1. AWALAN

34 1 0
                                    

Semua perjuanganku di kampus akan segera berakhir. Semua rasa bahagia, kepedihan, kekecewaan, penyesalan telah kulalui selama 4 Tahun. Tidak berasa juga aku akan berpisah dengan teman-temanku yang selama ini telah bersama-sama dengan diriku. Serta semua kenangan yang telah tercipta bersama mereka.

Tapi beginilah hidup yang akan terus berjalan ke depan. Begitupun juga dengan waktu yang terus berdetak tanpa henti. Aku pun juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan di persaingan dunia kerja. Serta berbagai permasalahan yang pasti akan kuhadapi setiap saat.

"Made, sudah bagaimana persiapan kamu untuk wisuda kamu besok. Apakah kamu sudah menyiapkan semua dengan rapi," sebuah suara berkata kepadaku dari luar kamarku.

Aku membalas, "aku sudah mempersiapkan semuanya ibu."

"Bagus kalau begitu nak. Ya sudah sekarang kamu lagi ngapain di kamar. Kamu kemari, makan siang sudah Ibu persiapkan."

"Sebentar lagi aku keluar ibu. Aku juga sudah kelaparan."

"Okay kamu jangan lama-lama di kamarnya. Soalnya siang ini ibu masak sup kesukaan kamu."

"Okay bu."

Kebali aku merenungkan dan mengingat kembali semua kejadian yang pernah kulalui dahulu di kampus, mengingat apa yang sedang aku lakukan di kampus; mengikuti kuliah dari pagi bahkan hingga sore, berjumpa dengan dosen yang galak, hingga nongkrong di kampus bersama teman-teman kampus. Semua gambaran akan kisah dahulu tersebut terlihat begitu jelas, bahkan masih terngiang dalam ingatanku.

***

"Kemanakah diriku setelah ini. apakah aku akan segera bekerja untuk membantu keuangan keluargaku atau melanjutkan studi menuju jenjang dunia perkuliahan. Sejatinya aku tidak ingin menambah beban kedua orang tuaku dalam hal keuangan.. Terlebih lagi adikku juga akan memasuki kelas SD. Namun kerjaan apa yang akan kudapatkan kalau hanya lulusan SMA." kumerenungkan sebuah pertanyaan yang akan mempengaruhi kehidupan di masa depanku nanti.

"Kamu kenapa diam saja nak ?" seru ibu yang tidak jauh dariku

Aku membalas, "tidak ada apa-apa ibu. Aku hanya mikir akan kemana aku setelah lulus dari SMA nanti."

"lah apa kamu tidak mau melanjutkan studi kamu kejenjang yang lebih tinggi lagi?"

"aku sih mau ibu. Tapi bukannya nanti aku jadi beban bagi ibu dan bapak kalau aku kuliah. Apalagi Cleo akan masuk SD. pasti akan butuh uang yang banyak untuk membiayai kita berdua nanti."

"Kamu tenang saja akan hal itu. Ibu dan bapak akan berusaha untuk mencari uang demi biaya kalian berdua. Yang terpenting itu semua demi masa depan kalian nanti. soalnya kalian yang akan menggantikan dan menjaga ibu dan bapak."

Aku terdiam mendengar perkataan ibu kepadaku. Tapi aku terus berpikir apakah aku harus kuliah atau tidak. Seandainya kedua orangtuaku merupakan seorang pengusaha yang sukses dan memiliki kekayaan yang cukup untuk membiayai aku kuliah. Pasti aku tidak akan pusing seperti saat ini.

Akan tetapi, itu hanyalah sebuah khayalanku saja yang terbawa suasana. aku bersyukur akan keadaanku saat ini. Terlebih dengan kedua orangtuaku yang masih masih diberikan kesehatan, serta tanggung jawab untuk mejaga dan mendidik kedua anaknya yang membutuhkan mereka.

Aku malah berpikir apa yang terjadi bila aku memiliki kedua orang tua yang hanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sehingga mereka lupa akan tanggung jawab mereka. mungkin aku dan adikku akan kehilangan kasih sayang dari orang tua dan hanya bisa memamerkan segala kekayaan yang orang tua miliki.

***

Aku keluar dari kamarku, meninggalkan semua kegiatan yang kulakukan menuju dapur untuk makan siang bersama ibu yang telah menunggu aku. "Ibu dimana?" aku memanggil. Kulihat ibuku tidak ada di dapur.

LANGKAHWhere stories live. Discover now