1. Selamat

203 11 2
                                    

April, 2016

Dimulai sejak detik ini, perjalananku yang baru akan aku mulai. Di mulai dari detik ini, melihatmu tersenyum bahagia disana dengan seseorang disampingmu yang tak henti hentinya melihat kearahmu dengan wajah yang berseri-seri.

Aku disini, Fal. Duduk diantara ratusan orang yang kamu undang untuk datang di acara yang begitu berarti untukmu. Mataku tidak bisa terlepas darimu, caramu tersenyum, caramu berbicara, caramu bercanda dengan orang orang. Saat semuanya datang untuk menyelamatimu di hari ini, aku takut, bahkan untuk mendekatpun aku takut. Aku datang karena aku ingin, dan kamupun juga mengundangku, tapi saat orang lain mengajakku untuk menyelamatimu dari dekat, aku takut. Untuk beberapa alasan ketakutan itu muncul.

Aku takut aku akan merasa kehilangan seseorang yang begitu berarti di hidupku, aku takut tangisku akan pecah saat sekali lagi harus bertatap muka sedekat itu denganmu, aku takut aku tidak bisa melepaskanmu, aku takut aku tidak bisa membiarkan semua pergi, aku takut aku tidak bisa merelakan kita.

Kamu, kamu bahagia, Fal?
Dengan hatiku yang tidak bisa aku jelaskan bagaimana perihnya, aku tetap berjalan ke arahmu, dengan sahabat sahabatku disampingku, aku berjalan ke arahmu, hingga akhirnya aku sampai, berdiri di depan istrimu. Dia mungkin mengenalku bukan? Karena dia sudah mengenalmu sejak lama, aku pikir dia juga mengenal siapa aku. Aku tersenyum Fal, untuk orang yang akan bersamamu mulai dari sekarang, yang akan menjadi tempatmu pulang sampai kamu tua nanti, yang akan kamu genggam tangannya hingga usia memisahkan kalian. Tangannya halus, dia cantik. Aku menyelamatinya dengan tulus, dia orang yang baik, aku harap kalian bisa saling menjaga dengan baik. Dia tersenyum padaku, tanpa kecanggungan, hanya aku yang bersikap canggung disini, dia orang yang baik, aku minta maaf mungkin membuatnya merasa buruk. Aku mengucapkan selamat dan semoga kalian bisa bahagia bersama, istrimu mengucapkan terimakasih, sekali lagi, kecantikannya memukauku. Setelah beberapa saat akhirnya aku tepat berada di depanmu.

Aku tersenyum. Matamu sedikit menyayu dengan senyum itu. Ada apa? Apa kamu tidak suka aku disini, Fal?

"Selamat Fal, semoga kamu dan istrimu bisa bahagia bersama sampai selamanya."

Tanganku terulur untuk menyentuh tanganmu. Ini untuk terakhir kalinya, Fal. Aku bisa merasakan tanganmu. Aku berjanji pada diriku sendiri, setelah ini aku bisa merelakan semua. Karena sehancur apapun hatiku, setidaknya ini untuk terakhir kalinya. Biarkan aku sehancur ini, karena hari esok aku harus bisa melepas semuanya. Aku tidak pernah tahu, akan sesakit ini. Karena sejak dulu, aku hanya berpikir kalau aku pasti bisa bersamamu, tapi ternyata aku salah, takdir Tuhan tidak ada yang pernah tahu. Harusnya dari dulu aku memikirkan kemungkinan terburuk bahwa semua hubungan bisa saja berakhir, tidak peduli seberapa ideal itu terlihat.

"Makasih, semoga kamu bisa cepet nyusul ya. Balik dari Sydney harusnya bawa cowok dong."

Aku kesana untuk istirahat dari kamu, Fal, bukan pergi.

Aku hanya sedikit istirahat waktu itu, bukannya pergi dari kamu. Tapi ternyata keegoisanku mungkin membuatmu lelah juga, dan ingin istirahat dariku, untuk waktu yang lama, atau bahkan kamu istirahat di tempat lain, dan tidak pernah lagi ingin kembali padaku.

**

Caraku MelepasmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang