1

316 13 0
                                    

Bagaimana kau menatap hari-harimu tepat setelah sebuah kesalahan besar kau lakukan ? Ya, kau hanya akan dilanda oleh sebuah penyesalan yang tak akan ada habisnya.

"Son Seungwan...." sapaan lemah itu membuatku menghentikan kegiatanku sejenak. Kulihat langkah yang juga lemah dari seorang pria paruh baya yang mendekatiku itu.

"kau sedang membereskan semuanya ?" kini atensi kembali teralihkan kepada beberapa tumpukan kertas, buku dan alat-alat tulis yang sedang kurapikan ini.

"hem... aku sudah tak bisa lagi mempertahankan diriku !" ucapku datar dengan kembali menatapnya.

"maafkan aku Son Seungwan-Ssi !"

"aku sudah mengatakannya berulang kali, jika semua ini bukanlah kesalahanmu tuan Cha" Ya, nada bicaraku mulai meninggi.

Tidak, ini semua bukan karena keputusan sepihak ini, melainkan karena aku yang mulai lelah mendengar kalimat yang sama yang diucapkan oleh pria dihadapanku ini sejak aku dan dirinya keluar dari ruangan komisaris utama sejam yang lalu.

"kau adalah salah satu orang yang sangat bisa diandalkan disini, kepergianmu seperti aku yang kehilangan satu kakiku untuk berjalan" kulirik foto kecil yang berada digenggamanku ini. Ya, semua kenangan yang hampir tiga tahun kuhabiskan ditempat ini, tempat yang menjadi satu-satuny mau melirikku.

"kau seperti sosok seorang guru untukku Tuan Cha...." ucapku mencoba untuk menenangkannya.

"kau yang membuatku mengerti semuanya, kau yang membantuku mengisi lembaran lembaran kosong hingga semuanya utuh menjadi sebuah buku" ya, bendungan bendungan yang kutahan mulai penuh. Tidak Seungwan, kau harus mampu menahan semuanya !

"aku tak pantas untuk kau sebut sebagai gurumu..."

"jika begitu, maka kaupun tak pantas untuk mengatakan jika kehilanganku seperti kau yang kehilangan satu kakimu !"

"hah, lihatlah kau bahkan berani untuk membalas kata kataku !" ya, sebuah senyuman terpaksa terlihat jelas diwajahnya.

"aku hanya mengikuti apa yang diajarkan oleh guruku !" balasku mengikuti nada bicaranya.

"kemanapun dan dimanapun kau selanjutnya, jangan lupakan aku, kau mengerti !" aku mengangguk. Kembali kukemasi barang-barangku agar semuanya dapat kuselesaikan dengan segera.

"kalau begitu, aku permisi tuan Cha !" ucapku dengan sedikit membungkuk disertai kotak berukuran sedang didalam dekapanku ini.

"kesuksesan akan mendekatimu !" jawabnya dengan menepuk pelan punggungku.

Sepasang mataku teralihkan oleh sepasang mata lain yang juga menatapku dan Tuan Cha dengan tatapannya yang tak bisa untuk kuartikan.

"kau baik-baik saja ?"

Tidak, semuanya sama sekali tak baik-baik saja. Bahkan setiap kata yang kudengar sejam yang lalu di ruangan megah itu menempel dengan sangat jelas dikepalaku.

"bohong jika aku berkata aku baik-baik saja" bendungan ini mulai rapuh. Ya, terlalu banyak kenangan yang tercipta diruangan yang sederhana ini. Terlalu banyak ilmu yang kudapatkan namun belum sempat untuk kubagikan.

"Son Seungwan-Ssi...."

"berhentilah memanggilku dengan nada lemah seperti itu Tuan Cha, bukankah seharusnya kau menguatkanku ?" Ya, kualihkan pembicaraanku agar bendungan ini tidak meluap sekarang.

"maafkan aku Seungwan-Ssi, kau tau bagaimana aku sangat mengandalkanmu selama ini, aku...."

"tidak akan habis jika kita mengingat semuanya tuan Cha, sedangkan aku sudah tak lagi pantas untuk berada disini. Kau memiliki kemampuan untuk membuat siapapun bisa kau handalkan. Ajarkan mereka seperti kau mengajarkanku, bahkan lebih hebat dariku" ucapku begitu panjang.

( YOU ) In To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang