Prolog

2.2K 46 4
                                    

Mereka yang tidak tahu arti kepergian.

Mereka yang tidak mengerti rasanya ditinggalkan.

Mereka yang tidak pernah mengetahui rasa hilang.

Mereka yang belum mengalami kehilangan.

Mereka yang menyepelekan keberadaan mereka yang lain tanpa diduga akan hilang.

Mereka... sebelum semua ini terjadi, salah satu dari 'mereka' itu adalah 'aku'. Aku tidak tahu arti kepergian, tidak mengerti rasanya ditinggalkan, tidak pernah mengetahui rasa hilang, belum mengalami kehilangan, dan menyepelekan keberadaan mereka yang tanpa diduga akan hilang. Dia selalu ada, memaksa masuk ke dalam tempat terdalam dihidupku setiap saat.

Datang tanpa aku inginkan, memaksa aku merasakan kebersamaan dengannya dalam waktu lama. Disampingku tanpa aku minta... memaksa aku melihatnya untuk mengetahui "dia tercipta untukku."

Dia senang memaksa, memaksakan dirinya untukku dalam setiap keadaan. Dulu aku menyukainya, dulu aku memuja paksaan paksaannya, mendamba setiap harinya ketika ia semakin memaksaku. Sekali lagi aku katakan... itu dulu. Sebelum semua paksaan itu membuat aku menemukan titik terendah untuk menikmati semuanya. Titik ketika aku jenuh, bosan, lelah... melihat dia. Ya, melihat gadis itu. Berharap untuk beberapa waktu kedepan ia tidak memaksa kehadirannya lagi, tidak memaksakan aku untuk merasakan kebersamaan dengannya, dan bahkan aku berharap ada waktunya nanti ia akan mengatakan, "aku akan pergi sementara untuk membuatmu tenang."

Itu yang aku inginkan. Benarkan ? Bukankah itu yang kemarin aku inginkan ? Menginginkan dia pergi...

Tapi... bukan! Bukan seperti ini! Berkali kali aku berteriak, memohon, meminta, pada siapa ? Entahlah, mungkin aku berteriak pada diriku sendiri. Menyangkal kenyataan yang aku inginkan dengan kenyataan yang akhirnya tuhan berikan. Sekali lagi, bukan seperti ini! Bukan pergi semacam ini yang aku harapkan! Dia pergi tanpa aku harus tahu kemana aku mengunjungi ketika aku ingin menemuinya lagi. Dia pergi untuk menuju tempat yang sulit kujangkau. Dia pergi meninggalkan aku yang akan takut membuka mata di pagi hari untuk menyadari, menyadari dia tidak akan pernah ada lagi untuk hidupku. Saat ini.

Aku mohon, Tuhan... bukan pergi semacam ini yang aku harapkan darinya! Bukan! Aku ternyata laki laki labil, baru aku sadari untuk saat ini. Dulu kepergiannya yang kudambakan, kini... aku membenci kata itu, kepergian. Entah apa yang terjadi pada diriku. Apakah Tuhan menghukumku karena sikapku dulu ?

Kau mengabaikannya. Kau ingin dia pergi ? Seperti yang kau inginkan aku akan melakukan hal itu. Jika dia tidak mau pergi darimu, maka aku yang akan merampasnya darimu.

Apakah tuhan bermaksud seperti itu ? Tuhan sengaja mengambilnya dariku untuk menghukumku ? Entahlah, yang aku harapkan saat ini hanya satu kata, kata yang seharusnya dan aku inginkan menabrak keadaanku saat ini. Satu kata. Keajaiban... Ya! Keajaiban. Kata itu yang menjadi mantra untukku pada saat ini. Apabila saat ini aku amat menginginkan dia kembali untukku, apakah kau akan memberikan keajaiban itu untukku ? Keajaiban untuk kembali menghadirkannya dalam hidupku. Aku percaya keajaiban, bahkan jika keinginanku sama sekali tidak memiliki kemungkinan, maka keajaiban yang kau berikan akan mampu memberikan segalanya.

Satu... keajaiban untukku... kembalikan dia dalam kehidupanku.

***

'Anessa, 30 April 1990 - 18 Mei 2014'

Tulisan itu terukir dalam pada nisan. Hanya sekedar tulisan, namun mampu membuat tubuh Rafael mengejang dan mengerang hebat ketika melihatnya. Kelopak kelopak bunga segar masih mewarnai kesan basahnya tanah. Beberapa buket bunga tersusun rapi mengelilingi batu nisan, nisan dengan tulisan Anessa yang belum berhenti Rafael genggam. Berusaha menarik diri untuk sadar bahwa keadaan yang ia hadapi saat ini benar adanya, ini nyata! Meyakinkan dirinya berkali kali dengan keras bahwa diwaktu kedepan ia harus menjalani semua kenyataan ini. Meyakinkan dirinya, ia meremas batu nisan hingga bertekad ingin menghancurkannya.

Timeless swing (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang