Aku Tahu

127 25 8
                                    

"Hyung..." ku lihat Jinyoung mendekatkan wajahnya kepadaku.

Aku menatapnya penasaran.

"Kau lihat pria di seberang taman sana? Bukankah dia sering melihat ke arah hyung?" bisiknya di telingaku.

Segera setelah dia membisikkan kalimat itu aku merangkul pundaknya. Tentu saja dia kaget.

"Hyung apa-apaan sih, lepaskan aku pleaseeee... nanti ada yang salah paham!" katanya serius.

Aku yang melihat muka paniknya sontak langsung tertawa. Ku usap rambutnya sengaja agar dia semakin panik.

"Hyungggggggg,, ini sama sekali tidak lucu. Jangan begini pleaseeee...." Dia langsung menarik tanganku dari atas kepalanya dan menatapku sebal.

Ahahaha, aku semakin tertawa dibuatnya. Memang, membuat kesal seorang Jinyoung akan sangat menyenangkan. Aku terus tertawa sampai aku yakin bahwa pria di sebrang sana sudah pergi.

Ya, aku bukannya tidak menyadarinya. Hanya saja, ini bukanlah waktunya.

"Hyunngggggggg....."

Ah, aku lupa bahwa Jinyoung masih di sini.

"Maaf Jinyoung ah, kau lucu sekali kalau sedang kesal ppfftttt" Aku masih menahan tawaku.

Dia merengut kesal dan melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Aku tak peduli kalau semua orang salah paham, Hyung. Tapi bagaimana jika Jihoon hyung melihatnya dan salah paham???" Dia berdecih kesal.

"Lagipula, kenapa setiap kali ku tanya seperti itu kau selalu mengelak hyung? Kau tentu sadar bukan kalau dia selalu menatapmu? Tidakkah kau penasaran tentangnya???" Jelas Jinyoug panjang lebar.

Aku menarik nafas pelan, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Jinyoung.

"Apa menurutmu aku sebodoh itu hingga tidak menyadari seseorang selalu menatapku?" tanyaku padanya.

Jinyoung mendecih.

"Kau memang tidak bodoh hyung, tapi bagi orang itu bisa saja. Mungkin saja dia benar-benar mengira bahwa kau tidak tahu dia selalu menatapmu."

Mendengar penjelasan Jinyoung aku hanya tersenyum kecut.

"Ahhh, itu adalah hal yang paling aku inginkan saat ini."

Jinyoung mengernyitkan dahi bingung.

"Apa kau benar-benar tidak penasaran dengannya, hyung? Menurut teman-temanku, dia adalah anak yang ceria, dan imut. Tentu saja bagiku Jihoon hyunglah yang paling imut."

Aku kembali tersenyum mendengar ucapan Jinyoung.

"Aku tahu itu, Jinyoung. Tapi untuk saat ini, kurasa aku belum bisa memberitahunya bahwa aku tahu."

Dilihat dari raut wajahnya, ku kira dia sedang mencerna setiap kata-kataku.

"Jadi sebenarnya hyung tahu, tapi berpura-pura tidak tahu. Hyung ingin menghampirinya, tapi justru mendiamkannya agar dia sendiri yang menjauh darimu. Dan alasannya karena ini bukan waktunya? Kau ini mau apa sebenarnya hyung? Bukan waktunya itu maksudnya apa?" Tanyanya serius.

Aku kembali tersenyum. Mendengar Jinyoung yang menjelaskannya seperti itu padaku terdengar rumit. Atau, memang sebenarnya serumit itu?

"Hyungggg... kenapa kau hobi sekali diam kalau sedang membahasnya sih?" Jinyoung menyadarkan lamunanku.

"Haha, maaf Jinyoung-ah, hyung hanya sedang berpikir."

"Berpikir apa? Bahwa perkataanku benar kan? Bahwa sikap hyung sangat sangat membingungkan, dan menyebalkan?"

"Haha, ya benar, sikapku sangat menyebalkan ya ternyata?" Aku kembali menggusak rambutnya.

"Berhenti menggusak rambutku hyung, kalau Jihoon hyung melihatnya, bisa-bisa dia jadi salah paham!"

"Aku sudah melihatnya." Tiba-tiba terdengar suara familiar dari arah belakang kami. Kompak, kami langsung menengok dan mendapati Jihoon sedang berjalan menghampiri kami.

Ah, lebih tepatnya menghampiri Jinyoung.

"Hyuunggg, jangan salah paham ini bukan..."

"Aku tidak salah paham. Mana mungkin aku salah paham pada kakak-adik seperti kalian??" Katanya datar.

Seketika aku melihat ke arah Jinyoung, dan benar saja, mukanya panik sekali karena rahasia yang selama ini dia simpan di depan Jihoon, dan mungkin semua orang di kampus ini terbuka sudah.

"Jihoon hyungg, ba, bagai..."

"Kau berhutang penjelasan padaku, Jinyoung." Katanya serius. Aku ingin sekali tertawa terbahak-bahak, sebelum akhirnya Jihoon menatapku dengan tajam.

"Dan kau hyung, setelah Jinyong menjelaskan semua padaku, kita perlu bicara. Jangan temui aku jika kalian berdua tidak mau menjelaskan apapun padaku. Aku duluan." Katanya dan langsung melengang begitu saja meninggalkan kami yang kebingungan.

"Ku rasa kau harus menjelaskan semuanya pada "pacarmu" itu, adik manis kkkkkkk" Kataku akhirnya tak bisa menahan tawaku.

"Dari mana dia tahu semua itu? Aish, dasar Jihoon hyung, menyeramkan sekali kalau sedang marah."

"Aku akan menjelaskannya kepadanya, tidak apa kan hyung?" Tanyanya meminta izin dariku.

"Tidak apa, lagian, aku tidak berniat menyembunyikan ini juga. Hanya saja kondisinya sudah terlanjur seperti ini dari awal. Tapi apa kau yakin tidak apa?" aku menatapnya khawatir.

"Aku tidak apa hyung, aku bukan anak kecil lagi, kau tidak perlu khawatir. Kalau begitu aku duluan ya hyung! Sampai ketemu di rumah!" Katanya yang sudah berjalan menjauh. Baru beberapa langkah, dia kembali menoleh.

"Ah hyung, hampir lupa. Kau bersiap lah untuk menghadapi Jihoon hyung setelah ini. Ku rasa dia akan membahas tentang orang itu denganmu. Ku dengar, dia sangat dekat dengannya. Bye hyung..."

Ku lihat Jinyoung sudah berlari tanpa menunggu reaksi dariku, yang hanya terdiam.

'Ah, apakah ternyata waktunya sudah tiba?'

                                  ***
 

















           _______________________________

Halohaa, kembali lagii hehe.
Jujur niat nulis ga pernah hilang sepenuhnya, apalagi saat tahu banyak author-author yg mau caw, jd mikir omaigatt asupan minhwankuhhhh ;(

Cumaa, buat ngetiknya itu males banget, serius deh.

Jadi maafkan ya kalo ada cerita yg masih gantung, update ga tentu kapan.

Ya saya sih cuma berharap kalian menikmati bacaan sederhana ini hehe biar ga kekurangan asupan minhwan banget gitu wkwk

See you again!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOU...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang