28. Rain and Promise Unite

40 12 4
                                    


Persiapan Pernikahan Tzuyu dan Yugyeom: Hujan dan Janji yang Menyatu

Setelah lamaran di bawah pohon maple yang penuh hujan dan lampu-lampu kecil, Tzuyu dan Yugyeom memulai babak baru: merencanakan pernikahan mereka. Kabar lamaran mereka telah menjadi cerita manis di Universitas Hanbit, dan kini mereka tengah sibuk mengatur detail hari yang akan mengikat mereka selamanya. Persiapan ini bukan hanya tentang gaun dan dekorasi, tapi juga tentang bagaimana mereka membawa kenangan—hujan, jaket, ciuman pertama—ke dalam janji abadi mereka.

Persiapan dimulai di tempat favorit mereka: rooftop kampus. Suatu malam, mereka duduk di bawah langit berbintang, selimut melingkari pundak mereka, secangkir teh hangat di tangan Tzuyu dan botol air di tangan Yugyeom. "Tzu… kita nikah di mana? Aku mau sesuatu yang spesial—yang kayak kita," kata Yugyeom, matanya berbinar penuh semangat. Tzuyu tersenyum kecil, memandang cincin biru di jarinya. "Aku pikir taman kampus bagus… pohon maple itu udah jadi bagian dari kita. Tapi aku mau ada hujan—kecil aja, kayak pertama kita ketemu," jawabnya, nadanya lembut tapi penuh makna.

Yugyeom tertawa, "Hujan? Lo beneran romantis, Tzu. Oke, taman sama hujan—tapi aku pastiin kita nggak basah kuyup, aku bawa payung gede!" candanya, dan Tzuyu memukul lengannya pelan, "Yugyeom, serius! Aku mau simpel, elegan… tapi ada sentuhan kamu—api kamu." Yugyeom menariknya ke pelukan, "Aku janji, Tzu—ini bakal jadi hari kita, hujan sama api bareng." Mereka duduk lebih lama, merencanakan tema—hujan musim semi dengan sentuhan hangat, mencerminkan cinta mereka yang lembut namun penuh gairah.

Tzuyu mengambil alih desain estetika—dia memilih gaun putih sederhana dengan aksen renda halus, panjang hingga mata kaki, dan veil pendek yang menjuntai seperti tetesan hujan. "Aku nggak mau terlalu heboh… aku mau kamu lihat aku apa adanya," katanya pada Yugyeom saat mereka di toko pengantin, dan Yugyeom tersenyum, "Tzu, lo pake apa aja aku tetep nggak bisa lelet jalankan mataku dari kamu." Dia sendiri memilih jas hitam dengan dasi biru samar—warna yang cocok dengan cincin Tzuyu—dan sepatu kets putih, "Biar ada vibe aku," katanya sambil tersenyum nakal.

Dekorasi jadi proyek bersama. Mereka memilih taman kampus sebagai venue—pohon maple jadi pusatnya, dikelilingi lampu-lampu kecil seperti malam lamaran. Tzuyu menambahkan bunga putih dan biru muda—lily dan hydrangea—untuk sentuhan elegan, sementara Yugyeom bersikeras ada api kecil dalam bentuk lilin terapung di genangan air hujan buatan, "Biar ada kontras—hujan sama api, kayak kita," katanya, dan Tzuyu mengangguk, tersenyum karena ide itu memang mereka banget.

Undangan dibuat simpel—kertas putih dengan tinta biru tua, gambar pohon maple kecil di sudutnya, dan kalimat yang ditulis Yugyeom sendiri: "Dari hujan pertama sampai janji terakhir, kami mengundangmu ke hari kami." Tzuyu menambahkan sentuhan tangan—cap jari mereka berdua di sudut kertas, simbol ikatan mereka.

Bantuan dari Teman: Jihyo dan Jae

Jihyo jadi penutup rencana—dia mengoordinasi temen-temen Tzuyu dan memastikan semuanya berjalan lancar. "Tzu, aku pastiin hujan nggak bikin makeup lo luntur—aku bawa tim payung!" katanya sambil tertawa, dan Tzuyu memeluknya, "Makasih, Jihyo… kamu bikin aku balik ke Yugyeom, sekarang kamu bantu aku jadi istrinya." Jihyo tersenyum, "Lo berdua emang ditakdirin—aku cuma dorong dikit."

Jae, temen basket Yugyeom, jadi tangan kanan Yugyeom. Dia membantu mengatur sound system—lagu-lagu akustik yang Yugyeom pilih, termasuk satu lagu yang dia minta I.N rekam sebagai hadiah, meski dengan sedikit canggung. "Bro, lo yakin minta I.N bantu? Nggak awkward?" tanya Jae, dan Yugyeom mengangguk, "Dia udah move on, Jae—dan lagunya bagus, aku mau Tzu denger." Jae mengacungkan jempol, "Lo emang beda, bro—tapi ini bakal epic!"

Malam sebelum hari besar, Tzuyu dan Yugyeom bertemu di taman—tempat yang sudah dihias, meski belum selesai. Hujan turun pelan, dan mereka berdiri di bawah pohon maple, Yugyeom memegang payung besar untuk mereka berdua. "Tzu… besok kita beneran jadi satu, ya?" katanya, suaranya rendah, matanya penuh cinta. Tzuyu tersenyum, tangannya menyentuh wajah Yugyeom. "Iya, Yugyeom… aku nggak sabar jadi istri kamu—aku nggak takut lagi," jawabnya, nadanya lembut.

Yugyeom menariknya ke pelukan, payung sedikit miring hingga hujan membasahi pundak mereka. "Aku janji, Tzu—aku bakal jaga kamu, bikin kamu senyum, sampe kita tua bareng. Hujan ini saksinya," katanya, dan Tzuyu mengangguk, "Aku janji aku bakal ada buat kamu—di hujan, di matahari, sampe akhir." Mereka berciuman di bawah hujan—ciuman yang hangat, penuh harapan, dan penuh janji—seperti menyegel apa yang akan terjadi besok.

Hari Pernikahan: Puncak Persiapan

Hari itu tiba—langit mendung, hujan turun pelan seperti yang mereka inginkan, dan taman kampus berubah jadi dunia kecil mereka. Pohon maple berdiri megah, lampu-lampu kecil menyala meski siang, lilin terapung berkelap-kelip di genangan air, dan bunga-bunga putih menyelimuti venue. Tamu-tamu—temen basket Yugyeom, temen Tzuyu, dan keluarga kecil mereka—duduk di kursi yang dilindungi tenda transparan, menunggu dengan senyum.

Tzuyu muncul dari sisi taman, gaunnya berkibar lembut, veil-nya menjuntai seperti tetesan hujan, matanya berkaca-kaca saat melihat Yugyeom berdiri di bawah pohon maple, jas hitamnya kontras dengan kets putihnya, senyumnya lebar dan penuh gairah. Lagu akustik I.N mengalun pelan dari speaker—hadiah dari I.N dan Yuna yang mereka kirim dengan catatan kecil: "Selamat untuk kalian berdua." Tzuyu tersenyum mendengarnya, tahu I.N dan Yuna juga menemukan bahagia mereka.

Yugyeom melangkah maju, mengambil tangan Tzuyu, dan berbisik, "Kamu cantik banget, Tzu… aku nggak nyangka aku bisa punya kamu." Tzuyu tersenyum, "Kamu ganteng, Yugyeom… aku nggak nyangka aku bakal jadi milik kamu." Hujan turun lebih deras saat mereka mengucap janji—sederhana tapi penuh makna—dan cincin dipasangkan, menyatukan mereka dalam ikatan yang tak akan putus. Sorak sorai tamu menggema, tapi bagi Tzuyu dan Yugyeom, dunia mereka hanya ada di bawah pohon maple, di tengah hujan, tempat cinta mereka lahir dan kini abadi.


To Be Continued...

Tangled Hearts (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang