Angin pagi begitu menusuk ke tubuh. Dingin. Itulah yang dirasakan Anti saat berjalan kaki menuju ke tempat ia bersekolah. Tidak jauh dan tidak dekat, ia berjalan sambil menikmati jalanan yang penuh dengan kebisingan kota.
Ia sekarang sudah duduk di kelas XII SMA, tidak terasa hampir tiga tahun ia bersama teman temanya menimba ilmu di SMA Cempaka. Meskipun kadang banyak hal-hal yang tidak ia sangka dari mulai ia masuk menjadi murid baru sampai sekarang. Masalah-masalah yang banyak menimpanya membuatnya sadar bahwa hidup itu berat, namun mau tidak mau kita harus menjalaninya.
Tiba di tempat ia bersekolah ia menatap ke arah yang bertuliskan SMA Cempaka, Anti pun menghela nafas. Kerinduan yang begitu besar, kenangan demi kenangan berputar kembali. Kenangannya bersama sosok yang dulu pernah mengisi kekosongan hari harinya. Yang pernah menghiasi dengan warna kisah remaja yang cerah.
Takdir kadang memang tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan. Waktu yang terus berjalan, sedikit demi sedikit memudarkan kenangan. Namun menurut Anti kenangannya dengan dia seserpih pun tak akan ia lupakan, itu terlalu manis tuk dilupakan.
🦉. 🦉. 🦉. 🦉. 🦉
Anti pun memasuki halaman sekolah nya yang luas, di ujung gedung sebelah selatan terdengar suara nyaring milik sahabatnya.
"ANTIII!!"
Sambil melambaikan tangannya Nasywa berjalan menghampiri Anti yang baru saja masuk sekolah, setelah ia mengurung diri peristiwa melukai hatinya.
"Haiiii,, Lo udah baikan, kan?" Tanya Nasywa.
"Emang gue kenapa? Gue nggak papa kali, Wa. Geogjeongma" ujar Anti sedikit terkekeh.
Sudah lama ia tidak tersenyum seperti ini. Mungkin gara-gara ia terlalu terpuruk dengan peristiwa itu? Hanya karena ia kehilangan warna hari harinya, ia menghapus senyuman manisnya? Tidak. Ia harus kembali menjalani hari-hari seperti biasa. Berkat dukungan kedua orang tuanya dan sahabat-sahabatnya yang selalu menguatkannya, ia akhirnya sadar bahwa ia bisa menjalani hari hari seperti biasa tanpa sosok dia.
"Ya ya, terserah lo. Ya udah yuk ke kelas udah mau bel ini". Ujar Nasywa
Kadang Nasywa sendiri bingung akan sikap sahabatnya yang satu ini, kadang sikapnya terlalu terbuka kadang juga tiba-tiba tertutup. Tapi ia selalu yakin akan sikap sahabatnya yang berubah ubah itu. Mungkin Anti juga mempunyai cerita sendiri yang tidak ingin di ceritakan kepada orang-orang.
🦉. 🦉. 🦉. 🦉. 🦉
Sesampainya di kelas mereka, Anti meletakkan tasnya di bangkunya tepatnya di samping Dewi di depan Nasywa.
"An, lo udah nggak papa si?? Gue takutnya nanti tiba-tiba Lo nangis kejer pas lagi pelajaran" ucap Nasywa dengan nada sangat khawatir.
Anti pun menoleh dan segera memposisikan duduknya menghadap ke belakang
"Emang gue apa sampe nangis kejer kek gitu. Emang gue kesurupan apa?!" Ucap Anti tak terima. Enak saja ia di kira kesurupan.
"Ya kan gue khawatir"
"Khawatir mbahmu, ya nggak gitu juga zeyenggg" gemas Anti
"Acieeee, manggilnya zeyeng" ucap Nasywa dengan muka yang berpura-pura seperti orang yang baru saja diberi gombalan dari pacar:v
"Sumpah. Muka Lo bisa di kondisikan nggak sih?! Jijik gue Wa!"
"Yee, serah gue donk. Muka ni muka gue tau nggak. Udah nggak usah dilihatin terus nanti suka deh ama gue. Kalo Lo suka sama gue, nanti para gebetan gue pada takut" Celoteh Nasywa dengan percaya dirinya.
"Jijik banget gue suka sama Lo"
"Syuttt,, itu ada Bu Eni udah masuk" Ujar Dewi tiba-tiba yang ada disebelah Anti.
Seketika ruang kelas yang tadinya ramai penuh dengan kebisingan mulai senyap sunyi sepi.
Anti pun mengahadap ke papan tulis dan mulai serius untuk belajarnya. Ya,dia harus melanjutkan belajarnya yang tertunda.
Jangan lupa vote dan commentnya:)!!