Blanket

328 46 12
                                    

Pegunungan Iwaki 10.15 pm, 4 Oktober 2013.

"Aw, Perutku.."

Seorang wanita berusia 35 tahunan meringis sakit kala merasakan perutnya yang terasa kram. Wanita itu sedang hamil, tetapi usia kandungannya masih 7 bulan dan masih jauh menuju proses persalinan.

Peluh keringat dingin membasahi kedua pelipis dan leher wanita itu sehingga dia gusar di atas tempat tidur dan membuat suaminya ikut terbangun.

"Mei, perutmu kenapa?" Tanya lelaki itu yang ikut panik dan merengkuh bahunya. Berusaha membuatnya lebih tenang.

Wajah wanita itu pucat. Dia masih memegangi perut dan meremas kuat tangan suami yang ada di genggamnya. "Aku ingin ke bidan. Perutku sakit."

Dengan memakai jaket tebal dan juga selimut berwarna abu tua. Wanita itu menaiki sepeda motor yang dikendarai oleh sang suami.

Ada sebuah bidan tempat di mana dia selalu melakukan kontrol. Tempatnya di kaki gunung dan jaraknya cukup jauh. Dengan membelah kabut tebal, sang suami mengendarai motor dengan kecepatan tinggi untuk segera mencapai tempat tersebut.

Hingga mereka tiba pada tikungan tajam, sebuah mobil dari arah yang berlawanan melaju cepat dan menyorotkan lampu terang. Membuat si pengendara motor terkejut dan menabrak trotoar sehingga motor itu terhempas ke tengah jalan sedangkan pengendaranya ke sebelah kiri.

Samar-samar lelaki yang tengah berbaring di pinggir jalan menatap sang istri yang juga terjatuh dua meter di belakangnya. Dengan masih membalutkan selimut tebal ke perutnya. Wanita itu bergumam.

"Ba..Bayi..ku.."

Setelah itu matanya terpejam sempurna dan genggamannya pada selimut itu terlepas.

***

Praktek Bidan Sakura, Iwaki 9.15 am, 12 Desember 2013.

"Bayinya cantik. Persis seperti Ibunya."

Sakura tersenyum sembari menimang seorang bayi perempuan yang tertidur dan memberikannya kepada pasiennya.

Ibu sang bayi tampak haru dan menitikan air matanya menatap bayi kecil yang berada di pangkuannya setelah berbulan-bulan terkadung di dalam perut. Lelaki berambut hitam yang berdiri di sebelahnya juga ikut menangis haru dan mengelus bahu istrinya.

"Terima kasih ya, Sakura-sensei."

Sakura membalas dengan senyum kemudian pamit kepada mereka dan kembali ke ruangan untuk menyiapkan data administrasi untuk mereka nanti.

Dengan merebahkan tubuhnya di sofa empuk dan secangkir teh hangat di meja, wanita itu memejamkan matanya sejenak.

"Kurang tidur ya?"

Mata Sakura kemudian terbuka ketika menyadari sang suami berjalan menghampirinya sembari melipat tangan di dada.

"Ya ampun. Kapan kau pulang? Aku belum sempat membuka ponsel maaf."

"Enam puluh menit lalu." Jawab lelaki bersurai raven itu sekenanya. Melihat kantung mata hitam yang sangat jelas tercetak di wajah istrinya, membuat lelaki itu menghela napas dan mengacak rambut pinknya. "Kau istirahat saja di kamar sebentar. Pasienmu baik-baik saja, ada beberapa keluarganya sedang menjenguk tadi."

"Ya, syukurlah." Jawabnya yang kembali bersandar dan memejamkan mata untuk beberapa menit kedepan.

Menjadi seorang bidan tentunya memiliki resiko sendiri untuk Sakura. Di mana dia harus menyelamatkan nyawa seorang ibu dan anak kapanpun dan dalam kondisi apapun yang dia bisa.

I'm Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang