CUTI

9.3K 695 54
                                    

Namaku Haruno Sakura. Hanya seorang wanita biasa yang menjalani hidup dengan biasa pula. Bekerja sebagai salah satu karyawan disebuah perusahaan yang bisa dibilang bonavit.

Aku bersyukur bisa bekerja dan menjadi bagian dari perusahaan ini. Awalnya aku bukan siapa-siapa, hanya anak petani didesa yang mengadu nasib ke kota. Kuliah dengan uang jerih payah orang tua. Dan kini setelah bekerja, setiap bulan sebagian gaji akan kukirim untuk orang tua didesa. Bukannya sombong, tapi dengan hasil kerja kerasku aku bisa memberi hunian yang lebih layak untuk orang tuaku. Setiap uang yang kukirim akan ditabung oleh mereka dan sebagian dijadikan modal usaha. Sungguh aku sangat menyayangi mereka.

Bekerja setelah lulus kuliah kini pengabdianku diperusahaan ini hampir dua tahun. Mungkin hanya tinggal menghitung hari untuk merayakan dua tahunku bekerja disini. Perusahaan sangat mementingkan kesejahteraan dan hak-hak karyawan. Untuk membuat para karyawan bersemangat ada premi hadir setiap bulan. Jika selama sebulan tidak pernah absen entah itu ijin atau sakit maka kami akan mendapat premi sebesar lima persen dari gaji. Dan aku selalu mendapatkannya selama aku bekerja disini. Hitung-hitung untuk menambah tabunganku.

Tapi bukan karena itu aku sama sekali tidak pernah absen atau mengambil cuti yang seperti dilakukan temanku beberapa waktu lalu. Ada satu alasan yang membuatku selalu bersemangat bekerja bahkan tak satu haripun ku berniat mengambil cuti selama aku bekerja disini. Dan alasan itu ialah.....

"Sakura!" Aku menoleh saat mendengar teman satu cell memanggil namaku.

"Ada apa Ino?" Tanyaku saat melihat wanita bak barbie itu kini berada tepat didepan mejaku dengan wajah sumringah.

"Aku ada berita bagus untukmu." Ino mengedipkan mata dengan senyum jahil. Aku hanya mengernyitkan alis tanda tak mengerti.

"Boss memanggilmu. Cepat pergi dan temui pangeranmu." Ino mengambil tanganku seakan menyeretku untuk segera pergi.
Wajahku bersemu merah kala mendengarnya menyebut kata Boss.
Aku merasa malu, Ino pasti dapat melihat wajahku yang kini terasa panas dan memerah. Meski sering kali seperti ini saat ia tahu boss memanggilku tapi tetap saja aku merasa malu.

"Boss hanya memanggilku Ino, kau tak perlu seheboh ini." Aku bangkit dan merapikan pakaianku. Mencoba setenag dan sebiasa mungkin.

"Jangan pura-pura denganku Sakura, aku tahu hatimu akan dipenuhi ribuan bunga saat bertemu boss." Ino menyiku lenganku dengan siku dan tersenyum menggoda.

"A- apa yang kau bicarakan Ino." Aku menutup wajahku dan keluar dari bilik meja kerjaku meninggalkan Ino yang tertawa.

.

.

Sudah biasa, ini sudah biasa jika boss memanggilku, meski tak setiap hari seperti itu. Namun tetap saja sensasi yang kurasakan didadaku tetap sama selama hampir dua tahun. Seakan ada ribuan bunga yang mekar sekaligus didadaku dan jutaan kembang api meledak saat mendengarnya berbicara padaku.

Kini aku telah berada tepat diruangan bossku. Hu....Haaaah..... kutarik nafas dalam dan kuhembuskan perlahan.

Cklekkkkk

"Selamat siang Uchiha-sama." Aku membungkuk hormat pada orang yang memiliki perangkat tertinggi didivisiku.

"Hn."

"Apa anda memanggil saya?"

Deg.....

Lagi-lagi mata hitam itu. Aku tak bisa menatap mata hitam itu bahkan hanya lebih dari sedetik. Ntah kenapa wajahku terasa dangat panas saat menatap mata hitam itu. Suaraku seakan hilang entah kemana saat melihat wajah tampan bak dewa Yunani dihadapanku. Selalu seperti ini, dan aku akan menunduk atau melihat kearah lain saat berbicara dengan bossku sendiri.

CutiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang