Ampas

9 2 0
                                    


Ampas

"Rasanya minder sekali."

"Kenapa?"

"Nggak apa."

"Lalu maksudnya gimana?"

Kayu memberi kertasnya pada Semangka, dan Semangka mengambilnya dengan hati-hati. Semangka kemudian membaca tulisan yang ada di permukaan kertas yang Kayu berikan tadi sebelum memberi reaksinya.

"Ya, kenapa?"

"Tulisannya ampas."

"Ampas apanya?"

"Tulisannya."

"Jangan dibolak-balik gitu, dong."

"Tulisannya ampas."

"Bagus kok, tulisan Angka susah dibaca malah."

"Bukan gayanya, Angka."

"Terus?"

"Isinya."

"Oh, isinya?"

Dan Semangka membaca ulang, sebelum akhirnya mengeluarkan keringat di pelipisnya.

"Kayu nulis apa?"

"Tuh kan, ampas. Kayu cuma bisa nulis ampas."

"Ih, kan nanya!"

"Coba, bacain isinya."

"Um... 'Sesuatu yang tidak diperlukan lagi akhirnya dibuang. Sesuatu yang tidak dihiraukan lagi eksistensinya akhirnya lenyap, dan mereka mengeluh bahwa diri mereka sudah tidak dianggap oleh dunia.' Lalu?"

"Yaudah, itu ampas, tahu."

"Angka nggak ngerti."

Kayu menggaruk kepalanya, gemas. Kemudian mengambil kembali kertasnya dari orang yang lebih tinggi darinya itu.

"Ini ampas, tahu."

"Maksud Kayu apa?"

"Ini tulisan ampas."

"Ampas gimana?"

"Coba baca."

"Udah iiiih!"

"Aku minder. Tulisanku tentang ampas, tahu."

"Ampas-ampas mulu, nggak kok! Tulisan Kayu bagus! Ampas dimananya? Ini tentang apa?"

"Ampas! Angka nanya terus!"

Kayu marah. Pipinya menggembung. Semangka tidak paham, tapi berpikir tentang kata ampas sampai terbesit di pikirannya tentang satu hal yang lezat.

"Kayu suka tahu?"

"Suka."

"Kalau ampasnya?"

Kayu Manis Semangka KuningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang