Chapter 3
Setiap pagi, aku membuka mata dengan perasaan hampa. Kutatap langit-langit kamar yang terasa kosong, dan dinginnya penyejuk udara menambah beku suasana saat itu. Ponselku berdering dan kuperiksa semua pesan disana, tak ada pesan darimu. Sudah lima belas jam lalu aku menangisimu semalam suntuk. Dengan mengumpulkan tenaga, aku berusaha bercermin. Lihatlah wajah kusam ini, mata sembap, rambut berantakan tak karuan, dan tatapan kosong yang terpantul di cermin.
Aku tidak yakin bisa melewati ini semua. Sejak kamu bilang aku bebas dengan hidupku dan kamu bebas dengan hidupmu, rasanya aku tidak lagi punya upaya untuk menjalani hari-hariku. Memang ini terkesan bodoh, setiap orang yang sedang bersedih dan patah hati pasti merasakan bahwa dirinya sosok paling sedih sedunia. Dan aku merasakan itu semua. 'Hah itu memang bodoh'. Perasaan ini membuat aku berantakan dan tak lagi punya daya untuk menata kembali hidupku. Semalam, aku menangis sejadi-jadinya, sekeras yang aku bisa. Ini benar-benar tidak adil buatku, buat sosok yang selalu mencintai dan memperhatikanmu.
Dengan enteng nya, satu minggu lebih kamu menghilang dan tak ada kabar. Aku mencarimu kemana-mana, diam-diam memperhatikanmu dari media sosial, bertanya-tanya dan mencari tahu ke teman-temanmu di sekolah, dan dirumah. Ah, meskipun aku tak menemukan jawaban, setidaknya dengan tetap mencarimu dan menganggap bahwa hubungan kita baik-baik saja cukup membuatku tenang dan lega. Selama dua minggu aku tidak mendapatkan jawaban apa pun. Kamu bagai asap yang menggantung di udara, terlihat sesaat kemudian pergi entah kemana. Sosokmu menjauh tanpa bisa aku duga kemana perginya.
Sekarang aku masih berbaring di kasurku yang nyaman, yang pendiam, tapi tetap menjadi tempat dan pendengar yang baik. Aku tidak bisa menghitung sudah berapa kali aku menangis seharian seperti ini. Tidak hanya di rumah, di sekolahpun terkadang aku suka menyendiri di dalam kelas. Dengan sisa air mata yang tidak tahu kapan harus berhenti terjatuh. Dalam pikiranku masih ada bayang-bayangmu dan segala kenangan kita meskipun bagimu mungkin hubungan ini tak berarti apa-apa. Memang salahku yang selalu cuek disaat chattingan, selalu cemburu disaat kamu foto dengan temen cewe kamu, itu berarti aku terlalu menganggapmu berarti. Sedangkan kamu tidak peduli setengah mati. Salahku yang mati-matian menganggap kamu tidak keseriusan dengan hubungan kita, meskipun kamu sebenarnya menganggap hubungan kita pantas untuk diperjuangkan dan di pertahankan. Tapi, aku tidak menyadari nya karena kamu tidak menunjukan kepada ku.
Entah mengapa sampai hari ini aku tak menyesal pernah memulai semua denganmu. Yang aku sesali, mengapa kamu meninggalkanku dengan penjelasan singkat bahwa 'kita putus tapi kita jaga komitmen' ,apa arti semua yang kau ucap itu?. Kita justru setelah sudah SMK beda sekolah sibuk masing-masing, kita malah lost kontak. Kamu tidak akan pernah tahu sakitnya ditinggalkan ketika aku dalam keadaan sangat mencintaimu. Kamu tidak pernah paham betapa aku ingin mempertahankanmu meskipun aku tahu kita berbeda dalam banyak hal. Aku selalu menganggapmu yang terbaik meskipun banyak pria berusaha mendekati dan merebut hatiku darimu. Aku meninggalkan mereka, demi kamu. Karena aku percaya bahwa pria biasa sepertimu pun punya kesempatan yang sama untum membahagiakanku.
Pertemuaan kita benat-benar membuatku percaya bahwa ini cinta. Aku percaya kepadamu, percaya kamulah yang berhasil membawaku terbang terlalu jauh, lalu menjatuhkan ketika kamu mungkin tak lagi penasaran akan sosokku, ketika kamu bosan dengan gadis yang mungkin tak lagi terlihat berharga di matamu. Aku tak pernah tau apakah cinta yang terucap dari bibirmu sungguhlah cinta atau hanya sandiwara yang kamu perankan dengan sangat baik? Aku tak mengerti apakah rindu yang sering kali terucap dari bibirmu hanyalah drama yang kamu pentaskan dengan sangat lihai?
Apakah kamu memang tulus mencintaiku atau kamu hanya senang meloncat dari satu hubungan ke hubungan lain untuk kepuasan sendiri? Aku tam tahu siapa dirimu yang sekarang, kamu berubah menjadi orang yang paling tidak aku kenal. Kamu berubah menjadi sosok yang berbeda dari pertemuan awal kita.
Aku kehilangan dirimu yang dulu. Aku menangis dan berdoa, memohon kepada Allah agar segera mengembalikan sosokmu yang dulu pernah sangat aku kenal. Aku masih sesat ketika mengingat tentangmu, tentang cinta kita yang telah menjadi abu, yang kamu bakar begitu saja di depan mataku. Dan aku terlanjur rapuh ini hanya bisa dia, menatapmu pergi, seakan tak punya kesempatan untuk meminta semua agar kembali padaku. Semua itu makin membuatku tersiksa serta mati rasa.
Dimataku, kamu sempurna, sesempurna pertemuan kita yang ternyata membawa perasaan berbeda. Aku tak bisa menebak bahwa semua ini cinta, tapi apa namanya jika aku berkali-kali menangisimu saat kamu bilang ingin mengakhiri semua?
Hari-hariku betapa sepi tanpamu dan anehnya aku begitu mudah menangis setiap melihat fotomu. Mengapa kamu malah makin tampan justru ketika kita tak lagi bersama dan tak lagi menjalani cinta? Aku rindu matamu, rindu rambutmu, rindu lekuk senyuman dari bibirmu, rindu tawamu, dan rindu banyak hal yang dulu masih bisa kita lewati berdua.
Hari ini aku banyak terdiam. Berkali-kali aku menatap ponselku, berharap kamu berubah pikiran, berharap semua ini hanya candaan. Karena kamu sering ngeprank aku untuk menakut-nakutiku. Nyatanya, ini sungguh terjadi dan bukan candaan ataupun prank. Biasanya kamu menyapaku entah melalui pesan singkat atau meneleponku dengan suaramu yang khas itu. Semua terasa makin aneh ketika aku mencoba untuk menganggap tak ada bedanya hari-hari tanpamu dan hari-hari ketika bersamamu.
Sebenarnya harapanku sederhana saja : kamu memberiku sebuah pelukan hangat dan berjanji tidak akan meninggalkanku. Namun, aku harus menerima kenyataan bahwa semua yang aku harapkan hanya mimpi belaka. Aku harus berjalan sendiri lagi meskipun aku merasa semua akan lebih baik jika dijalani bersamamu. Kadang, harapan memang hanya akan berakhir dengan harapan, dan kehilangan kamu adalah sebuah kesedihan yang selanjutnya akan menghasilkan tangisan.
Hari ini aku hanya memikirkan satu hal. Mengapa semua ini terjadi justru ketika aku yakin ingin mempertahankanmu? Mengapa kamu pergi justru ketika aku masih ingin menyelami dirimu? Mimpi-mimpi yang telah aku buat seketika ambruk hanya karena dua kata darimu. "Kita Putus".
Terlalu mudah bagimu untuk mencampakkan gadis bodoh sepertiku, gadis yang setia mencintaimu tanpa menghitung apa saja yang telah diberikan kepadamu, gadia yang tak menghitung seberapa banyak darahnya mengalir hanya untuk mempertahankan kamu, gadis yang tak meminta balasan apa pun darimu selain keluk hangat. Memang aku yang tolol karena tak bisa membedakan apakah dimatamu sungguh ada cinta atau hanya drama belaka. Namun, 1 tahun lebih hampir 2 tahun ini bersamamu sungguh membuatku terlena, dan bahkan sakit hati.
Hari ini tak banyak yang aku lakukan. Aku masih sesak dengan tangisku sendiri. Aku masih tidak bisa berdiri tegak karena seluruh tulangku remuk redam. Aku seperti manusia yang merasa sakit di sekujur tubuh, yang tak imgin melakukan hal lain selain menangisimu.
Pada akhirnya, aku pun mengerti. Kamu tidak pantas diperjuangkan. Kamu tidak layak untuk dicintai sedalam itu. Terlalu banyak air mata yang kujatuhkan untukmu. Terlalu banyak kesia-siaan yang telah aku lakukan untukmu.Terimakasih sudah baca yah😁
Chapter 3. Adalah chapter spesial yang dimana alur ceritanya begitu panjang😉
Ditunggu chapter selanjutnya yaaaa😇
KAMU SEDANG MEMBACA
After you leave
Teen FictionTentang Kamu yang mengajarkanku tentang sakitnya ditinggalkan saat aku sedang nyaman-nyaman nya. Kamu ciptakan sebuah perpisahan begitu saja, kamu putuskan untuk lari, tanpa perduli dengan perasaanku. Kamu lupakan semua kenangan kita dengan segalan...