22 HOURS
“Bagaimana jadinya jika orang yang kau ajak bicara tadi ternyata sudah tiada?”
Title : 22 hours
Author : Jihan Kusuma
Cast : Lu Han | Yoon Sa Rang
Genre : Fantasy, sad, tragedy
Length : ONESHOOT
Happy Reading Guys!
= = =
Lelaki itu bersenandung sambil mengangguk-anggukkan tulang lehernya mengikuti alunan musik yang sedang terputar dari tape recorder mobil mewahnya. Tangan kanannya menggenggam kemudi sebuah rolice yang dia kendarai sedangkan jemari tangan kirinya bergerak menepuk-nepuk sisi lain kemudi sesuai dengan dentuman bass pada musik yang dia putar.
Mobil itu bergerak lurus menyetrika jalanan Seoul dengan kecepatan sedang.
‘Your body rockin, give me all tonight
You got me so high and then she drops me, but she got, but she got,
but she got me bad...’
Dia mulai benyanyi-nyanyi membiarkan suara indahnya lepas dan memenuhi seluruh ruang dalam mobilnya yang memang hanya ada dia disana. Jadi namja itu bebas, dia bebas berteriak-teriak didalam sendirian. Tidak ada yang akan mendengar.
Langit memang sedang mendung dan sedikit ada halilintar yang samar menusuk-nusuk gumpalan awan keabu-abuan diatas sana, tapi tidak dengan suasana hatinya. Ternyata cuaca diluar sana sama sekali tidak mempengaruhi perasaannya. Baginya, hari ini adalah hari paling cerah yang pernah dia lalui.
Hari ini kekasih namja itu akan pulang kembali ke Seoul selepas panggilan selama tiga hari di AS karena tuntutan pekerjaan. Kekasihnya merupakan seorang fotografer yang selalu sibuk, dia sering travelling keluar pulau bahkan negara.
Ditengah-tengah dentuman suara audio terdengar deringan nyaring dari smartphone yang dia taruh diatas dasbor. Terpaksa, namja itu meraih remote dan menurunkan volume sebelum mengangkat telepon dari seseorang disana.
“Yoboseo, ah, Sarang-ah! Kau dimana sekarang? Bagaimana keadaanmu?” sebuah senyuman lebar terukir di bibir tipis itu usai mendengar siapa yang menelepon.
“Aku sudah di Incheon, mungkin beberapa jam lagi akan sampai Seoul dan aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu Luhan? Kau sudah sarapan?” tanya seorang yeoja yang dipanggil Sarang itu.
“Ne, aku sudah sarapan hingga perutku terasa seperti karung kentang. Hahaha, lalu bagaimana denganmu? Kau sudah makan kan?” tanya namja bernama Luhan itu.
“Tentu saja, aku makan setengah jam lebih awal sebelum pesawat take off. Meskipun kenyang, aku merasa sangat lelah. Aku tidak bisa tidur selama di pesawat.” Sarang terdengar mengeluh. Namun Luhan malah tersenyum lebih lebar menampakkan jajaran gigi putihnya.
“Jadi kau tidak merindukan aku begitu? Pergi keluar negeri selama tiga hari, berkencan dengan kamera dan terus bersenang-senang tanpa diriku? Kau memang pacar yang sangat kejam.” ucapan barusan memang terdengar marah namun tidak dengan akspresi jahilnya saat ini. Luhan hanya bermaksud bermanja-manja pada Sarang.
“Hm, aku merindukanmu tidak ya?” parahnya yeoja itu malah balas bertanya. Membuat namja itu sedikit jengkel walau sesungguhnya dalam hati Luhan meyakini jika tidak mungkin Sarang tidak merindukannya setelah tiga hari tiga malam berpisah.
“Yak, Yoon Sarang, aku akan menghabisimu nanti.” balas Luhan dengan nada yang lebih tinggi.
“Hahaha, jangan begitu Chagi, tentu saja aku rindu padamu. Aku membawakanmu sesuatu dari New York. Kau pasti menyukainya.”