Dekapan Bintang Dibalut Malam

56 0 0
                                    


Terbuai, terjerat, terpesona dalam titik kedinginan yang memancarkan hawa indah dari setiap pesona. Darah merah hampir membeku. gelap menjerat, membunuh, menikam di waktu malam. Jangkrik datang ikut bernyanyi menemani rasa takut yang menghantui. Imajinasi semakin menjadi, seolah ada bayangan (hantu) dibelakangku. Cahaya tercipta hanya dari senter kecil dikepala. Edelwis tersenggol oleh kaki kiriku. Indah, pucat, namun abadi.

"Cepat, sudah jam 02.00," Adi berteriak. Ia sebagai pemimpin regu kami. Menegaskan agar berjalan lebih cepat.

Aku masih berjalan di urutan ketiga dari keseluruhan enam orang yang ikut. Adi dibagian depan memimpin barisan dengan membawa senter besar dan tas sedang yang berisi cadangan air. Satu setengah jam kami berjalan dari tenda yang bertempat di Kalimati. Sekitar tiga sampai empat jam lagi kami sampai puncak. Lolongan anjing kian menghantui di gelapnya malam di tengah hutan. Suara nafas yang tak beraturan. Suhu dingin meringsek tubuh yang mulai letih menjadi makanan kami di malam ini.

Tanjakan, belokan, pepohonan, jurang yang tajam perlahan mulai terlewati. Rasa dingin yang menusuk membuat rombongan cepat lelah, masing-masing membawa satu botol besar air mineral, Kini hanya menyisa setengah botol. Perjalanan masih jauh. Rintangan di waktu malam tak bisa ditebak. Kabut menghalangi jarak pandang. Sekitar tiga meter dibelakangku Nisa tertinggal agak jauh. Bahkan tak terlihat, akibat kabut yang mengahalangiku. Sementara didepanku Adi dan Idris terus saja berjalan tanpa melihat yang dibelakang. Rasa sangat lelah dan haus membuatku tak bisa berteriak. Kucoba menepuk punggung Idris agar berbalik badan.

"Ada apa?" Idris menoleh. Suaraku tak bisa keras, detakan jantung dan napas tersumbat membuatku sulit bicara. Kucoba paksakan dengan napas terengah-engah dan sisa tenagaku.

"Mereka tak terlihat". Hanya kalimat itu saja yang keluar dari mulutku. Idris sepontan langsung memanggil Adi didepannya agar berhenti sejenak. Sementara aku duduk di salah satu batang pohon yang telah tumbang.

"Hey Adi, yang lain tertinggal," Dengan suara agak keras ia mencoba memberhentikan langkah Adi yang terpaut satu meter didepannya. Suara yang terbawa angin kencang membuatnya menjadi lirih. Adi spontan langsung menoleh, mendekati kami yang tengah beritirahat sejenak.

"Tadi kan dibelakang kita," ujar Adi dengan nafas yang kacau. Aku hanya diam, tak bisa menjelaskan. Rasa lelah mengalahkan tubuhku. Aku tak bisa berbicara panjang lebar dan bla bla bla.

"Nisa...!! pipit...!!! yahya...!!!" teriakan Adi menggelgar ke penjuru sudut. Idris turut mengikuti ucapannya. Namun nihil, tak ada jawaban terdengar.

"Bagaimana ini, waktu hampir pagi. Persediaan semakin tipis. Apa mereka baik-baik saja". Ujar Idris yang semakin khawatir.

Beberapaa saat lalu aku melihat Nisa terus saja diam di sepanjang perjalanan. Padahal dia orang yang selalu bercanda. Aku semakin khawatir, karena bekal mereka sangat sedikit. air hanya tinggal setengah botol, sementara seluruh cadangan air dibawa Adi.

"Santai Dris, disana masih ada Yahya. Ia pasti bisa menjaga mereka," Adi berkata dengan yakin. Lalu ia melanjutkan duduk di bebatuan yang agak besar. Sementara Aku masih duduk terdiam memegang botol air yang hampir habis.

Waktu hampir pagi, bayanganku telah berjalan kemana-mana. Deraan angin tajam menusuk tulang. Keringat dingin membasahi keningku. Rombonganku terpisah menjadi dua. Kini aku perempuan sendiri didalam hutan, diiringi dua laki-laki tangguh. Sebenarnya aku khawatir terjadi sesuatu padaku. Aku takut Adi dan Idris berbuat macam-macam. Tapi aku harus sadar diri. Ini keadaan antara hidup dan mati.

"Tapi aneh ya Dris, dari tadi kok tak terlihat seorang pun pendaki. Padahal kita sudah setengah jam duduk disini," Adi memecah keheningan malam.

"Dipikir-pikir emang iya Di, harusnya ada rombongan lain yang menyusul kita. Tadi waktu berangkat summit kan banyak rombongan dibelakang kita," ujar Idris yang masih berdiri dengan menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kini Semeru Membunuhmu, "Puas kau....!!!"Where stories live. Discover now