BODOH

33 2 0
                                    

Kalimat yang aku impikan diucapkan oleh pangeran yang aku cintai, kini sudah meluncur dari bibir pria yang baru aku kenal sebulan lalu. Insiden yang tidak pernah dibayangkan oleh perempuan manapun mampir di kehidupanku. Memporak-porandakan batinku. Menghancurkan semua mimpiku.

Kata 'SAH' menggema dari sudut rumahku, aku resmi menjadi istri seorang  pria yang namanya saja baru aku kenal seminggu lalu. luluh lantak hatiku, kecewa dan sedih membumbung seakan mau pecah, walau sedikit sukacita menyusup pada relungku. Setidaknya aku bisa melihat senyum sumringah dari sudut bibir orang tuaku yang tidak tau maksud dibalik pernikahanku. pikiranku melayang ke insiden itu seketika, saat pria yang tadi dengan gugup mengucap ijab qabul menghampiriku di kamar yang sejak tadi aku tempati untuk menunggunya.

flashback on...

"Renata besok saya harap kamu tidak terlambat dan bisa presentasi dengan baik, atau klien kita akan kecewa dan tidak jadi mempercayakan projek ini pada kita,"tegas Pak Ardi, atasanku.

"Baik pak, saya akan berusaha yang terbaik untuk presentasi besok,"jawabku  meyakinkan."

"Sekarang kamu istirahat, ini kunci kamar kamu, besok saya tunggu di lobby jam 7 pagi, usahakan tepat waktu."

"Baik pak , terima kasih." kuraih kunci kamar hotel dari tangannya.

Aku melangkahkan kaki menuju kamar yang diakomodasikan dari kantor. Mataku meyusuri lobby hotel dan menangkap ruangan kecil yang terlihat seperti coffe shop, oh bukan itu sebuah mini bar tertulis jelas di atas pintu masuknya yang sangat elegan, minimalis tapi terlihat nyaman. Aku tergoda dengan design ruangannya.

"Wow... so gorgeous, kayaknya gak ada salahnya jika aku menghabiskan beberapa menit disini, sebentar nggak ada salahnya bukan?" lirihku.

Aku duduk di depan bartender memesan segelas anggur."red wine."celetukku pada bartenter itu saat dia mencoba menawarkan .

"Silahkan!" kata bartender padaku beberapa menit kemudian.

"Thank you."ucapku.

Sebenarnya aku tidak pernah memesan minuman seperti ini, tapi bukankah mencoba tidak ada salahnya. satu gelas terasa kurang kutuang lagi, lagi, dan lagi sampai tiba-tiba perutku mual, rasanya ingin muntah dan pening menyergap kepalaku. aku mengakhiri kebodohanku, dan meninggalkan tempat itu menuju kamarku. sebelumnya kuberikan beberapa lembar 50 ribuan pada bartender itu. Namu tiba-tiba bruukk seseorang bertabrakan denganku.

"ups.. sorry, are you okay?"ucap laki-laki itu.

"I"m ok, sorry juga."balasku langsung meninggalkannya.

Sudah hampir 5 menit aku berkeliling mencari nomor yang tertera di kunci, tapi aku tidak bisa menemukannya. Entahlah sepertinya red wine tadi sudah mempengaruhi kesadaranku. Samar-samar kulihat nomor pintu di depannya kucoba mencocokkan dengan nomor di kunci yang ku pegang. Nomernya samar terlihat sama.

"Elea.... kamu datang sayang? ternyata kamu nggak ingkar janji sayang. terima kasih karena sudah datang di hari ulang tahunku." Ucap seseorang di depanku setelah aku memasuki kamar yang tiba-tiba memelukku. dengan sisa tenaga yang kumiliki kudorong dia agar melepaskan pelukannya.

"eeehhh..... apasih aku mau tidur, siapa kamu?" racauku kemudian.

"what this is your surprise baby..... oh no, kenapa kamu sangat cantik hari ini?."samar samar ucapnya kudengar sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri.

Mataku mengerjap, silau sinar matahari menyelinap masuk, kepalaku masih terasa pening karena kebodohanku semalam ditambah badanku yang tiba tiba lelah dan terasa nyeri. aku merasa aneh. sadar ada sesosok yang melingkupi badanku. Sesosok dada yang tegap menempel di punggungku. '"AAAAAAAA" teriakku spontan menjauhkan tubuhku. Dia terbangun menyeracau tidak jelas. menyebut-nyebut nama seseorang yang tidak kuketahui.

"aaaaa....."teriakku lagi bersamaan dengannya yang baru saja membuka mata dan tak kalah terkejutnya.

"siapa kamu?"tanyanya seketika.

"harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Kenapa bisa kamu berada satu kamar denganku? Bukankah ini kamarku?"tanyaku sangsi.

"Apa kamu bilang kamar kamu? Enak saja, aku yang menyewa kamar ini. Kamar ini hanya aku yang bisa menempatinya."tandasnya dengan sombong.

"tapi... kenapa aku bisa salah kamar dan kenapa kita...."aku melirik tubuh telanjang ku dibalik selimut tebal.

"kamu kira aku tau kenapa kamu bisa nyasar di kamarku dan kita berakhir seperti ini? Seingat aku kemarin aku dari mini bar, memang aku sedikit mabuk tapi...." terlihat wajahnya yang kebingungan berusaha mengingat kejadian semalam. "Bukannya kemarin Elea yang berada disini, tapi kenapa bisa kamu?"
Siapa Elea yang dia maksud.
"stop!" tukasku kemudian, aku hampir frustrasi. Aku harus mengakhiri perdebatan yang sama sekali tidak ada gunanya ini. Masalah ini harus diselesaikan sekarang juga.
Aku mencoba bangun dari kasur, tapi kenapa ini, kakiku lemas seperti jelly, ditambah area disekitar pahaku nyeri, pikiranku melayang kemana-mana mencoba menebak kebodohan apa lagi yang aku lakukan setelah keluar dari mini bar itu. Tanpa sadar air mataku menetes tiba-tiba. Batinku merutuk diri sendiri.

"are you okay?"tanya laki-laki itu padaku yang sekaligus mendorong tanganku ingin menamparnya. Bagaimana bisa dia bertanya apakah aku baik-baik saja setelah jelas aku tidak akan baik-baik saja dengan sajian sarapan semacam ini.

"Okay sepertinya aku harus pergi."jelasku kemudian memecah keheningan diantara kami berdua setelah kami memakai pakaian lengkap.
"Apa? Itu saja? Lalu bagaimana dengan kejadian semalam?"tanyanya padaku, sepertinya dia keheranan dengan sikapku yang mendadak tenang namun dingin.
"lupakan! aku merasa tidak terjadi apa-apa diantara kita semalam. Kecuali kamu memang tau dan sadar apa yang telah kita lakukan dan karena aku tidak tahu sekaligus tidak sadar jadi aku simpulkan bahwa diantara kita tidak terjadi apa-apa."jawabku tegas menahan kegetiran dalam batinku. Berlalu dar hadapannya
Aku melihat pantulan ekspresi speechless setengah pias dari wajah laki-laki itu setelah mendengar penjelasanku. Entah apa yang dia pikirkan. Mungkin saja dia sekarang sedang berpikir aku adalah wanita jalang.

Flashback off

Aku duduk di tepian ranjang, gugup menerjang seketika. Laki-laki itu duduk disampingku aku yakin dia tak kalah gugupnya sama sepertiku, terlihat jelas dari ketidaknyamanannya berada di sampingku. Aku harus bagaimana sekarang. Sekarang aku dan dia sudah sah lalu apa seterusnya.

"kalau kamu tidak nyaman dengan keberadaanku di sini, aku bisa tidur di situ." tunjuknya pada sofa disamping ranjang."dan tenang saja saat kamu pindah ke rumahku kita tidak akan tidur sekadar jika memang itu yang kamu harapkan."lanjutnya setelah terlihat nyaman merebahkan badan.
Aku hanya terdiam, bingung harus menanggapinya. Kucoba menghapus prasangka, ini tidak benar, lagipula badanku juga sudah sangat lelah setelah acara pernikahan tadi belum lagi besok aku harus ikut pindah ke rumahnya. Jika saja pertemuan dengannya tidak seburuk itu, mungkin aku sudah jatuh cinta pada laki-laki yang layaknya seorang pangeran itu.


RENATAWhere stories live. Discover now