis Xiao berikan. "Ini air mata bahagia bodoh, karena aku sangat bahagia hingga ingin menangis".
Tanpa aba-aba Yibo berjongkok dengan sebuah kotak bludru ditangannya yang berisikan sebuah kalung yang cantik.
"Will you marry me?".
Sebuah pukulan ringan lelaki itu terima. "Bodoh, kau sungguh bodoh ... Kau mau menikahiku yang telah menjadi istrimu dari setahun yang lalu, benar-benar bodoh". Sebuah tawa tersungging sangat jelas dikeduanya.
"Hey, bagaimana dengan perutmu?, apa masih sakit?, kau sudah makan?, sudh minum obat?, apa perlu kerumah sakit?". Dan masih banyak lagi serentetan pertanyaan dari si bucin Yibo untuk si manisnya yang selalu menggemaskan.
Dan kita akhiri sampai disini dulu permisa, karna jika dilanjutkan takutnya kalian akan baper dengan nostalgia sepasang suami-istri atau suami-suami, halah abaikan itu. Cinta tak harus melulu tentang pria dan wanita karna nyatanya lihatlah pasangan Yizhan yang sangat bahagia.
Dan terimakasih permisa