Pagi ini aku menitipkan suratku untukmu kepada sang mentari ,
aku memintanya agar membacakannya padamu tanpa suara dengan menyisipkan pesan pesan ku pada molekul O2 yang beredar di atas sana. Kataku dalam surat itu
"Langitku ... aku sedang tak tenang saat ini
sebab sejak kemarin aku tak kunjung melihatmu awan awan hitam sengaja menghalangi pandangan ku seakan tak ingin memperlihatkan kecantikan mu lagi padaku , ada apa dengan mereka ?
Apakah kau baik baik saja di atas sana ? Aku harap begitu
Nyanyian pepohonan dan gemuruh ku terdengar minor pada senja kemarin itu
aku terlihat dingin dan membiru bak tubuh tak beratma , aku kebingungan tak tau harus berbuat apa hanya mengikuti arah angin yang menghempaskan tubuhku pada batu karang , aku terlalu berantakan tanpamu langitku! Semoga badai cepat berlalu agar aku segera melihatmu"Sebelum dia membawa suratku mentari sempat bertanya tentang mengapa harus di sampaikan tanpa suara ? "Bukankah lebih baik ku sampaikan secara jelas kepada langit agar dia mengetahuinya ?"
Jawab ku langit tak perlu di beri tahu , aku tak ingin merusak keindahannya hanya karena ego ku. Lagi pula aku sudah terbiasa dengan mencintainya dalam dunia rahsa.
Maka dari itu biarlah rasaku menggantung 1 senti di bawah garis Horizon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut & Langit
Short StoryTentang laut dan langit yang saling mencinta dalam dunia rahsa , laut selalu bersyair dan berceritra tentang segala rasa dengan langit dalam dunia imaji terkadang sering melibatkan yang hidup di sekitarnya termasuk matahari, bulan dan bintang"