Langit sore itu menyuguhkan semburat jingga yang indah. Begitu meneduhkan. Terlebih saat sekelompok burung berbondong-bondong kembali ke rumahnya. Di pinggiran Sungai Han, Aera menikmati suasana bersama seorang lelaki yang begitu berharga dalam hidupnya.
Taehyung. Laki-laki yang telah memenuhi seisi jiwa dan benak Aera selama lima tahun belakangan ini. Laki-laki yang sejak pertemuan pertama telah mampu mengalihkan seluruh semestanya. Dan kini, laki-laki itu duduk di sampingnya. Bersama-sama dengannya menikmati senja yang perlahan menghilang.
"Aku akan melamarnya minggu depan."
Kalimat itu seolah meruntuhkan segala harapan Aera. Tanpa aba-aba Taehyung mengucapkannya. Dia seakan tidak memikirkan bagaimana perasaan Aera ketika ia mengucapkan kalimat itu. Ah, iya. Dia bahkan tidak tahu perasaan Aera padanya. Jelas saja dia bisa mengucapkan kalimat itu dengan gamblang tanpa khawatir menyakiti perasaan Aera.
"Secepat itu?" tanya Aera datar.
"Aku dan Hyemin sudah berhubungan selama tiga tahun, Ra!" ucap Taehyung penuh penegasan.
"Kurasa tak ada alasan lagi untukku menunda semua ini."
Aera mematung di tempat. Duduk terdiam dengan tatapan lurus ke depan. Semilir angin yang mengusik rambutnya tak ia hiraukan. Aera masih belum bisa mencerna bagaimana nantinya ia akan kehilangan Taehyung. Bukan kehilangan karena Taehyung benar-benar menghilang, tapi karena nantinya ia akan menjadi milik Hyemin. Tentu saja Aera tak bisa bebas menemuinya lagi.
"Kalau memang itu keputusanmu, aku akan mendukung dan membantumu." Aera tersenyum getir saat mengucapkan kata-kata itu seraya menolehkan wajahnya agar bisa menatap Taehyung.
Dari tatapannya bisa Aera rasakan pancaran kebahagiaan di mata Taehyung. Aera merasakan tangan Taehyung menggenggam tangannya.
"Kau memang sahabat terbaikku, Ra. Terima kasih karena selalu mendukungku dan berada di sampingku sampai sejauh ini."
Sahabat. Nampaknya kapasitas Aera dalam hidup Taehyung memang hanya sebatas sahabat. Rupanya takdir memang telah menggariskan dirinya sebatas menjadi sahabat Taehyung, bukan sebagai seseorang yang dicintainya.
Aera membalas perkataan Taehyung dengan sebuah senyuman. Sore itu keduanya menghabiskan waktu dengan sebuah bahagia yang terpancar dari wajah Taehyung. Juga sebuah luka baru yang menyayat hati Aera.
Suasana di mobil menjadi hening. Jalanan kota di permulaan malam ini cukup ramai. Aera biasanya selalu bisa membuat suasana menjadi ramai dan tak membosankan. Tapi kali ini ia seolah tak punya kekuatan. Yang ia lakukan saat ini hanya duduk terpaku. Wajahnya menoleh ke arah kiri menatap pemandangan yang tersaji melalui kaca jendela mobil.
Aera tak bisa membohongi dirinya sendiri. Perkataan Taehyung tentang lamarannya untuk Hyemin masih saja terngiang di telinga. Mungkin sebentar lagi perjuangannya selama lima tahun untuk mendapatkan hati Taehyung akan berbuah sia-sia.
Ah tidak, yang Aera lakukan mungkin tidak pantas disebut perjuangan. Aera bahkan tak pernah mengungkapkan perasaannya pada Taehyung. Selama ini yang dia lakukan hanyalah menjadikan Taehyung sebagai satu-satunya orang yang harus ia perlakukan istimewa. Tak peduli betapa seringnya ia tersakiti dengan perlakuan Taehyung yang manis pada Hyemin. Sedikit pun Taehyung tak pernah memandang Aera sebagai wanita, bukan hanya sebagai sahabat.
"Apa kau sakit? Sejak tadi diam saja. Aneh." Suara Taehyung membuyarkan lamunan Aera.
"Ti-tidak. Mungkin aku hanya sedikit lelah," sanggahnya sembari mencoba tersenyum.
"Apa kau ingin mampir ke minimarket untuk membeli minuman?" tawar Taehyung sembari mengulurkan tangan kirinya dan diarahkan ke puncak kepala Aera.
Aera masih merutuki diri. Mencoba menetralkan rasa yang tak bisa ia jelaskan. Segala bentuk perhatian Taehyung membuat dadanya sesak. Dulu, sebelum ada Hyemin di hidup Taehyung, perhatian Taehyung seperti ini selalu berhasil membuat Aera tersipu. Tapi tidak lagi setelah Hyemin hadir. Perhatian Taehyung padanya justru akan semakin menghancurkan perasaannya, mengingat perhatian itu tak lebih karena rasa simpati dari seorang sahabat.
"Tidak perlu. Aku hanya ingin segera sampai di rumah agar bisa istirahat." Senyuman tipis menghiasi wajah Aera. Dengan susah payah ia menciptakan senyum itu agar Taehyung tak curiga dan berhenti mengkhawatirkannya.
Setelah dua puluh menit perjalanan, akhirnya mobil Taehyung berhenti tepat di depan rumah Aera. Tak membuang waktu lama Aera segera melepas sabuk pengaman yang semula ia kenakan. "Terima kasih untuk hari ini. Hati-hati di jalan." Tak lupa sebuah senyuman terlukis di wajah Aera saat mengucapkan kalimat itu. Dengan tergesa ia menyentuh pintu mobil dan hendak membukanya. Namun ia merasakan tangannya ditahan oleh Taehyung.
"Kau baik-baik saja, kan? Atau kau tak suka jika aku melamar Hyemin? Jangan bilang kalau kau menyukaiku," cerca Taehyung tanpa jeda. Aera sedikit terkejut mendengar ucapan Taehyung.
Iya aku menyukaimu dan aku tidak suka jika kau melamar Hyemin!
Ingin sekali rasanya Aera mengucapkan kalimat itu dengan lantang di hadapan Taehyung. Semua yang Taehyung katakan adalah kebenaran yang Aera rasakan. Namun, ia tak punya keberanian untuk mengatakan yang sejujurnya.
"Apa kau gila? Percaya diri sekali kau berkata seperti itu," ucap Aera sembari memukul lengan Taehyung dan memasang wajah sebal.
"Kau itu sahabatku, Tae. Selama itu baik untukmu, apapun yang kau lakukan aku akan selalu mendukungmu."Aera sangat tulus ketika mengucapkan perkataan yang terakhir. Meski ia harus melawan egonya dan menekan rasa sakitnya. Ketulusan itu sepertinya bisa dirasakan oleh Taehyung. Terbukti setelah perkataanku itu, Taehyung membalasnya dengan senyuman dan sebuah pelukan spontan.
"Tak bisa kubayangkan jika tidak ada kau di sampingku, Ra."
Tak bisa kubayangkan juga jika nantinya bukan aku yang ada di sampingmu Tae, melainkan Hyemin.
Batin Aera berkecamuk. Menuntut sebuah pengakuan. Ia berusaha menenangkan hatinya.
"Sudahlah. Akan ada Hyemin nantinya yang akan selalu ada di sampingmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA
FanfictionSong Aera, gadis yang mencoba merelekan sosok laki-laki yang berarti dalam hidupnya. Hingga takdir membuat hatinya yang sudah berpindah kembali lagi pada cinta sejatinya. . . . Lakuna. Ruang kosong yang ada di hati Aera. Kehilangan sosok Taehyung da...