(10)

3.9K 320 18
                                    

"Aku?" Ulang Jun yang gue angguki serius, jawaban gue dan tatapan gue sekarang udah beneran yakin tapi entah kenapa malah ekspresi Juna yang nggak kebaca.

"Beneran aku?" Tanya Juna lagi, gue kembali mengangguk cepat, ya memang karena Juna, dia yang bikin gue jadi kaya gini.

"Wkwk, kalau ini cara Kakak buat bikin Mas Zian cemburu, lebih baik Kakak cari orang lain, jangan bawa-bawa aku, berabe." Tiba-tiba aja Juna malah ngomong begini setelah tertawa nggak jelas.

"Tadi nanya, udah di jawab malah nggak percaya, dasar." Gumam gue malas, gue udah nebak, Juna memang nggak akan percaya, mau gue seserius apapun, bawaannya ni anak bakalan mikir gue lagi becanda.

"Ya gimana aku bisa percaya kalau omongan Kakak nggak jelas begini? Aku udah punya pacar Kak dan aku cinta banget sama Dewi, walaupun Kakak minta bantuan aku buat ngetes Mas Zian, untuk kali ini aku beneran minta maaf, aku nggak bisa bantu." Juna mengangkat kedua tangannya dihadapan gue.

"Kenapa enggak? Biasanya nggak pernah nolak kalau Kakak minta bantuan." Biasanya kan memang begini.

"Ya karena aku nggak mau Dewi kesal sama cemburuan nggak jelas, Kakak yang ngomongkan? Harus mengutamakan diri sendiri sebelum orang lain, jadi aku bakalan menyelamatkan hubungan aku dulu sebelum menyelamatkan hubungan Kakak sama Mas Zian." Jelas Juna yang membuat gue menghela nafas dalam.

Walaupun ucapan Juna terdengar biasa tapi setiap omongannya beneran nunjukin kalau dia sangat memikirkan perasaan Dewi, Juna memang secinta itu dan dia nggak bisa nipu, gue aja yang mulai aneh, apa yang gue mau sebenernya?

"Udah nggak udah terlalu dipikirin, Mas Zian itu yang terbaik untuk Kakak, percaya sama aku." Juna bahkan nepuk pelan bahu gue sekarang, gampang memang kalau cuma ngomong doang tapi kalau perasaan gue tetap nggak tertolong gimana? Beneran berabe kalau kata Juna.

"Padahal gue udah serius." Gumam gue menghela nafas dalam.

.

"Ran! Ada Zian dibawah, turun dulu sayang." Ucap Mama membuka pintu kamar gue kecil, gue mengangguk pelan ya memang karena gue udah tahu kalau Mas Zian bakalan dateng, dia udah ngabarin dari tadi.

"Ayo Mas, aku udah siap." Ajak gue begitu menemui Mas Zian dengan pakaian udah rapi, Mas Zian mau nganterin gue ke kampus katanya, gue mencoba membuka hati lagi makanya gue mengiakan.

"Ma! Aku berangkat ya." Pamit gue ke Mama tapi yang gue dapat malah kedipan mata Juna dengan tangan yang menunjukan kata oke.

"Kamu kenapa pagi-pagi udah disini Jun?" Tanya Mas Zian yang kaget dengan kehadiran Juna dirumah gue pagi-pagi begini.

"Juna semalam nginep disini, Nak, kasian kalau disuruh pulang, hujannya belum reda padahal udah lewat tengah malam." Mama menjelaskan, gue sendiri baru tahu kalau Juna nginep dirumah pas turun ngambil minum semalam.

Setelah ngobrol sebentar sama Juna ya gue balik masuk ke kemar, gue pikir setelah reda Juna bakalan pulang dan nggak tahu gimana ceritanya lagi ya begini hasilnya, Juna nginep di rumah sesuai permintaan Mama.

"Yaudah hati-hati, mau berangkat sekarangkan? Nanti keburu macet di jalan terus telat lagi." Mama mengingatkan, Mas Zian yang masih terlihat sendikit kaget tetap mengiakan ucapan Mama dan kita berdua langsung pamit.

"Kamu kenapa nggak bilang sama Mas kalau Juna nginep dirumah kamu semalam?" Tanya Mas Zian begitu mulai melajukan mobilnya.

"Ya aku aja tahunya baru kapan Mas?" Nggak mungkin gue ngabarin Mas Zian jam setengah 4 subuh cuma buat ngasih tahu kalau Juna tidur di rumah guekan?

"Tapi bisa aja kamu langsung ngabarin Mas setelah itu." Mas Zian tetap kekeh mau ngebahas hal ini kayanya.

"Mas, memangnya kenapa kalau Juna nginep dirumah? Nggak papakan? Lagian Mas denger sendiri Mama bilang apa, hujannya reda udah lewat malam makanya kasian kalau nyuruh Juna pulang, Mas keliatan kesal kaya gini kenapa?" Juna cuma nginep dan yang nyuruh nginep juga bukan gue jadi kenapa harus kesal di depan gue sekarang? Kenapa nggak tadinya aja pas ada Mama sama Juna sekalian? Heran.

"Gimana Mas nggak kesal kalau ada laki-laki lain yang nginep dirumah kamu tanpa sepengetahuan Mas?" Laki-laki lain yang Mas Zian maksud sekarang itu Juna, adiknya sendiri.

"Mas! Itu Juna, adiknya Mas." Mas Zian nggak harus bereaksi sampai kaya gini.

"Tapi tetap aja dia laki-laki dan Mas nggak suka, kamu kenapa nggak bisa paham sama perasaan Mas?" Ck, gue tersenyum miris dengan pertanyaan Mas Zian sekarang.

"Kenapa mendadak?" Tanya gue masih dengan senyum yang sama.

"Apanya?" Mas Zian melirik gue sekali sebelum kembali fokus dengan kemudinya.

"Ya kenapa mendadak Mas bahas masalah perasaan? Apa Mas baru sadar kalau Juna itu laki-laki? Selama ini Mas kemana aja?" Jelas gue menatap Mas Zian nggak habis pikir.

Ya gimana enggak, selama ini disaat dia terlalu sibuk dan fokus sama kerjaannya, dia selalu nitipin gue sama Juna, apapun yang mengharuskan gue punya gandengan dan butuh bantuan seseorang, Mas Zian akan selalu menyodorkan tangan Juna untuk membantu gue, apa waktu itu dia lupa kalau Juna itu laki-laki?

"Selama Mas sibuk sama kerjaan Mas itu, Mas nitipin aku sama siapa? Junakan? Selama ini kalau Mas sibuk, aku keluar ditemenin siapa? Junakan? Dan sekarang karena pekara Mama minta Juna nginep dirumah padahal jelas alasannya apa, Mas malah ngebahas masalah laki-laki lain sama aku?" Yang bener aja, lawak banget memang.

Mas Zian yang selalu nggak punya waktu untuk gue, Mama juga sadar sebenernya makanya karena Mama tahu selama ini selalu Juna yang ngurusin gue, wajarkan kalau Mama juga sesayang itu sama Juna? Gue nggak mungkin minta Mama nggak peduli sama Juna cuma karena Mas Zian nggak suka, harusnya Mas Zian bisa mikir juga kesalahannya apa?

"Oke Mas tahu kalau sikap Mas salah dan Mas udah minta maafkan? Apa nggak bisa kamu lihat usaha Mas untuk menebus semuanya?" Mas Zian terlihat kembali merasa bersalah.

Ya gue tahu Mas Zian udah berusaha dan gue menghargai itu, sekarang aja Mas Zian mau jemput dan nganterin ke kampus bikin gue senemg cuma balik lagi, gue nggak mungkin merubah sikap semudah itu, kedekatan Juna sama Mama juga nggak akan berubah cuma karena Mas Zian suruh, gue terbiasa dengan kehadiran Juna juga nggak bisa langsung berubah.

"Aku tahu dan aku paham tapi Mas, mengubah suatu kebiasaan itu nggak gampang, baik aku ataupun Mama udah terbiasa dengan kehadiran Juna." Gue sama Mama berakhir kaya sekarang juga karena salah siapa?

"Mas mau kamu merubah kebiasaan kamu itu, jangan terlalu dekat sama Juna, Mas nggak suka, Mas cemburu." Ucap Mas Zian jelas.

"Mas! Merubah kebiasaan juga nggak gampang, harusnya Mas tahu itu." Gue berusaha tapi gue nggak bisa menjanjikan apapun.

My Little HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang