2

115 11 0
                                    

Aku memandangi langit pagi hari ini. Tak ada yang spesial, semuanya tampak biasa saja. Namun hatiku benar-benar tak menentu. Perdebatan kecil yang terjadi antara aku dan abeoji terus mengganggu pikiranku. Sesuatu yang membuatku sangat bertanya-tanya, kenapa hal itu bisa terjadi ?

"Do Kyungsoo-Ssi, kau sudah siap ?" Lamunanku teralihkan oleh panggilan itu. Ya, dia adalah Tuan Cha. Mataku mmicing sesaat. Tuan Cha, bukankah ia salah satu petinggi yang sangat dekat dengan wanita bernama Son Seungwan itu ?

"Ne....." Ucapku yakin, yakin karena hatiku yang percaya jika sebentar lagi jawaban atas kebingunganku ini akan kudapatkan.

***

"Seungwan-ah... Yakkk... Son Seungwan, kau baik-baik saja ? Seungwan-ah....." Kalimat bernada cemas itu samar-samar mengusikku. Kubuka mataku perlahan, cahaya yang sedikit menyilaukan itu membuatrasa nyeri menyerang kepalaku.

"Seungwan-ah, Neo Gwenchana ??" Ya, suara itu sangat kukenali. Lagipula tak ada seorangpun yang bisa masuk kedalam appartemenku selain dirinya.

"Seungwan-ah, waeire.... Kenapa kau bisa seperti ini ?" Mataku terbuka sempurna dan kudapati wanita dengan paras indahnya ini yang berusaha untuk mengembalikan kesadaranku. Aku mengerjap pelan, mencoba bangkit dengan ia, dengan geriknya yang begitu cekatakan membantuku.

"Jisoo-ya, sejak kapan kau disini ?"

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau bisa seperti ini ?" Wanita ini, ia selalu tahu bagaimana caranya untuk mengalahkanku dalam sebuah perdebatan.

"Aku, aku baik-baik saja..."

"Kau pembohong, tapi kau tak bisa membohongiku Seungwan !" Nada bicaranya mulai meninggi. Kualihkan pandanganku padanya yang memperlihatkan wajah kesalnya.

"Neo waeire.... aku baik-baik saja sungguh. Percaya padaku !"

"Bagaimana aku bisa percaya padamu, sedangkan kau tak mau mempercayaiku ?" Kim Jisoo, kau sangat bisa membuatku kehabisan kata-kata.

"Apa kau sudah sarapan ? Aku membeli banyak makanan semalam !"

"Sarapan katamu ? Coba perhatikan jam yang ada diatas kulkasmu saat ini !" Hah, ia benar. Tak ada sarapan yang dilakukan pada jam 3 sore.

"mianhae, Jisoo-ya...." Ucapku sembari menunduk. Ya, terlalu banyak orang yang kubuat kecewa saat ini.

"Bersihkan dirimu, temani aku makan !"

"Aku harus membereskan ini terlebih dahulu !"

"Aku yang akan membereskannya !"

"Tapi, Jisoo-ya......"

"Bersihkan dirimu atau kita akhiri persahabatan kita disini" Apa itu, sebuah ancaman. Cih Kim Jisoo, kau sangat tahu kelemahanku. Kukepalkan tanganku, jika ia bukan sahabatku aku sudah mengusirnya sejak tadi dari sini.

"Araseo !!!!" Aku hanya dapat menuruti semua ucapannya saat ini. Menaiki tangga untuk segera membersihkan diriku.

Air dingin menjadi pilihanku saat ini. Percikan air ini mengingatkanku tentang hal bodoh yang kulakukan semalam. Sepuluh kaleng bir yang habis tak bersisa. Aku benar-benar mengacaukan semuanya. Kalimat ketidak adilan itu kembali terngiang. Oh, ayolah Son Seungwan. Haruskah kau terus memikirkan hal yang tak pantas untuk kau pikirkan itu.

"Wanita Bodoh !"

~

Aku menuruni tangga. Ya, Kim Jisoo melakukan apa yang ia ucapkan. Pantry yang semula sangat berantakan dengan bau birnya yang sangat menyengat kini terlihat begitu rapi. Aroma Pine tercium, ya ini adalah aroma kesukaanku. Kudapati Jisoo yang asik menyesap Ice Americano-nya dengan jemarinya yang begitu lentik menekan sederetan huruf pada ponselnya.

( YOU ) In To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang