Ada kalanya kita ngerasa hidup ini ngga kaya yang kita pengen.
Ada kalanya kita ngerasa hidup kita ini lebih buruk dari mereka mereka yang keliatannya lebih baik.
Gue
Gue selalu berpikir apa hidup gue ini benar-benar se-ngga beruntung mereka?
Tapi setelah gue teliti, setelah gue amati.
Justru hidup gue terlalu sempurna buat gue keluhin sama Tuhan.
Helaan nafas gue terdengar putus asa, lagi lagi gue pengen ngeluh sama tuhan.
Ngeluhin hal hal yang seharusnya udah terbiasa hadir.
Tapi biasa kaya gimana yang bisa gue sebut biasa?
Jalanan malam ini terlihat ramai, basah selepas hujan tadi sore.
Setelah sekian menit gue duduk di atas jok motor yang melaju lambat ini, ngga ada sedikitpun kata yang gue keluarkan.Ngga ada tawa yang biasanya mengiringi perjalan kita. Kita.. Gue dan dia.
Dia yang ada di hadapan gue, diam tak bersuara.
Gue sering berfikir, apa yang membuat gue dengannya bisa sejauh ini?
Asing.
"Apa yang mau lo omongin" katanya
Gue mengerjap setelah suaranya membuat lamunan gue pecah.
"Bingung mau mulai dari mana nya"
"Langsung ke point kan bisa"
Gue mengangguk pelan
"Pertama-tama marilah kita panjatkan puji serta syukur kepada Tuhan yang maha esa, yang telah memberikan kita nikmat"
Sedetik setelah gue selesai berkata-kata tawanya terdengar nyaring, dan gue merindukan suara jelek itu.
"Apasi lo" katanya yang masih di selimuti tawa
"Kapan mantan lo datang lagi?" seketika suaranya lenyap, entah terbawa angin atau terbawa kata kata gue yang dingin.
Ngga ada jawaban.
"Ini yang mau gue omongin"
Helaan nafasnya terdengar berat "Jumat kemarin" katanya
Gue mengangguk pelan "gimana?"
"Apanya?"
"Datengnya"
"Ya gitu"
Lagi lagi gue mengangguk seraya menarik dan membuang nafas gue pelan "terus lo baper, lo ngerasa balik ke masa lo sama dia?"
"Iya, lo pasti ngerti"
Gue pasti ngerti.
Ngerti gimana sakitnya ketika lo udah merasa menemukan lelaki yang pantas untuk lo, ketika lo merasa nyaman sama seseorang yang sekian lama hadir di hidup lo tiba-tiba menjauh hanya karna sapaan mantan.
Sekarang gue ngerasa hadirnya gue sama sekali ga menumbuhkan sesuatu yang berarti, hadirnya gue hanya membuang-buang waktu, adanya gue disini gaakan pernah sebanding dengan masalalunya, karna gue terlalu jauh untuk itu.
"Mel, gue PHP in lo banget ya?" tanyanya
"Iya"
"Maaf"
"Maaf lo ga buat perasaan gue balik kaya semula"
"Jangan benci gue"
" benci gue gaakan buat lo mikir"
"Mel"
"Gue ga sayang sama lo, gue ga baper sama lo"
"Lo masih mau jadi temen gue?"
Gue menggeleng pelan " Ini terakhir "
"Apanya?"
" ketemunya"
"Kenapa"
" lo pikir gue cewe apaan mau jalan sama cowo orang"
"Mel"
"Gue bilang, gue gamau jadi pilihan. Kalo lo sayang mantan lo ya lo tinggalin gue, kalo lo sayang sama gue ya lo tinggalin mantan lo, gue gamau berbagi apapun itu alasannya"
Kalo lo sayang gue, kenyataannya omongan lo tentang rasa hanya sekedar kata tanpa arti apa-apa, kosong.
"Mel"
Hingga akhirnya yang lalu datang
kau sontak diam tak bergeming
Seakan akan Aku adalah pilihan yang tak sebanding
seakan akan tak ada nilai sedikitpun
Hingga kau berbahagia
bersorak riang karna yang lalu datang
Dan aku yang kau buang menyaksikan
menyaksikan kebahagiaan yang tak ada aku lagi di dalamnya, tragis bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
mellody
Teen FictionHingga akhirnya yang lalu datang kau sontak diam tak bergeming Seakan akan Aku adalah pilihan yang tak sebanding seakan akan tak ada nilai sedikitpun Hingga kau berbahagia bersorak riang karna yang lalu datang Dan aku yang kau buang menyaksikan me...