01

32 3 0
                                    

Seorang pria beranjak dari tempat tidurnya, suara alarm yang terlalu berisik telah membuatnya terbangun dari mimpi buruk yang baru saja ia alami, "Menjadi miskin saat akhir bulan? Kenapa mimpi ku selalu begitu?" 

Pria itu menatap langit-langit kamarnya, ia yakin bahwa semalam ada sarang laba-laba disana. Tapi sekarang sudah tak ada, apakah seekor laba-laba juga enggan tinggal di rumah kecil seperti ini? Entahlah itu tidak penting.

Bel pintu yang terdengar samar membuatnya sadar dari lamunan. Dahinya berkerut saat bel pintu kembali terdengar, kali ini lebih keras.

"Orang bodoh mana yang mau bertamu sepagi ini?" 

Pria itu—Yoongi turun dan segera membuka pintu depan, "Tuan, saya ingin mengambil sumbangan seikhlasnya darimu." Pria tua didepan pintu itu tersenyum ramah, sebenarnya Yoongi ingin sekali memberikan sumbangan kepada si pria tua. 

Namun saat ini dompetnya hanya berisi jaring laba-laba, apakah ia harus memberikan jaring laba-laba yang saat ini menurutnya juga berharga bagi dirinya? Dan, jawabannya tidak.

"Bung, aku katakan sekali lagi padamu. Kita ini sama-sama orang miskin, jadi jangan pernah meminta sumbangan pada orang miskin! Mengerti?"  

Yoongi menepuk pundak si pria tua, "Baiklah, aku lupa jika kau lebih miskin dariku." Si pria tua tertawa dan segera berlalu. Yoongi memandang kepergian si pria tua dengan wajah datar, segera ia masuk kembali kerumah dan berbaring di ranjangnya yang empuk. "Ini hari minggu jadi aku tak perlu kemana-mana."

Baru saja matanya terpejam, bel pintu kembali berbunyi. "Si tua itu datang lagi?"

Yoongi berdecak kesal karena bel pintu yang terus berbunyi tanpa menyisakan jeda sedetik pun, "Tunggu sebentar,aku akan segera ke bawah!" Ia berteriak lalu pergi membasuh wajah. 

Yoongi menatap wajahnya sendiri dicermin, "Aku tampan? Ya tentu saja, aku tampan jika punya banyak uang!" Ia menertawakan perkataannya barusan, menurutnya itu adalah kalimat paling bodoh yang pernah ia ucapkan. Tentu saja ia tampan,  Ibunya yang bilang begitu.

Ia mendengus saat bel pintu kembali berbunyi,  dibukanya pintu depan dan sedikit terkejut mendapati tamunya adalah kakak dari bos nya—Yu Jinho bersama seorang gadis yang seingat Yoongi pernah bertemu dengannya. 

"Oh,bagaimana kabarmu paman?" Mereka bersalaman ala pria dan tertawa bersama,"Tentu aku baik-baik saja, apa kau tidak lihat lemak perutku berkurang?" Jinho tertawa dan itu membuat gadis di belakangnya bertambah kesal.

"Ada apa paman kemari? Apakah ada yang harus aku kerjakan di kantor?" Yoongi mempersilahkan mereka berdua duduk dan menyajikan minuman, air mineral pastinya. "Aku hanya ingin meminta bantuanmu sedikit, Nak." 

Yoongi menerka-nerka bantuan apa yang bisa ia berikan sedangkan ia butuh bantuan orang lain saat ini. "Bantuan apa paman?"

"Aku ingin kau merawat gadis ini."

Yoongi tersedak karena permintaan Jinho barusan, ia berpikir kenapa harus dia yang merawat gadis itu? Gaji bulanan nya saja tidak cukup untuk membiayai dirinya sendiri apalagi jika ditambah dengan gadis itu. 

"Sepertinya paman salah orang." Yoongi tersenyum kecut, "Aku tidak yakin bisa merawat apalagi membiayai nya."

"Bukan begitu, Nak." Jinho tertawa pelan, ia menyerahkan beberapa lembar kertas untuk Yoongi. "Ini surat warisan beserta hak kepemilikan rumah bos mu, warisan dan surat rumah ini telah ia serahkan untuk putrinya, Haeraa. Tapi anak ini umurnya masih 17 tahun sedangkan warisan ini baru bisa diserahkan saat usianya menginjak 22 tahun."

Jinho menghela nafas lalu melanjutkan perkataannya, "Aku ingin kau merawatnya karena kau adalah orang kepercayaan adikku, aku tak bisa merawat dia karena aku terlalu sibuk ditambah lagi kini aku harus menggantikan posisi adikku di kantor."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr.TsundereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang