Raira Bhatia Cowdree, sekarang ia benar-benar mengakui bahwa itu benar-benar namanya walau tak jarang juga ia sering merindukan saat-saat dipanggil Reira. Hidupnya kini sangat sempurna, bagaimana tidak? Sekarang ia dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayanginya.
Raira sudah kelas 12, rasanya waktu berjalan begitu cepat hingga ia tak menyadari kalau dirinya akan dihadirkan dengan ujian-ujian menumpuk. Ia mendapatkan juara umum seangkatannya, guru-guru atau murid Bhatia'c IHS tak heran lagi karena mereka tahu kalau semua keturunan Cowdree itu tak bisa diragukan lagi kepintarannya.
Memang hidupnya sekarang bahagia tapi masalahnya selalu mengalir bak sungai dengan arus deras. Dari mulai keposesifan kelima kakak-kakaknya sampai masalah Aldo yang suka sekali adu mulut dengan Rey, bukan apa-apa, ia hanya takut Dion, Deva atau Rey marah dan malah dirinya yang terkena imbas kalau masalah Aldo kena bogem? Lah bodoamat.
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, ia berniat untuk tidur bersama kakak tertuanya. Entah kenapa, ia merindukannya, dia kerja tanpa henti tanpa memikirkan kondisi tubuhnya. Pulang pergi keluar luar negeri hanya untuk mengurus pekerjaan hingga ia jarang melihat Devano--kakak pertamanya akhir-akhir ini.
Saat ini Raira tidak takut lagi berhadapan dengan Devano. Pria itu sudah berubah, dia tak keras lagi padanya. Dia juga lebih lembut padanya ketika berbicara, tapi jika ia satu kali saja membantah ucapan Devano, Devano tak segan-segan untuk membentaknya atau menamparnya dan itu, itu yang membuatnya takut pada Deva. Melihat Deva marah, ia sangat takut itu.
Tok
Tok
Tok
"Kak, ini Ara, Ara boleh masuk?" tanya Raira di balik pintu kamar Devano.
"Masuk saja."
Raira membuka pintu secara perlahan, Ia melihat Deva yang masih berkutat dengan pulpen, laptop dan setumpuk berkas. "Kak, Ara boleh tidur sama kakak ngak? Kalau gak boleh Ara mau tidur sama Kak Exel?" tanya Raira dengan mata mengantuknya pada Devano.
Devano menoleh pada Raira, pria itu menggeleng pelan. "Jangan! tidurlah di sini... sebentar lagi kakak selesai," sela Devano.
Raira naik ke atas kasur, lagi-lagi ia menguap karena mengantuk."Kakak jangan cape-cape kerjanya, nanti sakit," ucap Raira.
"Iya, Dear."
Raira menjatuhkan kepalanya di atas bantal. Harum parfum ruangan menyelinap masuk dalam selimut. Hidungnya mengendus, menghirup dalam-dalam aroma menenangkan di kamar ini.
Tangannya terentang, menepuk-nepuk kasur dan mengusap-ngusapnya. Tiba saja, jemarinya menyentuh sesuatu. Ia bangkit, melihat apa yang telah ia pegang tadi.
Sontak saja Raira terkejut, melihat dua buah foto wanita ada di tempat tidur kakak tertuanya. Hal yang membuat Raira tambah terkejut adalah-- salah satu foto itu terpotret wajah Shifa, sahabat sekaligus asistennya.
"Kak! Kakak nyimpen Foto Shifa dan siapa ini?" tanya Raira sambil menunjukan dua buah foto itu pada Devano.
Devano mengerutkan keninganya, dengan santai ia bangun dari kursi dan menghampiri Raira. "Mulai sekarang Shifa akan menjadi asistenku."
"Asisten? Tapi kenapa Shifa Kak, Shifa itu temanku sekaligus asistenku." Kesal Raira tak terima.
"Aku akan pilihkan asisten baru untukmu, dan aku memilih Shifa karena aku memilihnya, kau keberatan?"
Raira menggeleng cepat, tidak! Jika Devano sudah berkata seperti itu, itu artinya pria itu tidak menerima penolakan apapun. "Tidak usah Kak. Ara gak perlu asisten."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIRA2 (COMPLETE)
Teen Fictionsequel dari 'Reira bukan Raira' [Bhatia Series 2] Harap baca cerita 'Reira bukan Raira' dulu sebelum membaca cerita ini agar tahu alur dari cerita ini. Happy Reading guys perjuangan untuk mendapatkan cinta Raira tak berhenti sampai disini, dia ti...