Do You Remember?

329 7 2
                                    

Vevila Underwood dan Justin Underwood adalah anak kembar yang berbeda kelamin. Orangtua, dan keluarga mereka baik-baik saja dengan fakta tersebut. Walaupun mereka sangat berbeda.

Vevila mempunyai rambut merah menyala, bola mata yang hitam, dan kulit yang pucat. Ia tidak tinggi, Namun tidak pendek. Ia menganggap semua hal serius, gampang marah dan emosi, dan keras kepala. Sedangkan Justin, adalah anak laki-laki dengan rambut merah menyala, dan mata hijau yang cerah. Ia tinggi, dan bisa dibilang tampan. Justin mempunyai pribadi yang ceria, bisa membuat semua orang tertawa, dan sensitive. Vevila dan Justin bagaikan pagi dan malam.

Semuanya baik-baik saja.

Sampai suatu hari, orangtua mereka bercerai. Vevila terpaksa ikut ayah, dan Justin terpaksa ikut ibu.

"Kau akan mengingatku, Justin?" Tanya Vevila kecil. Tidak terlalu kecil, Ia berumur delapan tahun. Vevila meremas lengan baju Justin.

"Tentu saja! Apapun yang terjadi, tidak akan ada yang bisa memisahkan kita!" Seru Justin sambil meninju udara. Vevila biasanya tertawa, namun sekarang Ia justru menunduk, menaruh kedua tangannya di wajahnya. "Kita tidak akan berpisah lama." Tambah Justin sambil melarikan tangannya di rambut Vevila yang merah menyala. Vevila mendongak, memperlihatkan kedua bola mata hitamnya yang sekarang berkaca-kaca.

"Aku takut." Ujar Vevila.

"Apa yang membuatmu takut? Kau punya ayah. Seharusnya aku yang takut,"

"Ya tapi kan... Aku butuh kau," Rutuk Vevila. Justin tertawa kecil, menyebabkan Vevila untuk menonjok pelan lengannya. "Aku serius! Tanpamu, aku tidak dapat teman," Vevila mencebil.

"Lihat, aku yakin kita akan bertemu lagi." Ujar Justin mantap, sambil meremas pundak Vevila.

"Kau tahu dari mana?"

"Eh, entahlah. Firasatku bilang begitu." Gurau Justin. Namun Vevila meledak menangis, "Hey. Aku cuma bercanda! Apapun itu, tapi itu memberitahukan bahwa kita akan bertemu,"

"Bagaimana kalau kita tidak bertemu?"

"Bagaimana kalau kita bertemu?" Balas Justin, meniru nada bicara Vevila.

"Huh! Dasar, padahal kita sudah mau berpisah, tapi kau masih saja menyebalkan." Gerutu Vevila. "Tapi, kalau kita benar-benar bertemu... Kau janji akan mengingatku, dan memperlakukanku sama seperti sekarang?"

Justin tersenyum. Vevila dan Justin menautkan kelingking satu ke kelingking mereka, janji jari kelingking.

"Aku pasti akan merindukanmu." Ujar Vevila, menahan tangisnya, "Aku pasti, akan, dan janji."

"Aku janji,"

"Oh, dan bolehkah aku minta sesuatu?"

Pasti.

---

25 Juli 20**

Aku terbangun dengan malas-malasan. Aku melirik jam weker yang tergeletak di rak meja, menunjukkan jam sembilan siang. Karena aku sedang berada di liburan, aku bebas bangun jam berapapun. Aku berguling ke arah yang berbeda, membenamkan wajahku di bantal guling, berusaha untuk tidur.

"Vevila! Bangun! Kau pikir sudah jam berapa sekarang?" Seru Ayah dari lantai dasar. Aku mengerang, menutup kepalaku dengan bantal. "Jangan coba hindari suara ayah, Vevila! Bangun!" Sial, kenapa ayah selalu tahu segalanya?

Dengan malas dan lesu, aku keluar dari kasur, menuju toilet di kamarku. Aku quick shower, lalu buru-buru menggunakan kaos belang-belang dan celana monyet (kalian tahu celana ini?). Toh kita berlibur.

Aku mengecek penampilanku. Rambut merahku sudah tidak merah lagi. Sudah ku cat menjadi cokelat terang (brunette), untuk menghapus memori tentang Justin dihidupku. Wajahku pucat, Well, memang selalu pucat. Bibirku merah merona, padahal aku tidak mengenakan lipstik. Aku menyanggul rambut brunetteku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Do You Remember?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang