Apa kautahu? Di dunia ini ada hal yang lebih memalukan dari tertangkap basah mencuri pakaian dalam wanita. Misalnya ketika kau sedang santai, dan tiba-tiba guru memanggilmu.
"Sarmijan. Maju!"
Aku sedang duduk tenang dengan mata yang menatap ke luar jendela, sebelum namaku dipanggil wanita berambut hitam yang tengah duduk di meja paling depan kelasku itu. Dia adalah wanita yang umurnya hampir medekati kepala tiga, dan kebetulan adalah wali kelasku.
Jujur, sebagai manusia yang paling jarang diperhatikan oleh siapapun di kelas, dipanggil oleh guru untuk maju ke depan agak membuatku gugup. Biasanya, guru-guru lain akan dengan senang hati melewatkan diriku, dan menganggapku tak lebih dari angin yang kebetulan ada di kelas. Makanya, ketika aku berdiri, dan berjalan melewati bangku-bangku murid lain, ada sedikir rasa gelisah yang menyerang perasaanku.
"Ada apa, Bu?" aku bilang begitu ketika sudah berdiri di depan mejanya.
"Ini apa?"
Dengan tangan menjadi sandaran kepala, Bu Intan menunjukkan sebuah kertas putih kepadaku. "Kertas Bu, iya kan?"
Saat ini, aku yakin, semua mata di kelas sedang menatapku. Sesaat aku bahkan mendengar derai tawa yang ditahan. Tapi, bukan itu yang menjadi pusat perhatianku saat ini. "Nenek-nenek buta huruf juga tahu!"
"Jadi, nenek-nenek buta huruf lebih pintar dari Ibu?"
Dan aku mulai mendengar derai tawa di belakangku.
Ia menggeram. Sambil mengernyitkan alis mata ia mentapku tajam. "Kau ini bodoh atau apa?!"
Bicara soal itu, sekedar informasi, di sekolah ini, untuk menarik minat para siswa lelaki agar mau masuk ke Akademi Terpadu, para dewan tata usaha membuat program beasiswa khusus untuk 10 siswa bernilai paling tinggi saat ujian masuk. Yang berarti jika siswa-siswi yang masuk berjumlah 1000 siswa maka peluang untuk menang adalah 1:100, sangat kecil kemungkinannya bahkan jika untuk orang yang pernah memegang juara umum sekalipun di sekolahnya. Dan dari sebegitu kecilnya kemungkinan tadi, aku termasuk di dalamnya, yang artinya aku benar-benar teruji dalam bidang prestasi.
Oh, iya, alasan mengapa dewan tata usaha mau repot-repot menarik siswa lelaki, adalah karena sekolah ini dulunya merupakan akademi wanita, dan untuk suatu alasan yang tak kuketahui, baru-baru ini menjadi sekolah swasta umum.
"Bu, tolong jangan jadikan prestasiku seolah kosong. Aku punya beasiswa yang menjaminku selama tiga tahun."
"Jadi, ini apa? Kau terosis atau apa? Ini jelas-jelas surat ancaman!" dengan wajah yang agak menakutkan, dia menunjuk-nujuk kertas putih yang ada di gengamannya.
Ngomong-ngomong, kata orang, bagian yang paling panas dan dapat dilihat secara langsung dari seorang wanita adalah dadanya. Bahkan, aku mendengar, ada beberapa pria yang menjadikan dada wanita itu sebagai tolak ukur kecantikan.
Yah, tidak salah sih, Bu Intan contohnya. Sambil berpikir begitu, mataku tertuju ke arah dadanya.
Aku membayangkan, yah, siapa tahu kelak istriku lebih cantik, dan lebih kaya dariku. Setidaknya, hidupku kelak jadi mudah dan lebih menyenangkan.
"Aduh! Apaan sih, Bu?" aku berkata begitu ketika sebuah kertas menghajar kepalaku.
"Dilarang berpikiran cabul terhadap gurumu!" dia menyilangkan tangannya di depan dada dan menatapku tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ComédieNamanya , hidup bersama orang tua, punya satu adik, masih kelas satu. Pas SD sampai kelas tiga, semuanya masih baik-baik aja, tapi masalahnya pas wajahnya mulai berubah dari unyu ke serem, semua orang mulai takut sama dia. Dan sekarang dia udah SMA...