The first time I knew you

186 8 2
                                    

Chapter 1

    Awalnya aku sulit menerima hadirmu di kehidupanku. Tapi, sahabat cowoku memaksakanku untuk berkenalan terlebih dahulu denganmu hingga aku tak mampu menolak untuk menerima kehadiranmu.

     Aku tak mengerti arti dari percakapan messenger kita, arti tatapan matamu, arti senyumanmu yang selalu ke arahku juga sulit untuk aku pahami. Dan pada saat itu, aku meminta kamu untuk kita bertemu pertama kali nya karena aku penasaran yang dibicarakan oleh sahabat cowoku tentang kamu. Tiba-tiba aku benci kepada diriku sendiri yang selalu canggung setiap berada di dekatmu.

     Sering kali aku mikir, kenapa sikapku aneh jika berada di dekatmu?
Padahal disaat kita telfonan tiap hari biasa saja. Tapi ini berbeda semua begitu aneh, terutama ketika kamu memberanikan diri mengungkapkan perasaanmu ke aku dan menanyakan soal perasaanku sesungguhnya.

     Memenjarakan aku dalam kebingungan tanpa jawaban. Membuat aku semakin sering bertanya dalam hati, Ada apa maksud dengan semua ini?,, Kita tidak satu sekolah, kita baru kenal, mengapa perasaan ini muncul dengan mudah begitu saja?

     Tidak. Tentu saja ini bukan apa-apa. Karena cowo dengan logat khas singaraja indramayu, berkulit coklat, berambut cepak, taekwondo, dan pramuka hal sepertimu itu tentu saja memiliki banyak target cewe-cewe. Jadi, aku tidak perlu menyimpan perhatian lebih pada caramu membuatku nyaman dan jatuh cinta.

     Sekali lagi, tidak perlu aku berikan perhatian lebih kepadamu. Untuk apa?,, aku tidak pantas. Aku hanyalah anak organisasi yang sangat nyaman aktif di sekolah dari pada di luar sekolah nanti yang ada aku salah pergaulan yang tidak baik. Namun, logika dan perasaan ku selalu berbeda pendapat. Di logika ku dia berpendapat untuk menolak, tapi hatiku ingin terus bisa menerimamu dalam kehidupanku. Apalagi, saat kamu menghiburku aku tertawa kegirangan atas candaan leluconmu itu dipadu dengan cara khas bicaramu, dan kamu telah membuatku mudah menerima hadirmu dalam hari-hariku.

     Kemudian, aku terbiasa pada hadirmu. Pada caramu menyebut khas namaku dengan sebutan "Conge",  pada tatapan matamu yang selalu menunjukkan banyak arti, pada senyummu yang entah mengapa bisa membuatku terdiam dan salah tingkah, senyuman mu hanya datar ketika aku tidak memedulikan omonganmu, pada ucapanmu yang mampu mendiamkan cerewetku.

     Tiba-tiba, aku terbiasa pada segala hal tentang dirimu. Sampai aku tidak mampu mendeskripsikan perasaan ini. Karena, begitu singkat perkenalan kita, dan begitu singkat pula perasaan temen biasa ini menjadi berubah. Begitu cepat jugakah jika aku mengartikan segalanya adalah cinta?

     Setiap kali namamu muncul di layar ponselku, aku merasakan ketenangan serta kesenangan yang tidak mampu ditawarkan siapa pun. Setiap kali kamu menjajikan pertemuan, sepulang dari bertemu denganmu, selalu ada kesan baru yang muncul dikepalaku. Jika ini cinta, salahkah segala yang singkat ini membuatku terpana tanpa sebab?
Tapi aku aneh, mengapa di saat kita jarang ketemu pasti selalu rindu, dan di saat kita sudah bertemu langsung pasti kita selalu bertengkar.

     Setelah beberapa pertemuan, kini hanya kamulah yang berdiam di kepala dan hatiku. Bisakah kamu bantu aku memahami semua saat yang kurasakan selalu saja menimbulkan tanya?

     Aku tidak bisa mengartikan semua, ketika malam-malamku terasa lain jika kamu tidak meneleponku. Aku merasa benci kepada diriku sendiri, harus bergantung pada setiap pesan singkat yang kamu kirimkan. Aku benci kepadamu, yang membuatku bergantung pada segala kenyamanan kita. 

     Bolehkah aku artikan perasaan ini adalah cinta? Kamu datang mengetuk hatiku yang sepi dengan kelembutan yang masih belum bisa aku pahami. Aku masih bertanya-tanya siapa dirimu, apa maksud dan tujuanmu hadir didalam kehidupanku. Aku masih mencari apa arti dari yang kita jalani selama ini?

     Sehingga aku berhenti pada jawaban . Jawaban yang sebenarnya kubenci. Kenyataannya, aku jatuh cinta kepadamu dan jemarimu mengizinkanku masuk ke duniamu. Dan, matamu memintaku hadir dalam hari-harimu. Namun, sekali lagi aku benci terus merasa seperti ini.

     Aku benci pada rasa takut ditinggalkan disaat aku sedang nyaman-nyaman nya. Aku benci pada apapun yang kamu tawarkan dan perkenalkan segalanya karena selalu berhasil menimbulkan kenyamanan. Aku benci pada diriku sendiri saat kecanggungan itu hadir.

     Aku benci menerima kenyataan bahwa kamu berhasil membuatku jatuh cinta. Padahal aku bukan cewe yang semudah itu menerima siapa pun masuk ke hatiku.

     Aku benci menyadari bahwa kini kamu sudah menjadi pemilik hatiku. Kamu berdiam disini. Hingga apa pun yang kamu lakukan bisa membuatku tak ingin jauh berada di dekatmu.

     Tetaplah seperti ini. Tetaplah disini. Jangan pernah pergi. Karena harapku kepadamu terlalu tinggi. Setelah apa yang kita lewati selama ini, ternyata aku hanya sosok tidak penting yang untuk seterusnya akan kamu tinggalkan.

After you leaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang