Impian yang Tertawan

66 4 0
                                    

PROUDLY PRESENT!

PERLOMBAAN RENANG BERGENGSI SEPANJANG MASA KEMBALI DIGELAR. IKUTI DAN RAIH PIALA KEHORMATAN
GUBERNUR JAKARTA!

SAVE THE DATE 21/9/19

Gadis berambut sebahu itu menghela napas berat. Menyandarkan tubuh mungilnya ke sofa bernuansa biru yang senada dengan warna corak kamarnya hasil dekornya sendiri. Hatinya mencelos meratapi poster yang baru saja ia dapatkan dari sahabatnya. Mencoba untuk tak kembali mengeluarkan air matanya. Wajahnya mulai memanas, kenangan terburuk itu kembali menghantui dirinya. Lukanya pun masih membekas sempurna dalam benaknya. Rasa kehilangan masih terpatri hebat dalam jiwanya yang rapuh.

Pikirannya kembali melayang pada sosok sang kakak yang terbujur kaku di tepi kolam. Hatinya semakin teriris ketika mengingat bahwa sang kakak pergi dalam keadaan tak terhormat. Satu hal yang membuat gadis ini semakin rapuh, mengapa sang kakak melakukan hal terlarang itu demi menyelesaikan hidupnya yang masih panjang? Terlebih, dalam surat yang pernah kakaknya tulis sebelum kejadian tragis itu terjadi sang kakak mengatakan bahwa dirinya iri atas perlakuan orangtuanya yang berbeda pada kedua anaknya. Sontak membuat rasa bersalah pada gadis ini kian bertambah.

Malam ini bersama dengan derasnya hujan yang mengguyur ibukota, derasnya air mata milik gadis ini seakan saling bersahutan menciptakan nada-nada yang menggetarkan. Hidupnya kian tak terarah semenjak kepergian sang kakak yang membuat sang bunda mengalami depresi. Tak ada yang tahu gadis ini menyimpan rasa sakit. Tak ada yang dapat membangkitkan jiwanya kembali. Ia sendiri pun harus bisa membuat sang bunda kembali tersadar dari keterpurukannya. Ia harus menelan kembali impian terbesarnya.

Perlombaan itu merupakan impian terbesar dirinya, sekaligus hari dimana ia kehilangan sosok kakak kesayangannya. Satu sisi mungkin hari itu adalah hari yang sangat ia tunggu-tunggu untuk berkiprah dalam dunia renang dan berlomba untuk mendapatkan prestasi terbaik. Namun, di sisi lain hari itu adalah hari dimana ia sama sekali tak ingin kembali hadir dalam hari yang menyedihkan bagi keluarganya, andai hari itu bisa dihapus mungkin dari lama ia sudah melakukan itu agar keluarganya tak kembali merasakan duka yang abadi.

Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu oleh Raina. Putri sulung dari keluarga Rendra sekaligus kakak perempuan Embun ini kembali ingin mengepakkan sayapnya mempertahankan kejuaraan lomba renang bergengsi se-Indonesia. Raina merupakan atlet renang terbaik jebolan Sekolah Khusus Renang yang tepatnya berada di Jakarta.

"Kakak nanti dapat piala yang besar lagi, ya?" Tanya Embun yang tengah asyik memainkan rambut sang kakak yang ikal.

Raina tersenyum lalu mengangguk pelan.

Embun ikut tersenyum akan menyaksikan kembali sang kakak yang berlomba dan pasti mendapatkan piala yang besar. Ia pun pernah berjanji pada Raina suatu saaat ia akan melanjutkan kembali prestasi sang kakak. Karena setiap latihan Embun selalu merengek ingin ikut bersama sang kakak.

Raina berlalu meninggalkan adiknya. Embun kecewa karena ia kehilangan mainan rambut kakaknya yang ikal menggemaskan. Embun mengernyit melihat punggung kakaknya bergetar seperti tengah menahan isak tangisnya yang sesenggukan. Satu hal yang langsung terbesit dalam benaknnya adalah mungkin sang kakak sedang menangis bahagia karena esok kakaknya akan mengikuti perlombaan yang sangat ia nantikan.

Embun memegangi kepalanya yang terus saja mendengungkan potongan memori duka itu. Senyuman terakhir yang ia temui sebelum kematian tragis sang kakak kian menyudutkan batinnya. Senyuman yang sama sekali tak pernah terpikir untuk menjadi senyuman terakhir yang memilukan. Tak ada tanda-tanda yang Tuhan berikan padanya. Andai, semua bisa dicegah Embun akan mencegahnya dengan sekeras mungkin demi kembalinya keutuhan keluarganya.

One Shoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang