0.4 but just admit you like to play

67 8 2
                                    

"If you're afraid of getting hurt and feeling severe pain, then avoid falling in love."

•••

Setelah percakapan singkat tentang dimana alamat Rena. Farel pun memberhentikan motornya didepan rumah putih mewah yang letaknya memang tak terlalu jauh dari sekolah.

Rena yang sadar sudah sampai pun turun dari motor cowok itu. Ia ragu harus mengucap terimakasih atau tidak. Mau bilang makasih takut cowok ini ke-geer-an. Tapi kalau tidak bilang makasih, nanti Rena dibilang gak tahu diri. Akhirnya ia memutuskan untuk mengucapkan terimakasih karna cowok itu sudah mengantarnya dengan selamat sampai rumah.

"Thanks." Ucap Rena singkat dan ketus.

Cowok itu membuka kaca helmnya. Menatap Rena jahil, "Kok lo nurut aja gue anter pulang?"

Rena terdiam. Ia juga masih bingung kenapa ia mau saja diantar pulang sama cowok ini. Padahal jelas - jelas tadi Rena yang memarahinya habis - habisan karna kesal yang tak tertahan.

"Hey?" Panggil Farel lagi karena merasa tak mendapat respon.

Rena tersentak, "E-Eh! Tau ah! Kepo!" Jawabnya ngawur.

Rena segera berbalik ingin cepat - cepat masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak mau lagi menghadapi cowok sakit jiwa ini.

Belum genap 6 langkah Rena berjalan. Farel memanggilnya lagi, "Rena!"

Yang dipanggil pun menoleh, memandang dengan tatapan seolah menjawab,

"Lo cantik." Ucap Farel dengan santai disertai senyuman tipisnya yang entahlah, Rena lihat itu senyum yang tulus. Bukan senyum yang biasa ia berikan pada degem - degemnya.

Tunggu. Sejak kapan Rena jadi GR? Lagipula, tau apa dia dalam mengartikan senyum Farel?

Farel menutup helm-nya. Menyalakan starter motornya lalu melaju, tak lupa ia mengklakson Rena yang masih diam terpaku di tempat nya.

Sayangnya tidak ada yang sadar, pipi rena sedikit merona.

***

Pagi ini Rena hampir saja telat ke sekolah gara - gara Felix. Abang tengilnya satu itu. Bukannya langsung mengantar Rena sekolah. Ia malah muter - muter tidak jelas sehingga membuat Rena terlambat. Sempat terjadi perang antar saudara didalam mobil. Setelah puas membuat Rena kesal, Felix pun melajukan mobilnya ke sekolah Rena.

Saat Rena turun dari mobil, Pak Satpam sedang mendorong gerbang besar sekolahnya dengan kekuatan penuh. Rena segera berlari sekencang mungkin agar tidak didahului tertutupnya gerbang. Memang, ia berhasil lolos . Tapi sialnya, ia malah menabrak seseorang yang sedang berjaga di pos satpam dan ingin kembali ke kelasnya.

Rena terhuyung jatuh. Pantatnya menyentuh balkon yang mengakibatkan ia mengaduh cukup keras.

"Aw!" Pekiknya.

Belum selesai ia meringis. Sebuah tangan terjulur seperti ingin membantunya. Setelah Rena mendongak, betapa kagetnya ia melihat wajah familier didepannya. Ya, Rena pernah bertemu cowok ini saat mengantarkan data diri nya ke ruang osis.

Dia Varon Aldego, Si Ketua Osis.

Varon mengulurkan tangannya berniat membantu. Ia merasa bersalah karna telah membuat cewek ini jatuh hingga meringis keras.

Rena menatap Varon berbinar. Entah mengapa, tatapan Varon yang teduh mampu membuat ia terbuai.

Rena yang sadar akan bantuan Varon pun, menerima uluran tangannya. Varon membantu Rena berdiri. Setelah ia berdiri, Varon melemparkan senyum termanisnya.

HelplesslyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang